Sisi Menarik Kue Rangi, Jajanan Kuno Khas Betawi yang Kini Terpinggirkan
Salah satu alasan kue ini masih dicari para penggemar lantaran tekstur dan cita rasanya yang beragam.
Salah satu alasan kue ini masih dicari para penggemar lantaran tekstur dan cita rasanya yang beragam.
Sisi Menarik Kue Rangi, Jajanan Kuno Khas Betawi yang Kini Terpinggirkan
Jika dicari, apa jajanan kuno di Jakarta? Tentu akan disebut beberapa nama seperti kerak telor, kembang goyang sampai selendang mayang. Namun ternyata masih ada kudapan lawas lainnya yang hampir terlupakan bernama Kue Rangi.
Buat sebagian orang, nama ini mungkin dianggap asing karena memang sudah jarang ditemui. Kehadirannya kalah pamor dengan jajanan jadul lainnya yang sering tampil di acara kebudayaan.
-
Kenapa Kue Geplak Betawi hampir punah? Sayang, kue ini mulai sulit ditemukan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Jangan harap kehadirannya mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional, karena pasti hasil perburuan bakal tetap nihil.
-
Kue Rangi terbuat dari apa? Kue rangi adalah salah satu kue tradisional Betawi. Kue ini terbuat dari campuran tepung kanji kelapa parut yang dipanggang dengan cetakan khusus di atas tungku kecil dan ditutup agar matang.
-
Apa itu Kue Geplak Betawi? Bentuknya tidak sebesar roti Belanda ataupun tart yang saat itu banyak dijual di toko-toko.Meski demikian, kue ini punya banyak penggemar tak terkecuali dari kalangan Belanda itu sendiri.
-
Di mana Kue Geplak Betawi dulu banyak ditemukan? Kuliner Khas Betawi Pinggiran Kembali ke awal 1900-an, kue geplak sudah jadi sajian yang banyak ditemukan di sekitar wilayah Batavia (nama Jakarta di zaman Belanda). Namun, kehadirannya tidak meluas dan hanya menyebar di sekitar wilayah pinggiran seperti wilayah utara, timur serta Tangerang.
-
Kenapa Kue Sengkulun penting bagi warga Betawi? Bagi orang Betawi di Jakarta, kue ini dianggap sakral. Mereka akan selalu menyajikan saat mengadakan berbagai acara kebudayaan.
-
Kenapa kue talam Betawi jadi makanan populer? Kue talam diperkirakan menjadi makanan rakyat yang diadopsi dari banyak budaya, dan cocok dengan lidah orang Indonesia.
Walau demikian, Kue Rangi tak boleh dipandang sebelah mata karena memiliki sejumlah sisi menarik. Keunikan kue jadul ini tak sekedar dilihat dari tampilannya, namun proses pembuat yang ternyata tidak menggunakan teknologi modern.
Salah satu alasan kue ini masih dicari para penggemar lantaran tekstur dan cita rasanya yang beragam. Selain cocok sebagai teman minum teh dan kopi, Kue Rangi menjadi salah satu kudapan yang mengenyangkan.
Yuk kenali lebih lanjut jajanan Kue Rangi yang mulai terpinggirkan di Kota Jakarta ini.
foto: jakita.jakarta.go.id/
Kue yang Dicetak Asli Betawi
Penampilan kue rangi sepintas mirip dengan jajanan bandros dari tatar Sunda atau gandos dari tanah Jawa. Warna dan bentuknya juga serupa, yakni putih pucat dengan sedikit gosong di bagian bawahnya.
Foto: wikipedia
Meski terlihat sama, bahan utama Kue Rangi berbeda dengan bandros maupun gandos. Mengutip majalah Jakita yang dikelola oleh Pemprov Jakarta, Kue Rangi memakai tepung tapioka atau kanji yang membuat tekstur kue menjadi lebih kenyal namun mudah untuk dipotong
Jka Bandros dan Gandos bercita rasa gurih dan sedikit asin, rasa Kue Rangi perpaduan gurih dan manis yang nikmat disantap saat hangat.
Rasa dasar dari kue ini adalah gurih dan sedikit asin. Bertambah nikmat dengan tambahan parutan kelapa di bagian atasnya.
, kue Rangi memiliki bentuk kotak dan kering di luar namun teksturnya lembut saat dikunyah.
Hal lain yang membedakan Kue Rangi dengan kue lainnya adalah tambahan toping gula merah cair yang kental. Sementara Gandos dan Bandros hanya menggunakan toping kelapa ataupun gula pasir.
Foto: Buku Kuliner Betawi Selaksa Rasa & Cerita
Cara Memasak Dipanggang Pakai Kayu
Menurut budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, Kue Rangi dahulu jadi sajian acara keluarga. Cara memasaknya juga tidak seperti kue pada umumnya, karena Kue Rangi dibuat menggunakan kayu bakar.
Ini juga menjadi alasan mengapa kue jadul khas Betawi ini diberi nama Rangi yang artinya dibakar atau dipanggang menggunakan kayu.
Hingga kini cara pembuatan Kue Rangi juga masih dipertahankan oleh beberapa penjual, yakni dengan memanggang menggunakan tungku kayu bakar.
“Ada yang bilang kalau istilah ‘Rangi’ berasal dari bahasa Betawi kuno, yaitu dipanggang atau dibakar,” jelasnya.
Beraroma Harum
Selain itu, asal usul kue Rangi juga konon berasal dari aromanya yang harum dari proses membakarnya yakni digarang wangi. Digarang, dalam bahasa Betawi artinya dipanggang.
Aroma wangi berasal dari kayu bakar. Jika dimasak menggunakan minyak tanah atau gas, aroma khas dari kue tersebut kabarnya tidak akan keluar dan cita rasanya juga berkurang.
Beberapa daerah di Jakarta yang masih menjajakan kue Rangi di antaranya di wilayah Bulak – Jakarta Timur, Cipinang Jatinegara – Jakarta Timur dan Ragunan – Jakarta Selatan. Kue ini biasanya dijual dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp5 ribu per porsinya.
Dicatat Sebagai KIK
Di balik keberadaan Kue Rangi yang mulai terpinggirkan, kue ini telah tercatat sebagai salah satu Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Jakarta, Iwan Henry Wardana.
KIK tersebut meliputi ekspresi budaya tradisional, sumber daya genetik serta potensi indikasi geografis yang harus dijaga.
“Pencatatan inventarisasi KIK ini diharapkan bisa menjadi motivasi bagi para pelaku kuliner Betawi, agar terus menjaga eksistensinya dalam menghadapi maraknya kuliner dari luar,” ucap Iwan.