Pulang Tugas dari Kongo, Pasukan TNI Borong Rolex & Jam Swiss 10 Koper
"Jam tangan yang dibeli di Swiss itu sekitar 10 koper," jelas mantan perwira seksi I Intel Yonif 330 Kujang Siliwangi itu.
Rolex dikenal sebagai jam tangan bergengsi. Bagaimana kisahnya pasukan TNI bisa membeli jam tangan ini dan merek lainnya hingga 10 koper?
Pada tahun 1960an, Kongo dilanda perang saudara. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), meminta Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian ke sana.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Apa saja teknologi informasi yang paling berpengaruh pada sejarah Indonesia? Perkembangan teknologi sejarah di Indonesia dari masa ke masa ini menarik untuk disimak. Teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia di era modern. Dengan terus berkembangnya teknologi, berbagai aspek kehidupan, mulai dari komunikasi, pendidikan, hingga pekerjaan, mengalami transformasi yang signifikan.
-
Apa yang menjadi cikal bakal sejarah penerbangan sipil di Indonesia? Pesawat persembahan dari masyarakat Aceh ini menjadi langkah besar industri penerbangan sipil di Indonesia. Saat ini, orang-orang bisa menikmati penggunaan transportasi udara yang jauh lebih nyaman dan aman tentunya. Namun, tidak banyak yang tahu bagaimana sejarah awal mula penerbangan sipil di Indonesia. Adanya transportasi udara ini berkat tokoh dan masyarakat terdahulu yang ikut andil dalam menorehkan sejarah penerbangan sipil di Indonesia.
-
Apa yang berhasil diamankan oleh prajurit TNI? Menariknya, penyusup yang diamankan ini bukanlah sosok manusia. Salah satu tugas prajurit TNI adalah menjaga segala macam bentuk ancaman demi kedaulatan dan keselamatan bangsa Indonesia.
TNI kemudian mengirim Batalyon Garuda II. Inti pasukannya berasal dari Yonif 330 Kujang Siliwangi ditambah Detasemen KKO TNI AL (Kini Marinir) dan satu pasukan polisi militer.
Selama penugasan di Kongo, nama pasukan Indonesia cukup harum. Kompi C Yon Garuda II sampai mendapat kepercayaan untuk menjaga markas besar pasukan PBB di Leopoldville.
Satu peleton Polisi Militer TNI pun dipercaya mengawal Panglima Pasukan PBB, Letjen Van Horn dari Swedia.
Uang Saku Ditahan Komandan
Ada hal yang tidak bisa dilupakan oleh Letnan Kolonel (Purn) Achjar Darwis saat penugasannya di Kongo. Uang saku para prajurit ditahan oleh Komandan Batalyon Garuda II Letnan Kolonel Solichin GP.
Hal ini dikisahkan Achjar dalam buku Jenderal Tanpa Angkatan, Memoar Eddie M Nalapraya. Saat itu Achjar sama-sama bertugas di Kongo bersama Eddie.
Sebagai kontingen pasukan perdamaian, mereka mendapat uang saku yang cukup besar dalam mata uang Dollar Amerika Serikat.
Niat Letkol Solichin GP baik. Dia menjaga agar anak buahnya tidak menghambur-hamburkan uang saat masih bertugas. Namanya anak muda, khawatir nanti mereka malah berfoya-foya di Kongo dan tidak membawa apa-apa saat kembali ke Indonesia.
"Daripada saya menyiksa keluarga, lebih baik saya menyiksa kalian semua. Uang saku saya simpan, belum diberikan," tegas Letkol Solichin.
Anak buahnya pun pasrah menurut perintah komandan.
Beli Jam di Swiss
Kontingen Garuda bertugas sekitar delapan bulan di Kongo. Menjelang akhir penugasan, uang saku mereka tetap utuh.
Uang inilah yang kemudian digunakan mereka untuk membeli jam tangan dan skuter.
"Semua anggota boleh memilih merek jam tangan yang disukai seperti Rolex, Omega atau yang lainnya. Jam tangannya sub marine, tahan air," kenang Achjar.
Mereka pun mengundi siapa perwira yang akan berangkat ke Swiss untuk belanja. Jumlah jam dan skuter yang dibeli cukup banyak. Maklum saja, anggota Yon Garuda II yang bertugas di Kongo lebih dari 1.000 orang.
"Jam tangan yang dibeli di Swiss itu sekitar 10 koper,' jelas mantan perwira seksi I Intel Yonif 330 Kujang Siliwangi itu.
Skuter Kongo
Tak cuma jam, mereka juga membeli skuter di Eropa. Skuter-skuter inilah yang di kalangan kolektor di tanah air dikenal sebagai 'Skuter Kongo'. Nama ini rupanya didapat karena dulu Yon Garuda II bertugas di Kongo.
"Selain itu, kita diperbolehkan juga memesan mesin jahit atau barang elektronik lain," kata Achjar.
Barang-barang tersebut pada saat itu tergolong barang mewah dan sulit dicari di pasaran Indonesia. Sebuah kegembiraan bagi para prajurit itu pulang dengan membawa aneka barang tersebut.
Apalagi uang saku mereka masih sisa dan seluruhnya dikembalikan saat tiba di Indonesia.
"Jam tangan Rolex, skuter dan mesin jahit Singer milik saya masih saya simpan untuk kenang-kenangan. Malahan skuter dan mesin jahitnya masih bagus. Masih bisa digunakan," ujar Achjar mengenang pengalamannya puluhan tahun lalu.