Kabar Bahagia Presiden Diiringi Duka: Anak Pertama Lahir, Ayahnya Meninggal
Kabar bahagia datang beriringan dengan duka. Peristiwa itu dialami Sukarno dan Fatmawati.
Kabar bahagia datang beriringan dengan duka. Peristiwa itu dialami Sukarno dan Fatmawati.
Bung Karno sangat menginginkan memiliki seorang penerus, anak laki-laki. Keinginan itu terwujud setelah Sukarno menikahi Fatmawati. Sukarno menggambarkan besarnya keinginan memiliki seorang putra. Harapan besar itu dikenang Fatmawati dan terekam dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno.
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Bagaimana Soekarno mempelajari bahasa Sunda? Inggit didapuk jadi penerjemah Bahasa Sunda masyarakat, dan membantu Soekarno saat kesulitan mengucap Bahasa Sunda.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata Soekarno tentang bangsa yang besar? "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."
-
Apa latar belakang pendidikan Kiran, cucu Soekarno? Kiran, 18 tahun, baru lulus dari Sevenoaks School di Inggris.
"Aku ingin satu anak laki-laki, satu saja, kalaupun lebih, syukur Alhamdulillah. Aku seorang pemimpin rakyat yang ingin memerdekakan bangsanya dari Belanda, tapi rasanya aku tak sanggup meneruskan jika kau tak menunggu dan mendampingi aku. Kamu cahaya hidupku untuk meneruskan perjuangan yang maha hebat dan dahsyat," ujar Bung Karno.
Ucapan Bung Karno terwujud beberapa bulan menjelang akhir tahun 1944. Suara gema azan subuh mengantar kelahiran putra pertama Bung Karno dan Fatmawati.
"Jam lima waktu subuh, ketika terdengar azan dari masjid memanggil umat untuk menyembah Tuhannya, anakku yang pertama, Guntur Sukarnoputra, lahirlah," kata Bung Karno dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Putra pertama Bung Karno dan Fatmawati diberi nama Guntur Soekarnoputra.
Kabar Duka Kemudian
Setelah sepuluh hari kelahiran Guntur, Fatmawati mulai bisa berjalan-jalan di dalam rumah dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Pada suatu pagi saat Fatmawati sedang berjalan-jalan, datanglah seorang membawa kabar duka. Ayah mertuanya yakni Raden Soekemi Sosrodihardjo mengalami kecelakaan. Dia terjatuh di jalan Tanah Abang.
Fatmawati langsung bergegas mengangkat telepon. Dia memberi kabar kecelakaan tersebut kepada Sukarno.
Sebulan setelah dirawat di klinik dokter Soeharto, kondisi ayah Sukarno tidak kunjung membaik. Dia meminta untuk dirawat di rumah saja bersama keluarga. Setiap harinya sepupu-sepupu Sukarno menjengguk bergantian.
Pada siang hari saat Fatmawati menggendong Guntur, ayah mertuanya memanggil Fatmawati. Keduanya berbincang. Raden Soekemi Sosrodihardjo meyakini, Bung Karno bakal menjadi Presiden Indonesia.
"Fat, bapak melihat bahwa dalam waktu yang tak lama lagi, masmu (Bung Karno) akan pindah dan tinggal di rumah putih itu."
Kondisi ayah Sukarno semakin lemah. Fatmawati masih ingat saat-saat terakhir bersama ayah mertuanya. Saat itu, sembari menggenggam kaki sang cucu, ayah Sukarno mengembuskan napas terakhir. Tepatnya 18 Mei 1945.
Fatmawati tak memberitahu pesan terakhir sang ayah mertua sebelum beliau meninggal sampai itu semua menjadi kenyataan. Seperti kata sang ayah, Bung Karno benar-benar tinggal di Istana sebagai Presiden Indonesia pertama.
Reporter Magang: Ita Rosyanti