WHO Desak Negara-Negara Kaya Tunda Suntikan Booster Vaksin Covid Sampai 2022
WHO kembali menyampaikan permintaan ini karena diabaikan negara-negara kaya.
Dirjen WHO mendesak negara-negara kaya dengan persediaan besar vaksin virus corona agar menghentikan sementara pemberian suntikan booster selama akhir tahun ini. WHO kembali menyampaikan permintaan ini karena diabaikan negara-negara kaya.
Kepada wartawan pada Rabu di Jenewa, Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus juga menyampaikan dia “kaget” dengan pernyataan asosiasi perusahaan farmasi sehari sebelumnya yang menyatakan persediaan vaksin cukup tinggi baik untuk suntikan booster dan vaksinasi di negara-negara yang sangat membutuhkan suntikan tapi mengalami kelangkaan.
-
Apa yang baru saja digolongkan oleh WHO sebagai kemungkinan karsinogen? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Badan Penelitian Kanker Internasional (IARC) telah resmi menggolongkan bedak talkum sebagai "mungkin bersifat karsinogenik" bagi manusia.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa itu vaksin HPV? Vaksin HPV merupakan vaksin untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV). HPV adalah virus yang dapat menyebabkan kutil kelamin dan berbagai jenis kanker di organ kelamin dan reproduksi, seperti kanker serviks, kanker penis, kanker anus, dan kanker tenggorokan.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
“Saya tidak akan tinggal diam ketika produsen dan negara-negara yang mengendalikan pasokan vaksin global berpikir negara-negara miskin di dunia harus puas dengan sisa-sisa (vaksin),” jelasnya, menambahkan negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah ke bawah “bukan prioritas kedua atau ketiga”.
“Tenaga kesehatan mereka, lansia, dan kelompok rentan memiliki hak yang sama untuk dilindungi,” lanjutnya, dilansir Al Jazeera, Kamis (9/9).
Tedros sebelumnya telah menyerukan “moratorium” pemberian suntikan booster sampai akhir September. Tapi negara-negara kaya, termasyuk Israel, Inggris, Denmark, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Amerika Serikat, telah mulai atau sedang mempertimbangkan rencana pemberian suntikan vaksin dosis ketiga untuk kelompok rentan seperti lansia atau mereka yang memiliki masalah sistem imun.
Tedros menyampaikan, dia mendapat dukungan dari para menteri kesehatan dalam pertemuan G20 bulan ini terkait komitmen untuk membantu mencapai target vaksinasi semua negara setidaknya 40 persen dari rakyatnya sampai akhir tahun ini.
“Sebulan lalu, saya menyerukan moratorium global dosis booster, setidaknya sampai akhir September untuk memprioritaskan vaksinasi terhadap orang paling berisiko di seluruh dunia yang belum mendapatkan dosis pertama mereka,” jelas Tedros.
“Lalu ada sedikit perubahan dalam situasi global sejak saat itu.”
“Jadi hari ini, saya menyerukan kembali perpanjangan moratorium sampai setidaknya akhir tahun ini agar setiap negara bisa memvaksinasi sedikitnya 40 persen populasinya,” paparnya.
Tedros menambahkan, sekitar 80 persen dari 5,5 miliar dosis vaksin yang telah diberikan secara global mengalir ke negara-negara berpendapatan tinggi.
Dia juga menekankan, negara-negara kaya memberikan donasi 1 miliar dosis vaksin ke negara-negara lain, tapi kurang dari 15 persen dari dosis tersebut terlaksana, mengatakan produsen telah berjanji memprioritaskan program vaksinasi yang didukung PBB yang disalurkan ke orang-orang paling membutuhkan di dunia.
“Kami tidak ingin lagi janji-janji. Kami hanya ingin vaksin,” tegas Tedros.
Dia juga menyampaikan, hampir seluruh negara berpendapatan rendah telah menunjukkan kemampuan mereka untuk melakukan imunisasi skala besar untuk polio, campak, dan penyakit lainnya.
Pada Selasa, Federasi Internasional dan Asosiasi Perusahan Farmasi (IFPMA) menyampaikan para produsen saat ini sedang memproduksi dosis vaksin virus corona di angka sekitar 1,5 miliar per bulan, sehingga pemerintah negara kaya yang telah menumpuk pasokan tidak perlu lagi melakukannya.
“Ketika saya baca ini, saya kaget,” ujar Tedros.
“Kenyatannya, produsen dan negara-negara berpendapatan tinggi telah lama memiliki kapasitas tidak hanya memvaksinasi kelompok prioritas mereka, tapi secara bersamaan mendukung vaksinasi kelompok yang sama di semua negara.”
Baca juga:
Kepadatan Penumpang Kereta di Inggris Saat Kasus Covid-19 Masih Tinggi
India Batasi Festival Keagamaan karena Khawatir Muncul Gelombang Baru Covid-19
Korea Selatan akan "Hidup Normal" dengan Covid-19 Setelah Oktober
Ribuan Umat Sikh Berjubel di Kuil Emas India
Diyakini Lebih Menular dari Delta, Varian Mu Ditemukan di 49 Negara Bagian AS
Pasien Covid-19 Filipina Jalani Perawatan di Parkiran Rumah Sakit