6 Fakta Semburan Api di Rest Area Tol Cipali, Masih Belum Padam hingga Jumat
Saat ini, rest area yang berada di Kecamatan Cipendeuy itu telah ditutup oleh kepolisian guna mencegah kejadian yang tidak diinginkan.
Beberapa hari belakangan semburan api muncul di Rest Area KM 86 B Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), Kabupaten Subang, Jawa Barat. Tinggi kobaran pun tercatat hingga enam meter, dengan kondisi yang menyala besar.
Diketahui api itu pertama muncul pada Rabu (26/4) pagi dan membuat warga yang berada di sekitar TKP panik. Untuk menangani kobaran tersebut, pihak kepolisian bersama petugas pemadam kebakaran dan tim Pertamina terus melakukan pemadaman dan pengendalian.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Saat ini, rest area yang berada di Kecamatan Cipendeuy itu telah ditutup oleh kepolisian guna mencegah kejadian yang tidak diinginkan. Berikut enam faktanya yang berhasil dikumpulkan Merdeka.com, Jumat (28/4).
Awalnya dari Galian Sumur
Kobaran api di rest area Tol Cipali ©2023 Instagram Badan Geologi/Merdeka.com
Menurut Kainduk PJR Tol Cipali, Ipda Raden Nugraha, api diketahui pertama muncul pada Rabu (26/4) pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Ketika itu sedang dilakukan penggalian sumur di titik api tersebut muncul.
Mulanya yang keluar adalah air, namun lama kelamaan api muncul hingga terus membesar. Ia pun memastikan jika api berasal dari gas di titik penggalian sumur bor tersebut.
“Ini ada gas keluar dari sumur bor dan menyemburkan api,” kata dia, saat dihubungi wartawan, mengutip dari Merdeka Peristiwa.
Tidak Ada Pipa Gas
Gas disebutnya muncul dari dalam tanah secara alami. Ia membantah jika di lubang galian terdapat pipa gas. Api kemudian muncul dari proses penguapan di udara sehingga lekas menyala dengan ukuran yang cukup besar.
Api juga disebut tidak menimbulkan ledakan, dan hanya muncul dari sela-sela permukaan tanah yang digali untuk perbaikan pompa air.
Setelah api muncul, pihak rest area langsung berkomunikasi dengan pihak pertamina untuk mengelola kebocoran tersebut. Upaya pemadaman terus dilakukan menggunakan semprotan air dari kendaraan pemadam api.
"Lagi perbaikan saluran air akan mengganti mesin pompa. Gak ada (korban) kan itu kaheap bahasa sunda na mah. Belum padam, kan gas yang keluarnya api dari gas. Iya masih lagi ditangani tim sama Pertamina juga ada di sini," terangnya, mengutip dari Merdeka Peristiwa.
Api Masih Belum Padam hingga Jumat Hari Ini
Sampai dengan Jumat (28/4) pagi, api di lubang tersebut masih terus muncul kendati upaya pemadaman terus dilakukan.
Mengonfirmasi, Kapolres Subang, AKBP Sumarni pihaknya juga masih melakukan upaya penanggulangan bersama Pertamina dengan mempertimbangkan risiko kecil.
Salah satu yang akan dilakukan dengan melakukan penutupan melalui metode capping di titik api.
"Dengan mengalirkan gas dari sumur air melalui pipa-pipa yang sedang didesain oleh tim ahli dan teknis dari Pertamina EP. Tim lainnya membantu pelaksanaan eksekusi pekerjaan," terang dia, mengutip ANTARA.
Evakuasi Warga di Rest Area Sudah Dilakukan
Tindakan evakuasi warga di sekitar rest area juga sudah dilakukan, termasuk dengan melakukan penutupan dan pemasangan garis polisi sebagai langkah pencegahan.
Kemudian pihaknya juga menyiagakan petugas kesehatan guna mengatasi kedaruratan medis selama proses pengendalian semburan gas dan api di lubang sumur.
Dirinya turut memastikan jika adanya fenomena ini tidak akan mengganggu aktivitas arus balik Lebaran yang saat ini masih berlangsung.
Selain polisi, semburan api bercampur gas itu juga sudah ditindaklanjuti oleh badan geologi untuk diteliti.
Badan Geologi Sebut Kejadian sebagai Fenomena Biasa
Setelah mendapati kabar itu, tim ahli Penyelidik Bumi dari Pusat Survei Geologi (PSG) dan Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) langsung melakukan langkah pengamanan dan pendalaman.
Penyelidik Bumi dari PSG, Iwan Sukma menyebut bahwa peristiwa ini merupakan hal yang biasa, karena wilayah Jawa Barat utara merupakan daerah dengan produksi minyak yang cukup besar dan bisa menimbulkan semburan gas dan api.
Ia juga memastikan jika gas bukan berasal dari pipa milik Pertamina melainkan dari dalam tanah yang merupakan gas alam.
“Penyebabnya masih belum bisa dipastikan, karena harus diselidiki lebih lanjut penyebab berkurangnya tekanan dan jenis gasnya. Apabila memungkinkan akan diambil sampel dari gasnya, apakah termasuk gas biogenic atau thermogenic,” kata Iwan, mengutip Instagram Badan Geologi, Jumat (28/4).
Penggalian Sumur untuk Air Sudah Berizin
Badan Geologi juga memastikan jika penggalian sumur yang sudah dilakukan sejak tahun 2020 itu juga sudah berizin. Menurut data yang dimiliki mereka, kedalaman sumur tersebut mencapai 100 meter.
Dikarenakan banyaknya kalangan industri yang menggunakan air tanah tersebut, pihaknya akan melokalisir titik-titik yang berpotensi munculnya semburan gas agar ke depannya tidak terjadi peristiwa demikian.
“Air tanah di wilayah Jabar bagian utara banyak dijumpai industri yang memakai air tanah. Ke depan jadi masukan untuk Badan Geologi melokalisir wilayah yang kemungkinan ada semburan gas untuk memberi perizinan air tanah ke depannya. Sehingga lebih selektif dalam memberi izin untuk penggunaan air tanah,” beber Fungsional Penyelidik Bumi PATGTL, Wahyudin.