Berawal dari Panggilan Khas Ningrat, Ini 6 Fakta Nama-nama Orang Sunda yang Ikonik
Sebagai sebuah suku bangsa di Indonesia, Sunda memiliki ciri khas yang melekat salah satunya melalui nama-namanya masyarakatnya yang identik. Di balik namanya yang unik, ternyata nama Sunda memiliki makna sosial yang kuat, bahkan beberapa di antaranya merupakan panggilan sayang orang tua hingga panggilan kaum ningrat.
Sebagai sebuah suku bangsa di Indonesia, Sunda memiliki beragam ciri khas yang melekat, salah satunya melalui kepemilikan nama yang unik dan khas dari para masyarakatnya seperti Asep, Encep, Agus, Aceng, Ujang, Nyai dan seterusnya.
Namun perlu diketahui bahwa nama-nama yang melekat tersebut rupanya merupakan warisan leluhur, yang merupakan pengembangan dari panggilan kesayangan bagi masyarakat Sunda terhadap anaknya pada saat itu.
-
Apa nama bayi yang baru lahir? Melalui postingan ini, Andrew menuliskan caption yang berbunyi, 'Hey Baby Luv. Zeya Savannah Luv.'
-
Kapan nama-nama bayi perempuan ini dikumpulkan? Melansir dari berbagai sumber, Jumat (16/2), simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Siapa yang merangkum informasi tentang nama Jepang anak laki-laki? Merdeka.com merangkum informasi tentang nama Jepang anak laki-laki yang keren dan penuh arti.
-
Kapan daftar nama anak perempuan ini dipublikasikan? Melansir dari berbagai sumber, Kamis (22/2), simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Dari mana kita bisa mendapatkan informasi tentang nama-nama bayi perempuan Jawa dan artinya? Melansir dari berbagai sumber, berikut ini merdeka.com merangkum informasi tentang nama bayi perempuan Jawa lucu dan artinya yang perlu Anda ketahui.
-
Apa yang menjadi kabar terbaru tentang keluarga Azhari? Belum lama ini salah satu anggota Keluarga Azhari ada yang berulang tahun. Pada masanya, Ayu Azhari, Sarah Azhari, Rahma Azhari, dan anggota keluarga Azhari lainnya pernah tenar dan kerap wira-wiri di dunia pertelevisian Indonesia sejak era tahun 1990-an.
"Asep itu panggilan orangtua bagi anak laki-laki, kalau untuk anak orang lain dipanggil Ujang," ujar Budayawan Lokal Franz Limiart via Liputan6.
Nama Asep dan Panggilan Khas Ningrat Sunda
©2014 Merdeka.com/Arie Basuki
Dalam keterangannya, Fraz juga mengungkapkan salah satu keunikan masyarakat di Jawa Barat dalam menyebut nama anaknya memang tak lepas dari strata sosial dari masyarakatnya.
Ia mencontohkan di balik nama anak laki-laki Encep yang merupakan panggilan halus dari Asep, merupakan nama khusus diberikan kepada anak-anak dari kalangan Ningrat atau Bangsawan.
"Kalau masyarakat biasa cukup Asep, atau Ujang bagi anak laki-laki orang lain," kata dia.
Hal berikut juga berlaku bagi anak perempuan, di kalangan anak perempuan dahulu popular istilah nama Ai atau Enok yang merupakan panggilan bagi anak kalangan ningrat di masa lalu, hingga kemudian digunakan sebagai nama anak perempuan di beberapa tahun ke belakang.
"Namun kini nama Enok sudah jarang digunakan seiring perkembangan zaman," ujar dia sedikit bercanda.
Aceng dan Unsur Agama Islam
Selain Asep dan Denok, nama Sunda yang juga memiliki kedudukan kuat di masyarakat Jawa Barat masa lalu adalah nama Aceng. Menurut Franz, Aceng merupakan nama khusus yang diberikan kepada anak dari pemuka agama seperti ustaz, kiai, ajengan dan lainnya.
"Pokoknya asal anak kiai, ustaz, ajengan, terlebih punya pesantren atau lembaga pendidikan agama islam, biasanya dipanggil Aceng," kata dia.
Dijadikan Nama Sambungan Seiring Perkembangan Zaman
Terkait pemakaian nama-nama Sunda tersebut di masa sekarang, menurut Franz sudah tidak lagi dijadikan sebagai nama utama, melainkan kini telah dijadikan sebagai nama sambung atau tambahan.
Biasanya nama-nama tersebut dijadikan sebagai nama awalan dari seorang anak, seperti Aceng Muhammad, Aceng Fikri, Aceng Mfitah dan lain-lain.
“Kini bukan anak kiai pun namanya bisa menggunakan Aceng, silahkan saja,” tambahnya.
“Acengnya merupakan panggilan Sunda, Miftah, Fikri kan bahasa Arab,” katanya.
Nama Sunda Sebagai Media Silaturahmi
Wakil Ketua Paguyuban Asep Dunia, Asep Jaelan
Liputan6 ©2020 Merdeka.com
Menariknya, saat ini nama-nama Sunda telah menjadi sebuah komunitas yang cukup besar di Indonesia dengan tujuan untuk mewadahi tali silaturahmi dari para pemiliknya sesama masyarakat Sunda.
Salah satu di antaranya adalah nama Asep yang kini memiliki wadah bernama Asep Dunia. Menurut wakil pimpinan Asep Dunia, Asep Jaelani menyebutkan jika paguyuban tersebut bisa mewadahi pemilik nama Asep untuk saling menguatkan satu sama lain. Dari Asep Dunia juga diketahui jika di Bojonegoro, Jawa Timur nama Asep kerap digunakan sebagai nama dari anak atau seorang perempuan.
"Karena memang kami sebagai suku Sunda dan lainnya memiliki ciri khas yang saling menguatkan dengan suku lainnya di Indonesia. Bahkan di Bojonegoro nama Asep malah dipakai perempuan, namanya Asep Purwani," ujar Asep Jaelani selaku ketua Paguyuban Asep Dunia.
Mengandung Makna Kebikan Serta Filosofi Mendalam
Saat ini nama Asep juga telah melebar ke wilayah lain di luar Sunda hingga dijadikan bagian dari nama marga di suku bangsa lain, seperti Asep Situmorang dan Asep Sugiarto. Meskipun tidak memiliki ikatan keturunan suku Sunda sama sekali, Ia tetap bangga sebagai pemilik nama Asep
"Dia bahkan tidak bisa bahasa sunda sama sekali, namun tetap bangga menggunakan nama Asep," ujar dia.
Namun meskipun demikian, Asep mengklaim jika nama Asep memiliki filosofi yang mendalam, sekaligus doa bagi anak laki-laki yang menyandang nama Asep.
"A itu artinya agama, S itu sosial atau berjiwa sosial, E itu ekonomi atau menjadi pemimpin dalam dunia usia dan P adalah Pendidikan," papar dia.
Memiliki Pengaruh dari Kerjaan Mataram
Sementara itu, terkait pemaknaan sosial dari nama Sunda sebagai panggilan kesayangan menurut Warjita selaku Pamong Budaya Bidang Sejarah Dinas Pariwisata dan Budaya Garut menceritakan jika hal tersebut tidak terlepas dari pola tatanan kekuasaan Kerajaan Mataram di masa lalu.
Kerajaan Mataram memiliki kuasa yang kuat, hingga berhasil menguasai kerajaan-kerajaan di pulau Jawa. Di bawah kekuasaan Sultan Agung saat itu, dibentuk tatanan sosial masyarakat sehingga memungkinkan adanya kasta yang berkembang di tengah kehidupan masyarakat.
"Garut dan kerajaan di Jawa Barat itu salah satu bagian dari kekuasaan Mataram," kata dia.
Ketika di bawah kekuasaan Sultan Agung saat itu, terdapat tatanan sosial masyarakat yang terbentuk sehingga memungkinkan terjadinya kasta atau kelas sosial yang berkembang hingga memengaruhi panggilan kepada sesama masyarakat dalam hal ini anak-anak di masyarakat yang berbeda (menyangkut keturunan).
"Encep itu panggilan buat anak ningrat, sementara ujang panggilan buat anak rakat jelata, padahal keduanya sama panggilan buat anak laki-laki," kata dia.
Selain itu, di Sunda juga terdapat panggilan ‘bungsu’ yang merujuk pada anak paling akhir (bontot), belakangan panggilan tersebut justru menjadi nama Cucu atau Ucu untuk menunjukkan anak terkecil dari sebuah keluarga.
Kini, seiring berjalannya waktu, panggilan kesayangan yang berkembang di tingkat strata sosial tempo dulu, akhirnya digunakan sebagai nama oleh masyarakat.
"Dan memang tidak ada larangan, sah-sah saja menjadi sebuah nama orang bagi generasi berikutnya," ungkap dia.