Berbobot 192 kilogram, ini anak paling gemuk sedunia dari Indonesia!
Arya terpaksa tidak sekolah karena dia tak bisa lagi berjalan dan dia tak bisa jauh-jauh dari makanan.
Seorang anak paling gemuk di dunia, ternyata berasal dari desa Cipurwasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Indonesia.
Tak cuma sekedar gemuk biasa, dilansir dari Daily Mail (29/6), seorang anak berusia 10 tahun bernama Arya Permana ini punya penampilan fisik sangat mencolok mata, dengan berat 192 kilogram dan bentuk tubuh yang tampak sangat 'berat.'
-
Apa itu Jenang Gempol? Jenang gempol merupakan sebuah hidangan manis yang terbuat dari bubur sumsum dan gempol beras. Dilansir dari Liputan6.com, kuliner ini sudah ada sejak dulu. hidangan ini biasanya disajikan sebagai makanan penutup atau sarapan.
-
Apa itu Nasi Gemuk? Hidangan nasi yang dimasak dengan santan kelapa serta daun pandan ini menjadi menu andalan dalam memulai aktivitas sehari-hari bagi masyarakat Jambi.
-
Apa itu Geguduh? Geguduh adalah kuliner khas Lampung yang memiliki cita rasa manis. Makanan ini secara umum mirip pisang goreng, hanya saja pisangnya dihancurkan sampai halus.
-
Apa itu Aruk Gelagau? Aruk gelagau merupakan makanan tradisional khas Pulau Belitung.
-
Berapa kekuatan gempa yang terjadi? Gempa 4,9 Magnitudo mengguncang Bali, Sabtu (7/9).
-
Kenapa Nasi Gemuk disebut Nasi Gemuk? Melansir dari beberapa sumber, penamaan Nasi Gemuk ini karena nasinya yang berminyak dan menggunakan santan dalam jumlah yang banyak bahkan melebihi nasi uduk.
Bahkan, Arya terpaksa tidak sekolah karena dia tak bisa lagi berjalan dan dia tak bisa jauh-jauh dari makanan. Sang ibu, Rokayah, menyatakan bahwa ia terus-menerus lapar. Tak cuma itu, pakaian biasa pun tak cukup buat dia. Akhirnya dia hanya bisa menggunakan sarung untuk berpakaian sehari-hari. Sang Ibu pun membuatkan kolam kecil untuk dia mandi dan berendam sehari-hari di teras rumahnya.
"Dia selalu letih dan mengeluh tentang nafasnya yang pendek. Kegiatannya hanya makan dan tidur, dan jika dia tak melakukan keduanya, dia hanya berdiam di kolam selama berjam-jam," ungkap sang Ibu.
Sang ibu menyatakan bahwa porsi makanan yang disantap Arya selalu terdiri dari nasi, ikan, daging sapi, sup sayuran, dan tempe goreng. "Porsi makannya sangat banyak dan dapat makan dua porsi orang dewasa dalam sekali makan," ungkap sang Ibu. Arya makan dengan porsi demikian sebanyak 5 kali setiap harinya.
Arya sebenarnya lahir dalam keadaan normal dengan persalinan normal pula. Ketika lahir, dia adalah bayi dengan berat badan normal yakni 3,2 kilogram. Namun berat badannya mulai mengalami penanjakan yang signifikan semenjak menginjak umur 2 tahun. Ketika itu, kedua orang tua Arya sama sekali tak khawatir karena mereka justru bahagia melihat anaknya gemuk. Tentu mereka berasumsi bahwa 'gemuk itu sehat.'
Namun semenjak Arya tak mampu lagi berjalan karena hanya beberapa langkah dia sudah kehilangan keseimbangan, orang tua Arya, Rokayah, 35, dan sang suami yang merupakan seorang petani, Ade Somantri, 45, akhirnya memutuskan untuk membatasi makanan Arya. Hal ini dilakukannya setelah muncul ketakutan akan bahaya obesitas yang mau tak mau akan segera dirasakan oleh sang anak.
"Kami menyadari bahwa dia menderita sesuatu dan membutuhkan penanganan medis," ungkap sang Ibu. Arya pun dibawa ke beberapa dokter di desa Cipurwasari, dan dokter sama sekali tak menemui keanehan apapun dalam membengkaknya berat badan Arya.
Kini Arya sedang menjalani masa diet dengan hanya memakan nasi merah setiap harinya, dengan harapan berat badannya bisa menurun dan bisa hidup normal layaknya anak-anak seusianya.
"Saya tidak mampu membayar rumah sakit yang mahal, namun saya berharap bisa melihat anak saya normal kembali suatu saat nanti," ungkap Ade.
Baca juga:
Orang-orang ini dapat rezeki nomplok tak terduga
Ikuti 'anjuran' presiden, warga Belarusia telanjang di tempat kerja
Kota kecil Selandia Baru berlebih lapangan kerja dan rumah murah
Di China muncul kandidat robot tercantik sedunia
Unik, Presiden Mongolia tampil berbaju tradisional saat nyoblos
4 Kisah paling ganjil pria jalin asmara dengan boneka