Wanita Genit Kaget, Pria yang Digodanya di Pasar Ternyata Sri Sultan!
Sambil senyum-senyum genit, perempuan itu menjawab. "Murah kok, Mas,"
Kisah kebersahajaan seorang raja Jawa. Sempat membuat geger sebuah pasar di Kota Gede.
Oleh: Hendi Jo
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Bagaimana Yogyakarta mendapatkan status istimewa? Sejak pengakuan kedaulatan Indonesia sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 2 November 1949, Yogyakarta yang sejak tahun 1946 menjadi ibu kota negara hanyalah sebuah negara bagian di bawah naungan Republik Indonesia Serikat (RIS).
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Bagaimana pembangunan Segarayasa di Keraton Yogyakarta? Selain itu di danau buatan itu terdapat terowongan bawah tanah dan masjid bawah tanah.
-
Mengapa Yogyakarta memiliki status istimewa? Sejarahnya bahkan sudah dimulai jauh sebelum undang-undangnya disahkan pada tahun 2012. Bahkan status keistimewaan itu sejatinya telah diperoleh sebelum kemerdekaan.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX sangat dihormati masyarakat Yogyakarta. Ngarsa Dalem (panggilan hormat rakyat Yogyakarta kepada beliau) memang dikenal sebagai pribadi yang merakyat.
Terkait itu, Jenderal Pranoto Reksosamodra memiliki kisah tersendiri. Ceritanya, suatu hari di akhir tahun 1949, dia mendampingi Sri Sultan blusukan ke kawasan Kota Gede. Saat melewati pasar, tiba-tiba Sri Sultan yang menyetir, menghentikan Land Rover-nya.
Dia lantas turun dan melangkah ke dalam pasar. Ketika sampai di depan seorang pedagang beras yang masih muda, dia berhenti dan berjongkok sambil memegang butiran beras.
"Berapa harga beras seliter?" tanya Sri Sultan dalam Bahasa Jawa pada pedagang itu.
Sambil senyum-senyum genit, perempuan itu menjawab. "Murah kok, Mas,' jawabnya..
Saat transaksi masih berlangsung dengan akrabnya, sekonyong-konyong seorang pedagang tua yang mengenal Sri Sultan berseru. "Heh, jangan berani-beraninya ya sama Sri Paduka!"
Kontan gegerlah situasi pasar tersebut mengetahui siapa pria yang membeli beras itu.
"Orang-orang seisi pasar itu semuanya berjongkok saat mengetahui kehadiran rajanya di tempat itu," kenang sang jenderal seperti dinukil dalam biografinya, Catatan Jenderal Pranoto Reksosamodra: Dari RTM Boedi Oetomo sampai Nirbaya.