Nyaris Tenggelam, Seni Betawi Kuno Ini Unik Karena Padukan Pantun dengan Gambang Kromong
Melagukan pantun jadi ciri unik kesenian asli Betawi ini
Melagukan pantun jadi ciri unik kesenian asli Betawi ini
Nyaris Tenggelam, Seni Betawi Kuno Ini Unik Karena Padukan Pantun dengan Gambang Kromong
Kekayaan budaya Betawi melahirkan ragam kesenian yang sebagiannya kini masih bisa disaksikan. Salah satu warisan leluhur yang masih bertahan di antaranya Gambang Rancag yang terbilang unik.
Para pelaku kesenian ini dengan kreatif memadukan pantun jenaka dengan musik gambang kromong.
Setiap penampilan Gambang Rancag menyajikan kisah-kisah legenda yang disampaikan dengan apik, serta penuh ajakan untuk tidak terbawa arus modern.
-
Apa saja ciri khas pantun betawi? Pantun Betawi memiliki ciri khas yang spontan, blak-blakan, dan lucu.
-
Kenapa Seni Pakemplung terancam punah? Namun sayangnya, kesenian ini belakangan terancam punah karena dianggap rumit dan terlalu sakral. Berikut informasi tentang seni Pakemplung yang mulai sulit dijumpai.
-
Bagaimana ciri khas Pantun Bahasa Ngapak Tegal? Tegal merupakan daerah yang sangat dikenal dengan aksen ngapak yang menonjol. Bahkan seseorang yang mendengar orang lain yang menggunakan dialek ngapak pasti akan terpikir bahwa ia berasal dari Tegal.
-
Bagaimana cara pantun betawi menyampaikan pesan? Meskipun dikemas dengan gaya lucu, namun pantun Betawi ini mengandung berbagai pesan dan makna bijak yang bisa menjadi pelajaran.
-
Dimana pantun betawi biasanya digunakan? Misalnya, pada masyarakat Betawi, pantun biasanya digunakan sebagai hiburan selamat datang untuk menyambut tamu dalam berbagai acara seperti acara pernikahan dan lain sebagainya.
Di awal kemunculannya pada 1930-an, Gambang Rancag adalah media hiburan yang sangat populer di kalangan masyarakat Betawi.
Pertunjukan ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan dan penyampaian nilai-nilai moral.
Sayangnya, kesenian ini mulai tak terdengar eksistensinya. Meski demikian, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan baik oleh pemerintah, maupun sejumlah komunitas seni yang peduli dengan budaya Betawi.
Gambang Rancag jadi salah satu pertunjukan lokal yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke wilayah ibu kota. Berikut informasinya
Foto: Youtube Pusdatin
Berangkat dari Seni Pantun
Jika melihat para pelawat Betawi di layar kaca selalu menampilkan pantun, agaknya seni sastra ini benar-benar melekat dengan masyarakat setempat. Dari pantun ini pula, seni Gambang Rancag lahir.
Mengutip kanal Youtube Cerita Budaya Bahasa yang dikelola Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), Kemendikbudristek RI, Gambang Rancag sebelumnya dikreasikan oleh seniman pantun setempat agar semakin menarik.
Jika sebelumnya seni pantun dalam acara pernikahan selalu dihadirkan tanpa iringan musik, maka Gambang Rancag justru harus diiringi oleh alunan gambang kromong sebagai pembangun suasana dan tema dari pantun yang dibawakan.
Dari Seniman Panggilan sampai Dibawakan untuk Mengamen
Seperti disebutkan sebelumnya, kesenian ini sebelumnya telah eksis pada hampir 100 tahun lalu. Saat itu, para penemunya biasa tampil di hajatan pernikahan maupun sunatan dan disukai banyak orang.
Agar kesenian ini makin dikenal, para pelaku kesenian ini mengenalkannya melalui kegiatan mengamen dengan berkeliling kampung
Tak disangka, orang-orang semakin mengetahui ihwal kesenian ini sehingga mereka banjir tawaran.
Dari yang sebelumnya hanya sebagai panggilan saat ada hajatan, belakangan mulai ditanggap oleh warga kampung di momen-momen saat pesta rakyat.
Melagukan Pantun
Mungkin, ciri ini jadi pembeda seni Gambang Rancag dengan tradisi pantun pada umumnya yakni melagukan pantun.
Merujuk kebudayaan.kemdikbud.go.id, Lagu yang sering diperdengarkan baik lagu pembukaan maupun pengiring dalam melakukan penceritaan antara lain: Jali-Jali, Surilang, Persi, Lenggang Kangkung, Cente Manis, Stambul Siliwangi, Gelatik Ungu, Liro, Phobin Kongjilak Perempuan, Sipatmo, Macutay, Cutaypandan dan lain-lain.
Selama kegiatan melagukan pantun dilakukan, para nayaga yang merupakan penabuh instrumen terus membunyikan beberapa alat musik seperti bambu (suling), kayu (gendang), sukong, perunggu (kromong, gong, kecrek), serta kendang.
Mulanya Dipakai untuk Mengkritik Pemerintah Belanda
Sisi menarik kesenian Gambang Rancak lainnya adalah terdapatnya pesan kritik kepada pemerintah Belanda di masa awal kemunculan. Agar tidak ketahuan, bahasa yang digunakan adalah Betawi dan sedikit melayu.
Secara tema, yang dibawakan juga tentang jawara salah satunya Si Pitung yang dengan lantang anti dengan penguasa penjajah yang semena-mena menarik pajak dan mempekerjakan warga dengan paksa.
Bisa disimpulkan bahwa kesenian ini merupakan salah satu media perlawanan oleh warga Jakarta untuk mengusir penjajah. Pesan yang dibawa adalah semangat perjuangan, agar masyarakat bisa bersatu melawan kejahatan kolonialisme.