Operasi Dwikora: KKO TNI AL Hancurkan Markas Pasukan Elite Royal Malaysia Rangers
Kisah aksi penyerbuan (raid) yang dilakukan pasukan Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) terhadap kedudukan pasukan Royal Malaysian Rangers dalam Operasi Dwikora.
Bagaimana suatu penyerbuan tiba-tiba dari Korps Komando Angkatan Laut ke kota Kalabakan, menghancurkan salah satu pasukan elite Malaysia.
Penulis: Hendi Jo
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Bagaimana cara TNI AL mendukung kemerdekaan Aljazair? Satuan Elite Kapal Selam ALRI Diperintahkan Menyelundupkan Senjata ke Aljazair. Jumlah Senjata yang Dikirim Cukup Banyak. ""Cukuplah. Lebih kurang dua kapal selam penuh," kata Bung Karno.
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
-
Kapan TNI dibentuk secara resmi? Sehingga pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden Soekarno mengesahkan secara resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
-
Di mana TNI AL menggelar operasi siaga tempur? Gugus Tempur Laut (Guspurla) Komando Armada III TNI Angkatan Laut menggelar Operasi Siaga Tempur Laut di perairan Papua dan Maluku yang melibatkan sejumlah kapal perang dan pasukan dari Korps Marinir serta Komando Pasukan Katak (Kopaska).
-
Apa yang berhasil diamankan oleh prajurit TNI? Menariknya, penyusup yang diamankan ini bukanlah sosok manusia. Salah satu tugas prajurit TNI adalah menjaga segala macam bentuk ancaman demi kedaulatan dan keselamatan bangsa Indonesia.
Gelap baru saja menutupi Kota Kalabakan, ketika mata Mohammed Salleh alias Mat Congo menangkap beberapa bayangan bergerak cepat di sebuah bukit yang tak jauh darinya. Anggota Sabah Rangers (bagian dari Royal Malaysian Rangers) lantas menghindar ke semak belukar, bertiarap dan menunggu waktu yang tepat untuk balik ke markas.
Baru lima menit waktu berlalu, tiba-tiba terdengar suara ledakan dahsyat dari arah bukit yang tak lain adalah tempat pasukannya bermarkas. Bersamaan dengan itu, terdengar langkah para penyerbu menuju dirinya. Salleh semakin membeku di balik semak belukar. Jantungnya berdegup keras. Tangannya siap menarik picu senjata.
"Kalau saja mereka melihat saya, mau tidak mau saya harus terlibat pertempuran dengan mereka. Untunglah mereka tidak melihat saya dan cepat pergi," ujar Mat Congo dalam bukunya, Peristiwa Berdarah Kalabakan 29 Desember 1963.
Penyerangan ke Markas Tentara Malaysia
Dalam buku Korps Komando AL: Dari Tahun ke Tahun yang ditulis oleh Bagian Sejarah KKO AL, penyebuan ke Kalabakan disebut merupakan hasil kerja prajurit-prajurit Korps Komando Angkatan Laut (KKo AL) dari Peleton X Batalyon I pimpinan Sersan Rebani. Sejak 16 Desember 1963, sejatinya mereka sudah melakukan pengintaian terhadap markas Sabah Rangers yang diperkuat sebuah helikopter pengangkut.
Rebani memutuskan untuk menyerang Kalabakan pada 29 Desember 1963 jam 21.00 (versi militer Indonesia itu dilakukan pada 30 Desember 1963). Untuk mempelajari seluk beluk pertahanan musuh, diperlukan waktu dua hari dengan cara bersembunyi di hutan yang berdekatan dengan pos militer tersebut.
"Pasukan lantas dibagi menjadi dua yang secara bersamaan melakukan gerakan mendekati sasaran dari masing-masing arah yang berlainan," ungkap buku tersebut.
Para anggota Sabah Rangers yang berada di pos sama sekali tidak menyangka akan terjadi penyerbuan. Bisa jadi mereka berpikir tidak mungkin pasukan Indonesia masuk sampai ke Kalabakan. Lantaran letaknya terlampau jauh di pelosok Sabah.
Ketika tembakan pertama diarahkan kelompok pertama dari Peleton X ke atas bukit, para prajurit Sabah Rangers membalasnya dengan gencar. Kala suasana tembak menembak itulah, Regu 2 Peleton X merayap ke atas bukit dan langsung melemparkan sejumlah granat serta menyirami pos itu dengan ratusan peluru.
"Pasukan ini bahkan sempat naik ke rumah yang dijadikan posko lawan dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri hasil serangan yang menewaskan delapan personel musuh termasuk komandan kompinya yang berpangkat mayor," tulis Supoduto Citrawijaya dalam Kompi X di Rimba Siglayan: Konfrontasi dengan Malaysia.
Malaysia Akui Kalah dari Indonesia
Kekalahan atas pasukan KKO AL itu diakui secara jantan oleh pihak Malaysia. Dalam monumen peringatan pertempuran di Kalabakan termaktub delapan nama itu, termasuk sang komandan kompi yang bernama Mayor Zainol Abidin Yaakob.
Selain korban tewas, 38 prajurit Sabah Rangers mengalami luka-luka dalam penyerbuan tersebut. Mereka pun harus kehilangan satu pucuk bren BAG standar NATO, tujuh pucuk senapan otomatis ringan (SOR) FN, sepuluh pucuk sten-gun dan satu pucuk pistol.
"Penyerang sendiri kehilangan seorang anggotanya yakni Prako Gabriel yang gugur dalam serangan tersebut," ungkap Citrawijaya yang juga eks anggota KKO AL dan pernah bertempur di palagan Kalimantan semasa Operasi Dwikora.
Ketika mengetahui markas Sabah Rangers di Kalabakan diserang hebat, pihak militer Inggris kemudian mengirimkan pasukan pemburu untuk mengejar para penyerang.
"(Usai penyerbuan itu) para sukarelawan Indonesia mundur namun terus diburu oleh pasukan dari unit Gurkha, tentara Australia dan tentara Malaysia lainnya hingga hanya menyisakan 12 orang yang berhasil melarikan diri," ungkap Mat Congo kepada Durie Rainer Fong dari freemalaysiatoday.com.
Militer Indonesia mengakui bahwa sejumlah prajuritnya tidak pernah kembali setelah penyerangan itu. Namun Indonesia tidak pernah mengakui mereka tewas karena ditembak pasukan pemburu Malaysia, Inggris dan Australia.
"Ada beberapa yang berhasil kembali ke pangkalan dengan selamat sedang yang lain meninggal karena kelaparan, beberapa lagi ada kemungkinan masih tinggal di daerah lawan," ungkap buku resmi terbitan KKO AL tersebut.
Sersan Rebani sendiri dinyatakan hilang (dan kemudian secara resmi disebutkan gugur karena kekurangan makanan). Pemerintah Republik Indonesia lantas mengganjar komandan operasi di Kalabakan itu dengan anugerah Bintang Sakti dan penaikan pangkat menjadi sersan mayor anumerta.