Menguak Fakta Masa-masa sulit Laim Payne Sebelum Meninggal Dunia
Masa krisis Liam Payne sebelum meninggal telah berlangsung cukup lama.
Liam Payne, mantan anggota boyband One Direction, meninggal dunia pada Rabu, 16 Oktober 2024, setelah terjatuh dari balkon lantai tiga Hotel CasaSur Palermo di Buenos Aires, Argentina.
Ia dinyatakan meninggal di lokasi kejadian pada pukul 17.00 waktu setempat akibat cedera parah setelah jatuh dari ketinggian sekitar 13-14 meter. Kepolisian Buenos Aires telah mengonfirmasi kematiannya dan saat ini sedang melakukan penyelidikan serta autopsi untuk mengetahui penyebab pasti dari kejadian tersebut.
- Masih Berkabung Usai Meninggalnya Liam Payne, Zayn Malik Putuskan Tunda Konser Keliling Dunia hingga Tahun 2025
- Liam Payne Bakal Wariskan Harta Rp1,6 Triliun buat Putra Semata Wayangnya
- Liam Payne Tinggalkan Warisan Rp1,1 Triliun di Usia 31, Dikenal sebagai Dermawan yang Peduli pada Sesama
- 1 Jam Sebelum Meninggal, Liam Payne Unggah Foto Bareng Wanita Ini dengan Caption Bahagia
Sebelum meninggal, Liam Payne mengalami masa krisis yang cukup panjang, menurut sumber dekatnya. Menurut laporan dari Page Six, seorang sumber anonim menyatakan bahwa Liam telah terjebak dalam "siklus perilaku merusak" selama waktu yang lama.
Meskipun Liam sering berbicara tentang perjuangannya, ia kadang-kadang berusaha meremehkan masalah yang dihadapinya. Beberapa jam sebelum kepergiannya, Liam dilaporkan menunjukkan perilaku yang tidak stabil di hotel tempatnya menginap. Menurut TMZ, saksi mata melihat Liam menghancurkan laptopnya di lobi hotel dan harus dibantu kembali ke kamarnya.
Polisi juga menerima laporan mengenai seorang pria yang bersikap agresif dan diduga berada di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol di hotel tersebut, meskipun belum ada konfirmasi bahwa pria itu adalah Liam Payne. Berikut adalah ulasan lengkapnya seperti dilansir dari Liputan6.com, Kamis (17/10/2024).
Ketergantungan Terhadap Alkohol dan Narkoba
Liam Payne pernah berbagi tentang perjuangannya melawan kecanduan alkohol dan obat-obatan resep. Menurut laporan TMZ pada Juni 2021, Liam mengakui bahwa ia mengalami masa-masa sulit saat One Direction melakukan tur. Kecanduan ini berdampak serius pada kesehatan mentalnya.
"Liam menyatakan pada Juni 2021 bahwa ia berjuang melawan kecanduan alkohol dan obat resep ketika One Direction sedang tur, dan kondisi tersebut menjadi sangat parah hingga ia memiliki pikiran bunuh diri yang 'serius'," demikian bunyi laporan dari TMZ.
Krisis yang dialami Liam Payne ternyata berlangsung cukup lama dan memengaruhi berbagai aspek kehidupannya. Kecanduan alkohol dan obat-obatan tidak hanya berdampak pada kesehatan fisiknya, tetapi juga berpengaruh pada hubungan sosial dan karier musiknya.
Seorang sumber yang dekat dengan Payne mengungkapkan kepada Page Six, "Liam telah terjebak dalam siklus perilaku merusak selama bertahun-tahun. Dia terbuka tentang perjuangannya, namun terkadang meremehkannya. Masalah yang dihadapinya jauh lebih serius daripada yang ia akui."
Masalah Dalam Hubungan Pribadi
Liam Payne juga menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan pribadinya. Berbagai sumber melaporkan bahwa baru-baru ini muncul klaim di media sosial mengenai perilakunya terhadap mantan pasangan. Bahkan, ada laporan mengenai tindakan hukum yang diambil oleh salah satu mantannya untuk mencegah Liam menghubungi teman dan keluarganya.
Menurut TMZ, "Awal pekan ini, dilaporkan bahwa mantan tunangannya, Maya Henry, menuduh Liam meninggalkannya setelah meminta untuk melakukan aborsi. Pengacaranya telah mencoba mengirimkan surat penghentian agar Liam tidak menghubunginya lagi."
Masalah-masalah dalam hubungan pribadi ini semakin memperburuk kondisi mental Liam Payne. Hubungan yang tidak sehat dan konflik dengan mantan pasangan dapat menambah beban stres bagi seseorang yang sudah berjuang dengan kecanduan dan masalah kesehatan mental.
Tuntutan Popularitas dan Harapan Masyarakat
Sebagai mantan anggota boyband terkenal One Direction, Liam Payne terus menghadapi tekanan dari popularitas dan harapan publik yang tinggi. Peralihan dari anggota grup ke karier solo menghadirkan tantangan tersendiri bagi Liam.
Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber, Liam pernah mengungkapkan kesulitannya dalam menghadapi ketenaran yang diraihnya sejak usia muda. Tekanan untuk selalu tampil sempurna dan memenuhi ekspektasi penggemar bisa menjadi beban berat bagi seorang selebritas.
Masa krisis yang dialami Liam Payne mencerminkan sisi gelap dari industri hiburan, di mana para selebritas sering kali harus berjuang dengan masalah pribadi di tengah sorotan publik. Ketidakmampuan untuk sepenuhnya terlepas dari citra publik dapat memperumit proses pemulihan dan perkembangan pribadi.
Konflik dengan Rekan di One Direction
Salah satu aspek dari masa krisis yang dialami Liam Payne adalah konflik dengan rekan-rekannya di One Direction. Menurut laporan dari *The Mirror*, mantan kekasih Liam, Maya Henry, mengungkapkan bahwa Liam pernah terlibat dalam perkelahian dengan salah satu anggota grup.
"Terjadi pertengkaran di belakang panggung dan salah satu anggota, khususnya, melemparkan saya ke dinding. Jadi saya mengatakan kepadanya, 'Jika kamu tidak melepaskan tangan itu, kemungkinan besar kamu tidak akan pernah menggunakannya lagi'," ungkap Liam melalui pernyataan Maya Henry. Konflik internal dalam grup dapat menambah tekanan dan stres yang dialami Liam, yang mungkin berkontribusi pada masalah yang dihadapinya.
Hubungan yang tidak harmonis dengan rekan-rekan satu band dapat mempengaruhi dinamika kerja dan kesehatan mental seseorang. Wawancara Liam pada tahun 2022 juga menimbulkan reaksi negatif ketika ia mengkritik rekan-rekan satu bandnya, termasuk Harry Styles dan Niall Horan. Situasi ini menunjukkan adanya ketegangan yang terus berlanjut bahkan setelah bubarnya One Direction.
Perilaku yang Tidak Konsisten Menjelang Akhir Hidup
Beberapa saat sebelum meninggal, Liam Payne dilaporkan menunjukkan perilaku yang tidak stabil. Menurut informasi dari PageSix dan kantor berita setempat La Nacion, pada Rabu (16/10/2024), pihak kepolisian menerima laporan tentang seorang pria yang bersikap agresif dan diduga terpengaruh obat-obatan atau alkohol di hotel tempat Liam menginap.
"Liam Payne dilaporkan merusak laptopnya di lobi hotel dan harus dibantu kembali ke kamarnya karena perilakunya tersebut," demikian bunyi laporan yang dikutip dari PageSix.
Perilaku yang tidak stabil ini kemungkinan merupakan puncak dari berbagai masalah yang dihadapi Liam selama masa krisis. Tindakan merusak laptop dan bersikap agresif mungkin mencerminkan kondisi mental yang sangat terganggu atau kemungkinan kambuhnya masalah kecanduan.
Laporan mengenai perilaku Liam sebelum kematiannya ini menambah kekhawatiran tentang kondisi mentalnya pada saat-saat terakhir hidupnya, serta menimbulkan pertanyaan mengenai apakah ia menerima dukungan dan bantuan yang memadai untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Rest in Peace Liam!