Kisah di Balik Manisnya Kue Dongkal Betawi, Kerap Jadi Sajian saat Bangun Rumah
Kue dongkal cocok disajikan saat sarapan, karena ringan namun mengenyangkan.
Kue dongkal cocok disajikan saat sarapan, karena ringan namun mengenyangkan.
Kisah di Balik Manisnya Kue Dongkal Betawi, Kerap Jadi Sajian saat Bangun Rumah
Saat baru matang, kue dongkal memiliki aroma harum yang menggugah selera. Kue ini wajib banget jadi buruan saat melancong ke wilayah ibu kota dan sekitarnya.
-
Apa itu Kue Geplak Betawi? Bentuknya tidak sebesar roti Belanda ataupun tart yang saat itu banyak dijual di toko-toko.Meski demikian, kue ini punya banyak penggemar tak terkecuali dari kalangan Belanda itu sendiri.
-
Kenapa Kue Sengkulun penting bagi warga Betawi? Bagi orang Betawi di Jakarta, kue ini dianggap sakral. Mereka akan selalu menyajikan saat mengadakan berbagai acara kebudayaan.
-
Bagaimana Kue Bacot Betawi dihubungkan dengan omongan? Kemudian, bacot juga ada yang berasal dari omongan dari tetangga yang banyak bertanya tentang siapa sosok perempuan yang akan dinikahi.Terakhir, bacot juga dikaitkan dengan omongan pihak kerabat yang juga dibagikan kue setelah lamaran.Nantinya, kerabat akan mengembalikan wadah yang diisi sejumlah nominal uang.Di sini, kerabat akan menggerutu jika kuenya tidak sesuai harapan. Namun, jika kuenya dianggap spesial si pemberi akan disanjung dengan kata-kata manis yang kemudian dianggap sebagai istilah bacot atau menyampaikan informasi yang berlebihan.
-
Bagaimana cara bikin kue talam Betawi? Mengutip Fimela, bahan utama pembuatan kue talam berasal dari campuran tepung beras, tepung kanji dan ubi jalar yang sudah dihaluskan. Seluruh bahan kemudian dicampur dengan air, lalu santan kelapa. Ini yang memberikan rasa gurih dan sedikit asin dari kue tersebut.
-
Bagaimana cara membuat Kue Geplak Betawi? Setelah semua bahan disatukan, bisa diberikan sedikit air hingga menjadi adonan yang lembut. Kemudian, bahan bisa dipadatkan dengan cara dipukul-pukul hingga lahirlah nama geplak yang melegenda.
-
Kue Bacot Betawi, apa saja isi nya? 'Kue ini dibagikan (ke tetangga) setelah paginya melamar atau pernikahan dengan calon istri, kue ini isinya ada berbagai macam ada kue wajik, tape uli, dodol Betawi, kue talam dan apem,' kata seorang warga Depok, Syarifudin saat menjelaskan tentang kue bacot di kanal Youtube Chairil Gibran Ramadan.
Sudah sejak lama, kudapan ini menghiasi khazanah jajanan khas warga Betawi. Hal ini karena kue dongkal selalu dibuat saat acara-acara lokal warga. Biasanya, kue ini dinikmati sebagai penutup dari makanan besar. Selain Betawi, kue ini juga cukup populer di Jawa Barat dengan nama awug dan disajikan dalam bentuk potongan kecil seperti pada kue dongkal. Kue dongkal punya deretan kisah menarik di balik kelezatannya. Yuk ikuti informasi selengkapnya.
Dikenal dengan “Tumpeng Manis”
Banyak yang menyebut kue ini sebagai tumpeng manis, tak lain karena bentuknya yang mengerucut mirip tumpeng. Rasanya tentu tidak mengecewakan, karena didominasi manis dan gurih yang nagih. Kue dongkal cocok dinikmati sebagai camilan, dengan teman teh dan kopi hangat. Dikutip dari laman Budaya Indonesia, rasa manis datang dari kandungan gula merah cair di dalamnya. Gurihnya, berasal dari adonan tempung beras yang dicampur dengan kelapa parut.
Punya Tekstur Kenyal
Keunikan kue dongkal bukan hanya dari rasanya, melainkan juga teksturnya. Sekilas, rasa manis dan gurih, berpadu nikmat dengan teksturnya yang kenyal dan padat. Hal ini menjadikan kue dongkal disukai banyak kalangan. Aroma dari daun pandan dan gula merah cair cukup mendominasi di sepotong kue dongkal. Banyak yang mengaku tak bisa berhenti saat menyantapnya. Merujuk gnfi, penamaan dongkal berasal dari penyajian kue yang dipotong memanjang maupun memanjang dengan istilah dodongkal.
Dikukus Menggunakan Anyaman Bambu
Bentuk mengerucut sendiri datang dari proses pengukusannya yang menggunakan seupan. Menurut bahasa Betawi dan Sunda, seupan merupakan wadah untuk mengukus secara tradisional dan dibuat dari anyaman bambu.
Proses membuatnya juga dilakukan di sebuah panci berukuran besar dan berbahan logam dengan nama seeng. Dari segi rasa, mungkin banyak penikmat yang akan sepakat bahwa kue dongkal mirip dengan putu atau tiwul dari Gunungkidul.
Punya Bentuk Unik
Diberitakan liputan6, bentuk kue dongkal sendiri sangat unik, yakni berlapis-lapis dengan warna coklat dan putih mengerucut. Ini berasal dari pembuatannya yang menggunakan sistem tumpuk, yakni adonan tepung beras dan kelapa di bawah, lalu di atasnya diberi gula merah, kemudian ditumpuk tempung beras dan kelapa lagi dan seterusnya sampai wadah seupan tertutup penuh. Ini yang kemudian membuat rasa dan aroma kue dongkal lebih enak dan kuat, karena prosesnya yang masih tradisional.
Dijadikan Sajian Khusus saat Membangun Rumah
Berdasarkan sejarahnya, kue dongkal sudah ada sejak tahun 1940-an. Saat itu belum terbuat dari tempung beras, melainkan dari gaplek yang ditumbuk halus, dan kukus. Namun lambat laun tepung tersebut mulai langka, dan warga mulai beralih ke tepung beras. Dulunya, kue dongkal juga menjadi sajian saat warga bergotong-royong membuat alat penjempur padi atau gedekan. Kemudian, dongkal juga disajikan saat terdapat warga yang bergotong royong membuat rumah, mulai dari pondasi sampai atap.
Sayangnya, kudapan khas ini mulai jarang dan sulit ditemui dalam acara-acara tradisional. Namun di beberapa pasar, makanan ini masih dijual. Kue dongkal sangat cocok disajikan saat sarapan, karena ringan namun mengenyangkan.