Misi Rahasia TNI Culik Profesor & Sembunyikan di Sel Orang Sakit Jiwa
Kolonel Gatot dan Sultan menugaskan secara rahasia kepada mereka untuk menculik seorang profesor berinisial OE.
Satu regu pasukan elite dari Divisi Siliwangi pernah mendapat tugas khusus. Misi mereka menculik seorang profesor yang dicurigai hendak mengacaukan rapat Komisi Tiga Negara (KTN).
Oleh: Hendi Jo
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Kapan TNI dibentuk secara resmi? Sehingga pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden Soekarno mengesahkan secara resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
-
Kapan Sesko TNI AU resmi didirikan? Seskoau resmi didirikan pada tanggal 1 Agustus 1963.
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
-
Apa yang berhasil diamankan oleh prajurit TNI? Menariknya, penyusup yang diamankan ini bukanlah sosok manusia. Salah satu tugas prajurit TNI adalah menjaga segala macam bentuk ancaman demi kedaulatan dan keselamatan bangsa Indonesia.
Kisah ini terjadi Saat Divisi Siliwangi dihijrahkan ke Jawa Tengah dan Yogyakarta sekitar tahun 1947-1948. Pasukan di bawah Kapten Solichin GP mendapat tugas dari Gubernur Militer Wilayah II Kolonel Gatot Soebroto dan Menteri Negara Republik Indonesia Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Kolonel Gatot dan Sultan menugaskan secara rahasia kepada mereka untuk menculik seorang profesor berinisial OE.
"Orang ini kata Pak Gatot dicurigai akan 'mengacaukan' rapat Komisi Tiga Negara yang beberapa hari lagi akan diadakan di Kaliurang,” ujar Komandan Kompi V Batalyon Nasuhi itu.
Kapten Solichin lantas membentuk satu tim kecil untuk melaksanakan tugas tersebut. Mereka terdiri dari prajurit-prajurit andal dari Kompi V, yakni Karli Akbar Yoesoef (komandan regu) Den Ucen, Ewiw, Ulo alias Surya dan Darmawan.
Dengan menggunakan sebuah truk India (truk yang pernah dipakai untuk mengangkut padi bantuan pemerintah RI untuk India pada 1946) berangkatlah mereka ke Yogyakarta guna melaksanakan tugas itu.
Terpaksa Todongkan Pistol
Beberapa waktu kemudian, sampailah mereka di kediaman sang profesor dan disambut oleh pemilik rumah dan istrinya yang seorang perempuan Belanda.
"Bapak ditunggu komandan kami di staf. Karena itu dipersilakan ikut kami ke staf," kata Karli, selaku pimpinan regu tersebut.
Alih-alih menyanggupi permintaan Karli, Profesor OE menolak untuk ikut ke Kantor Staf.
Tidak mempan dengan cara halus, Karli lantas menodongkan pistol Colt 38 dan memerintahkan anak buahnya untuk menyeret OE ke atas truk.
Begitu mendapatkan Prof OE, masalah baru muncul. Mereka tidak paham di mana letak Kantor Staf tersebut. Di tengah kebingungan itu, muncul 'ide gila' untuk menitipkan sementara Prof OE ke RSUP Yogyakarta.
Dititip ke Sel Orang Sakit Jiwa
Untuk memuluskan aksi itu, para anggota TNI mencukur rambut sang professor dalam bentuk zigzag. Mereka juga memotong sebelah kumis serta alisnya. Diserahkanlah Prof OE kepada dokter jaga di RSUP Yogyakarta, dengan pesan khusus.
"Saya diperintahkan Pak Gatot menyerahkan prajurit yang ngamuk di asrama ini. Mungkin dia gila, dan jangan dikeluarkan sebelum ada izin dari Pak Gatot!"
Mendengar pernyataan Karli itu, tentu saja OE tidak terima dan berteriak-teriak.
"Saya tidak gila! Saya tidak gila!" Namun para dokter dan perawat tidak ada yang menggubris teriakannya itu. Mereka malah memasukan OE ke sel khusus untuk orang sakit jiwa.
"Urusan professor itu beres, kami pulang dan melaporkan misi berhasil dilaksanakan kepada komandan kompi dan target kami simpan di RSUP untuk siap diambil," ujar Karli.
Dipuji Bagus Monyet
Lantas bagaimana respon Kolonel Gatot Soebroto sendiri selaku salah seorang pemberi perintah itu? Sehari, dua hari tak ada respon dari markas Daerah Militer II. Baru hari ketiga, tim khusus penculik Prof OE itu mendapat panggilan untuk bertemu langsung dengan Gubernur Militer Wilayah II.
Pertama kali mendapat kabar itu, Karli dan kawan-kawan merasa degdegan. Tetapi saat Kolonel Gatot berteriak senang.
"Bagus! Bagus sekali kerja kalian, Monyet-Monyet!" legalah hati mereka.
"Kami satu regu sangat gembira dipanggil 'monyet' oleh Pak Gatot. Itu artinya Pak Gatot puas dengan hasil kerja kami," kenang Karli seperti dikisahkan kepada RH Eddie Soekardi dalam bukunya Hari Juang Siliwangi.