Melihat Cara Orang Betawi Tempo Dulu Memberi Nama kepada Anak, Jadi Fenomena Sosial yang Unik
Masyarkat Betawi benar-benar sangat memperhatikan perihal nama. Mereka tak ingin nama tersebut sekedar bagus, namun juga mudah dikenal.
Mat Opik, Bang Beni, atau Ncang Omat belakangan familiar sebagai nama dari masyarakat Betawi. Penggalannya pun mudah dihapal, karena maksimal terdiri dari dua kata. Namun tahukah Anda bahwa ada cerita unik di balik kehadiran nama-nama tersebut?
Rupanya, kata-kata singkat yang kita kenal dan melekat sebagai nama orang Jakarta tulen itu merupakan panggilan yang memang disepakati khusus. Selain itu, para orang tua di zaman dulu juga tak pernah sembarangan memberi nama.
-
Bagaimana cara menjaga identitas budaya Jawa melalui nama bayi? Memberikan nama bayi perempuan Jawa kepada anak adalah salah satu cara yang efektif untuk menjaga identitas bangsa.
-
Kenapa orang Jawa menggunakan bahasa Jawa untuk nama anak? Selain indah dan unik, menggunakan bahasa Jawa untuk memberikan nama anak juga menjadi salah satu upaya dalam melestarikan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
-
Apa ciri khas Batik Betawi? Batik Betawi memiliki ciri khas dalam teknik pembuatannya. Meskipun sudah banyak pembatik yang menggunakan cap, para perajin Batik Betawi lebih memilih mempertahankan teknik tulis tradisional.
-
Kenapa orang tua memilih nama anak laki-laki bahasa Jawa kuno? Selain kebutuhan si kecil, nama juga menjadi salah satu hal yang harus disiapkan oleh para calon orang tua.
-
Bagaimana cara memilih nama bayi Batak? Tentu saja sebagai orang tua, Anda akan memilihkan nama yang memiliki arti dan doa terbaik bagi anaknya. Tak heran bila orang tua biasanya membutuhkan waktu cukup lama hanya sekadar untuk menyiapkan nama.
-
Apa itu ketapel Betawi? Ketapel menjadi permainan tradisional yang legendaris di Jakarta.
Mereka ingin anak-anaknya dikenal baik, sebagus nama yang diberikan. Itulah mengapa, masyarakat Betawi benar-benar memperhatikan perihal nama. Mereka tak ingin nama tersebut sekadar bagus, namun juga mudah dikenal. Berikut informasinya.
Memberikan Nama Harus Diiringi Selamatan
Mengutip buku “Betawi Tempo Doeloe: Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi” karya Abdul Chaer, pemberian nama kepada anak Betawi yang baru lahir perlu dilakukan dengan hormat. Hormat yang dimaksud adalah, diiringi dengan doa dan perayaan selamatan.
Sebelum disepakati tentang nama, orang tua perlu melakukan rembukan dengan keluarga besar. Ini karena keluarga akan memberikan banyak saran, tentang penamaan yang bagus dan sesuai syariat Agama.
“Mencari dan menentukan nama biasanya dibicarakan dalam satu sedekahan, dengan hidangan bubur merah putih,” catat Chaer, dikutip Merdeka.com, Senin (19/8).
Nama Biasanya Identik dengan Ajaran Agama
Sejak dulu, masyarakat Betawi sudah dekat dengan ajaran agama, terutama Islam. Ini tak terlepas dari proses percampuran banyak budaya, tertutama Timur Tengah dan India yang ketika itu membawa misi penyebaran ajaran Islam.
Perlahan-lahan, para keturunan mereka yang saat ini menjadi masyarakat Betawi masih meneruskan kebiasaan tersebut, yakni memasukkan unsur agama di namanya.
“Untuk anak perempuan biasanya digunakan unsur yang dekat nabi, seperti Maryam, Siti Zulaikha hingga Siti Sarah. Untuk laki-lakinya juga sama, yakni Ali, Umar, Usman atau bisa juga dari Asmaul Khusna seperti Khadir, Rahman, Latif, Gofur dan tak sedikit yang menambah kata Muhammad di depannya,” tulis Chaer.
Memiliki Panggilan yang Mudah Diingat
Dari nama-nama yang baik itu, komunitas Betawi biasanya menyepakati nama panggilan yang mudah diingat oleh keluarga atau masyarakat.
Agar tidak sulit diucapkan, nama yang cukup panjang bisa disingkat seperti Mamat atau Mat untuk Muhammad, Boim untuk Ibrahim dan lain-lain.
“Nama-nama yang bagus ini kelak dalam kehidupan sehari-hari akan berganti menjadi nama poyokan atau sapaan. Misalnya, Abdullah menjadi Duloh atau Uwo, Abdul Khodir menjadi Dading, Abdul Rahman menjadi Oman,” tambah Chaer.
Jadi Kebudayaan Unik Betawi Turun Temurun
Keunikan pemberian dan sebutan nama di kalangan masyarakat Betawi merupakan fenomena sosial yang unik.
Ini membuktikan bahwa nama tidak hanya harus bagus bagi warga sekitar, namun juga harus mudah diucap dan kehadiran nama juga bisa menjadi salah satu media perekat tali silaturahmi.
Nama lengkap juga menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Betawi memegang teguh ajaran agama Islam, dengan tetap memakainya pada nama anak-anak mereka.