Angin Puting Beliung Hantam Cimenyan, Ternyata Ini Penyebabnya
Dari hasil pantauan, sebelum adanya bencana puting beliung di kawasan tersebut terdapat pembentukan Awan Cumolonimbus yang terpantau dari citra satelit pada pukul 15.20 Wib. Sebelumnya hembusan angin juga telah terpantau sebesar 28 km/jam, pada pukul 15.00 WIB.
Bencana puting beliung dilaporkan terjadi di Desa Mekarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Minggu 28/03 sore pukul 16.00 WIB kemarin. Kejadian itu menimbulkan ratusan rumah rusak, serta sejumlah pohon tumbang.
Manajer Pusdalops PB BPBD Jabar Budi Budiman Wahyu menyebutkan jika angin puting beliung teramati di kawasan Jalan Ciharalang RW 03 hingga RW 06. Kejadian itu juga diketahui berbarengan dengan kondisi Cimenyan yang tengah diguyur hujan angin cukup deras.
-
Kenapa surat kabar menjadi primadona di Bandung? Di era kejayaannya, surat kabar menjadi primadona bagi masyarakat yang tengah menantikan informasi.
-
Apa yang sebenarnya terjadi di foto-foto yang beredar di media sosial tentang Bandung yang dipenuhi salju? Berdasarkan hasil penelusuran, foto tersebut merupakan hasil suntingan dan telah beredar dari tahun lalu.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Bagaimana Sariban menyebarkan pesan kebersihan di Bandung? Di sepeda tuanya, ia menuliskan pesan untuk masyarakat agar membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Imbauan ini diserukan agar banyak orang yang makin sadar akan kebersihan lingkungan demi masa depan.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
"Rumah dan warung yang ada di jalan utama materialnya tertiup angin dan menumbangkan beberapa pohon menjadikan akses menuju RW yang lain tertutup. Angin bertiup dari lembahan menuju puncak (sesuai kajian awal)," terang Budi, sebagaimana dilansir dari Liputan6.
Tak Ada Korban Jiwa sampai Listrik Warga Padam
Budi menambahkan, bencana tersebut juga berdampak pada sejumlah warung milik warga serta gardu listrik yang membuat jaringan di wilayah tersebut terputus. Menurut Budi peristiwa tersebut tidak menimbulkan adanya korban jiwa.
"Yang terdampak warung, beberapa rumah warga, dan gardu listrik yang menjadikan listrik padam," ucap dia
Dari hasil pantauan, angin puting beliung di Cimenyan membuat beberapa pohon menutup akses jalur seperti jalan menuju RW 6, sehingga masyarakat hanya bisa menjangkau RT 02 RW 03 saja.
"Warga sedikit-sedikit membersihkan puing, memotong pohon tumbang untuk akses menuju RW lainnya," tambahnya.
Adanya Pembentukan Awan Cumolonimbus
Sementara itu Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu mengatakan jika sebelum adanya angin puting beliung yang melanda kawasan Cimenyan, pihaknya mencatat adanya pembentukan awan Cumolonimbus.
Pembentukan itu berdasarkan data dari pantauan citra satelit di area bencana pada pukul 15.20 Wib. Sebelumnya hembusan angin juga telah terpantau sebesar 28 km/jam, pada pukul 15.00 WIB.
"Seiring akan memasuki periode transisi atau pancaroba, ditandai dengan gejala cuaca yang tidak stabil dan adanya perubahan pola angin sehingga potensi hujan yang terjadi bisa disertai kilat atau petir dan angin kencang atau angin puting beliung," kata Teguh.
Adanya Daerah Belokan Angin
©2015 Merdeka.com
Teguh juga menambahkan, terdapat dua faktor lainnya yang menyebabkan munculnya angin tersebut yakni regional dan global.
Untuk faktor regional, terbentuknya puting beliung tersebut dikarenakan adanya daerah belokan angin atau shearline di Jawa Barat bagian tengah, serta adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia.
Sedangkan untuk faktor global, Teguh menyebut bahwa terdapat anomali suhu di permukaan laut perairan Jawa Barat yang masih cenderung hangat, sehingga memicu terjadinya pembentukan awan konvektif potensial hujan.