Mayor TNI Temukan Harta Karun Tentara Jepang di Bogor, Isinya Emas Permata
Harta karun tentara Jepang itu bukan isapan jempol. Pasukan TNI pernah menemukannya di daerah Bogor, Jawa Barat.
Semasa pendudukan Jepang, kekayaan alam Indonesia diperas habis. Tentara Dai Nippon juga mengambil emas, permata dan perhiasan milik rakyat Indonesia. Beberapa tertinggal di Indonesia, dan tak sempat dikirimkan ke Tokyo.
Harta karun tentara Jepang itu bukan isapan jempol. Pasukan TNI pernah menemukannya di daerah Bogor, Jawa Barat.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Apa saja teknologi informasi yang paling berpengaruh pada sejarah Indonesia? Perkembangan teknologi sejarah di Indonesia dari masa ke masa ini menarik untuk disimak. Teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia di era modern. Dengan terus berkembangnya teknologi, berbagai aspek kehidupan, mulai dari komunikasi, pendidikan, hingga pekerjaan, mengalami transformasi yang signifikan.
-
Apa yang menjadi cikal bakal sejarah penerbangan sipil di Indonesia? Pesawat persembahan dari masyarakat Aceh ini menjadi langkah besar industri penerbangan sipil di Indonesia. Saat ini, orang-orang bisa menikmati penggunaan transportasi udara yang jauh lebih nyaman dan aman tentunya. Namun, tidak banyak yang tahu bagaimana sejarah awal mula penerbangan sipil di Indonesia. Adanya transportasi udara ini berkat tokoh dan masyarakat terdahulu yang ikut andil dalam menorehkan sejarah penerbangan sipil di Indonesia.
-
Apa yang berhasil diamankan oleh prajurit TNI? Menariknya, penyusup yang diamankan ini bukanlah sosok manusia. Salah satu tugas prajurit TNI adalah menjaga segala macam bentuk ancaman demi kedaulatan dan keselamatan bangsa Indonesia.
Kepala Staf Resimen Divisi II Tentara Republik Indonesia (TRI), Mayor Alex Evert Kawilarang menceritakan penemuan harta itu dalam biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan diterbitkan Sinar Harapan.
Sekitar tahun 1946, pasukan TRI (kini TNI) anak buah Kawilarang melakukan penggalian di bekas markas Jepang di sekitar Cigombong, Bogor.
Mereka mencari senjata yang biasanya disembunyikan tentara Jepang dengan cara dikubur dalam tanah. Jepang memang belum lama meninggalkan kamp di Cigombong itu.
Para prajurit menggali dengan waspada karena selain mengubur senjata, Jepang juga menanam ranjau.
Di sebuah gundukan tanah, cangkul para tentara itu mengenai benda keras. Mereka ketakutan karena disangka mengenai bom.
Bukan Bom, Tapi Guci Harta Karun
Setelah beberapa saat tak meledak, barulah mereka berani menggali lagi. Tapi bukannya senjata, para prajurit TNI itu malah menemukan sebuah guci besar.
Isi guci itu ternyata kaos kaki. Setelah dibuka, mereka sangat terkejut. 12 kaos kaki itu penuh emas dan permata.
"Isinya emas dan permata yang sudah dicongkel. Bagus, berkilauan," kata Kawilarang.
Walau bisa kaya tujuh turunan, para tentara itu tak mau mengambilnya. Mereka segera lapor dan menyerahkan harta itu pada Kawilarang.
Kawilarang perwira jujur, dia tak mau makan emas permata peninggalan Jepang. Perwira menengah TNI itu berniat menyerahkan harta temuan pasukannya pada pemerintah Indonesia yang masih serba kekurangan.
Laskar Minta Jatah
Tapi keesokan harinya datang orang-orang mengaku laskar. Mereka minta guci itu pada Kawilarang. Katanya untuk berjuang.
Kawilarang tahu maksud orang-orang itu.
"Benar bapak-bapak mau berjuang?" tanya Kawilarang.
Mereka mengangguk. Kawilarang pergi ke gudang. Dia mengambil dua peti granat.
"Ini untuk berjuang," kata Mayor Kawilarang.
Orang-orang itu pun terpaksa pergi membawa dua peti granat.
Mereka tak menyerah. Keesokan harinya lagi-lagi mereka minta guci untuk modal perjuangan.
Lagi-lagi Kawilarang memberi peti berisi granat. "Ini untuk berjuang," katanya.
Sejak itu mereka tak pernah datang lagi.
Nasib Harta Tak Jelas
Kawilarang kemudian mengutus Letnan Muda Gojali yang terkenal jujur untuk mengawal harta itu. Gojali diperintahkan untuk menyerahkan harta karun itu ke Kementerian Dalam Negeri di Purwokerto.
Gojali melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia menyerahkan harta karun pada Sumarman yang kala itu menjabat Sekretaris Mendagri.
Tak jelas bagaimana Kementerian Dalam Negeri kemudian menggunakan harta tersebut. Surat timbang itu katanya habis terbakar saat agresi militer.
Berapa nilai harta karun tersebut, sebuah majalah pernah mencoba menghitung berdasar bukti-bukti otentik yang ditemukan. Isinya tak kurang dari tujuh kilogram emas dan empat kilogram permata.
Nilainya kala itu saja diperkirakan Rp 6 miliar. Jumlah yang luar biasa besar saat itu.
Belakangan banyak orang mengklaim ikut berjasa menemukan harta tersebut. Mereka menuntut pemerintah memberi ganti rugi atas harta yang hilang tersebut.
Tapi tak pernah ada penjelasan bagaimana pengelolaan harta karun Jepang itu.