Ijazah SMA Sampai Ditahan Karena Nunggak, Siapa Sangka Jadi Jenderal Korps Baret Merah
Dalam pikiran pemuda sederhana ini, menjadi prajurit TNI adalah cara gratis mengubah nasib.
Masa remajanya penuh keprihatinan. Ini kisah jenderal jagoan tempur TNI AD.
Ijazah SMA Sampai Ditahan Karena Nunggak, Siapa Sangka Jadi Jenderal Korps Baret Merah
Jalan Hidup Soegito Muda Tidak Mudah
Tidak mungkin baginya masuk universitas selepas SMA. Ayahnya yang pensiunan tidak mampu lagi membiayai pendidikan anak-anaknya.
Di pikirannya, jalan paling mudah adalah masuk tentara.
-
Apa yang dimaksud dengan HUT Kopassus? Ucapan selamat Hari Ulang Tahun (HUT) Kopassus memiliki makna yang mendalam karena merayakan sejarah, dedikasi, dan jasa-jasa satuan elit militer tersebut dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara.
-
Kapan HUT Kopassus diperingati? Kopassus didirikan pada tanggal 16 April 1952. Selamat ulang tahun ke-72, Kopassus!
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Siapa yang dikenal sebagai pendiri Komando Pasukan Khusus (Kopassus)? Kolonel Alex Kawilarang dikenal sebagai pendiri Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
-
Apa itu Tas Koja? Usut punya usut, benda tersebut bernama tas Koja yang selama ini menjadi andalan warga Baduy saat beraktivitas. Ternyata tas ini terbuat dari kulit pohon yang dirajut, dengan kemampuan menahan beban yang cukup berat.
-
Bagaimana TNI AD menyarankan untuk memastikan kondisi kesehatan? TNI AD mengatakan bahwa pemeriksaan rutin perlu dilakukan. Bukan tanpa alasan yang tak jelas. Pemeriksaan rutin dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan tubuh kalian. Apakah sehat ataupun ada masalah yang perlu ditangani.
Soegito Memutuskan Masuk Akademi Militer Demi Mengubah Nasib
Pemuda sederhana yang tinggal menumpang di rumah kakaknya itu cuma berpikir, di mana lagi sekolah gratis dan dibiayai negara kalau bukan di Akademi Militer.
Tahun 1958 Soegito mendaftar masuk Akademi Militer Nasional.
Dia harus bolak-balik Purwokerto-Semarang untuk mengikuti tes AMN.
Untuk menambah bekal selama mengikuti tes, Soegito terpaksa menjual sepeda kesayangannya yang sudah dipakai sejak SMP.
Soegito mengikuti tes dengan lancar. Hobinya memang berolahraga. Tes fisik untuk masuk tentara dirasa bukan hal yang sulit baginya.
Soegito Dinyatakan Lulus Seleksi, Namun Ada Masalah
Syarat bagi peserta yang lolos seleksi AMN adalah membawa ijazah SMA asli. Soegito pun menghadap kepala sekolahnya di SMA Bagian B Negeri Purwokerto.
Ijazah itu Belum Bisa Diambil Karena Soegito Masih Menunggak Uang Bangunan
"Tapi saya benar-benar tidak punya uang lagi, Pak," kata Soegito lemas.
Kepala Sekolahnya awalnya tak mau memberikan ijazah itu. Namun Soegito mengaku sudah tidak bisa lagi meminjam uang ke mana-mana karena sudah malu.
Luluh juga akhirnya pak kepala sekolah. Walau dengan berat hati, Ijazah itu diberikan pada Soegito.
Soegito lulus Akademi Militer dan bergabung dengan Korps Baret Merah yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Pasukan elite ini menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD.
- Panglima TNI Agus Subianto Beri Hadiah Prajuritnya yang Suka Sholat ke Masjid, 'Saya Akan Mengumrohkan'
- Empat Prajurit TNI Gugur Ditembak KKB di Nduga Dapat Kenaikan Pangkat dan Santunan Rp500 Juta
- Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Jawab Isu Netralitas Prajurit terhadap Gibran di Pilpres
- Jenderal Berdarah Kopassus Eks Tameng Hidup Jokowi Beri Arahan ke Taruna TNI & Akpol, Sampai Tekankan Jiwa Korsa
Berbagai penugasan tempur pernah dijalani oleh Soegito. Termasuk terjun ke Dili saat Indonesia menyerbu Timor Timur.
Karirnya terus menanjak hingga menjadi Jenderal Bintang Tiga.
Utang Dibayar Lunas
Tahun 1987, Gito kembali ke SMA di Purwokerto. Dia menghadiri undangan reuni. Mereka sepakat membangun lapangan olahraga di sekolahnya.
Soegito saat itu sudah menjadi Pangdam Jaya dengan pangkat mayor jenderal.
Tanpa pikir panjang Gito mengeluarkan semua uang yang ada di dompet dan saku celananya. Tanpa dihitung, diberikannya semua untuk sumbangan ke sekolahnya.
Di perjalanan pulang, dia terkenang kembali pengalamannya saat dulu ijazahnya sempat ditahan 30 tahun lalu karena belum melunasi uang bangunan.
"Pak, utangnya sudah saya lunasi semua," gumamnya dalam hati.