Operasi 'Intelijen' Sabotase Mobil Istri Presiden di Slipi
Ada perintah dari Istana Merdeka pagi itu. Seorang istri Presiden yang tinggal di Slipi, harus dicegah meninggalkan rumah. Berbagai 'operasi' pun dijalankan.
Ada perintah dari Istana Merdeka pagi itu. Seorang istri Presiden yang tinggal di Slipi, harus dicegah meninggalkan rumah. Berbagai 'operasi' pun dijalankan.
Kisah ini terjadi tahun 1960an. Saat Presiden Sukarno memiliki beberapa orang istri. Kadang timbul kerepotan yang mengundang tawa.
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Bagaimana Soekarno mempelajari bahasa Sunda? Inggit didapuk jadi penerjemah Bahasa Sunda masyarakat, dan membantu Soekarno saat kesulitan mengucap Bahasa Sunda.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata Soekarno tentang bangsa yang besar? "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."
-
Di mana Soekarno belajar untuk memimpin? Soekarno, yang tinggal di Surabaya pada era 1920-an, belajar untuk menundukkan hati rakyat dan menjadi inspirasi bagi mereka dalam melawan penjajah serta mencapai kemerdekaan Indonesia.
Suatu pagi, ajudan presiden Mayor Bambang Widjanarko dan para pengawal pribadi, diberi instruksi langsung oleh Bung Karno. Salah satu istrinya mendapat kabar jika Bung Karno tengah bertemu istri yang lain. Wanita itu marah dan mengancam hendak mendatangi lokasi pertemuan.
Siapa istri yang dimaksud? Dalam buku 'Sewindu Dekat Bung Karno' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia, Bambang Widjanarko tak menyebut nama lengkap wanita ini. Identitasnya disamarkan sebagai 'B'. Namun diduga B ini adalah Haryati istri Bung Karno yang tinggal di daerah Slipi.
Ajudan dan para pengawal pribadi harus benar-benar menjaga agar Haryati jangan sampai meninggalkan rumah pagi itu. Apalagi sampai datang ke lokasi pertemuan Bung Karno.
Mobil Mogok
Haryati memerintahkan sopir untuk segera berangkat. Sang sopir pun memasukkan kunci mobil dan berusaha menyalakan kendaraan. Namun kendaraan tidak kunjung hidup.
Dia kemudian membuka kap mobil. Mengecek satu per satu bagian di dalamnya. Namun hingga satu jam, mobil tersebut tak juga bisa dinyalakan. Haryati makin uring-uringan.
"B meledak dan menelepon bagian kendaraan istana meminta dikirim mobil yang lain," kata Bambang.
Ditunggu-tunggu, mobil tersebut tak juga datang. Satu jam berlalu, Haryati menelepon istana lagi. Pihak sana mengaku telah mengirim mobil sejak tadi.
"Harap Ibu bersabar, mungkin jalanan macet," kata mereka.
Giliran Truk Mogok Depan Rumah
Sekitar 30 menit kemudian, sopir yang tadi membetulkan mobil mogok, mencoba menyalakan mesin. Berhasil, mesin itu hidup. Bergegas Haryati naik.
Tapi ujian rupanya belum selesai. Saat mobil hendak keluar pagar, tiba-tiba ada truk mogok. Ditinggalkan begitu saja dan entah di mana pengemudinya. Letaknya tepat di depan pintu keluar rumah Haryati.
"Mobil B tidak bisa meninggalkan halaman," kata Bambang.
Gagalah upaya Haryati datang ke tempat pertemuan Bung Karno dan istrinya yang lain pagi itu.
Sandiwara Bung Karno
Sore harinya saat Bung Karno berkunjung ke Slipi, Haryati mengadukan masalah itu sambil menangis. Bung Karno marah besar. Dikumpulkannya semua pengawal dan sopir. Dibentak dan dimarahi habis-habisan.
"Melihat itu B diam dan berhenti menangis. Rupanya dia puas melihat kami semua dimarahi," beber Bambang.
Setelah selesai marah, Bung Karno menyuruh ajudan dan pengawalnya ke luar. Di halaman, meledaklah tawa mereka.
Operasi sabotase ala intelijen pagi itu sukses. Sesuai dengan instruksi Bung Karno, Haryati tak bisa meninggalkan rumah Slipi.
Lalu soal kemarahan Bung Karno?
"Ah, itu sandiwara saja. BK (Bung Karno) harus berpura-pura marah untuk mendinginkan hati istrinya," tutup Bambang.