Bikin Pondasi Awet, Ini Alasan Warga Sunda Tempo Dulu Bangun Rumah Berbentuk Panggung
Dalam sebuah kesempatan, Abah Asep Nugraha, selaku pimpinan Desa Adat Sinar Resmi di Kabupaten Sukabumi membeberkan alasan mengapa masyarakat Sunda membangun rumahnya dengan bentuk panggung. Karena hal itu bisa membuat rumah awet dengan fungsi kolongnya sebagai tempat ayam bernaung yang memakan rayap di pondasi.
Bangunan rumah bagi masyarakat Sunda tempo dulu tak hanya sekedar naungan untuk bertahan hidup. Namun di luar itu, bentuk khasnya memiliki nilai yang bersifat melindungi bagi sang pemilik.
Kosmologi itu yang kemudian dipraktikkan secara turun-temurun, sehingga melahirkan bentuk bangunan khas menyerupai panggung yang saat ini bisa kita jumpai di kampung-kampung adat Jawa Barat seperti Desa Sinaresmi, Kanekes Baduy hingga Desa Adat Ciptagelar.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Bagaimana kabar terbaru dari seleb dadakan yang meredup? Meskipun popularitas mereka meredup, beberapa dari mereka tetap aktif di media sosial dan masih memiliki pengikut yang setia. Namun, sebagian lainnya * * * * * Kelima seleb dadakan ini viral karena keunikan mereka, baik dari gaya bicara, penampilan, atau konten yang mereka buat. Namun, popularitas mereka yang meredup bisa disebabkan karena kurangnya konten yang menarik, kejenuhan publik, atau munculnya tren baru.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
Dalam sebuah kesempatan, Abah Asep Nugraha, selaku pimpinan Desa Adat Sinar Resmi di Kabupaten Sukabumi membeberkan sejumlah alasan mengapa masyarakat Sunda (khususnya di masa lalu) kerap mendirikan rumahnya dengan bentuk panggung. Melansir dari berbagai sumber, Kamis (16/9), berikut informasi selengkapnya.
Membuat Bangunan Awet
Rumah panggung Sunda
Facebook Kampung Tajur ©2020 Merdeka.com
Menurut pemimpin adat generasi ke-10 di Kampung Sinar Resmi tersebut, rumah dengan konsep panggung secara tidak langsung akan membuat bangunannya menjadi lebih awet dan tahan lama.
Lebih lanjut Abah Asep mengatakan bahwa bangunan rumah panggung akan menjadi lokasi favorit bagi hewan-hewan ternak seperti ayam hingga bebek untuk tinggal. Saat itu, mereka akan memakan rayap yang menggerogoti pondasi kayu sehingga terhindar dari kerusakan.
“Jadi ayam itu bisa jadi sebagai ‘obatnya rumah’ kenapa disebut demikian? Karena di mana ada rayap yang memakan bagian kayu di rumah pasti akan dimakan oleh ayam. Itu akan membuat rumah jadi tahan lama,” terang abah Asep, dalam wawancaranya di kanal YouTube Teluh Jampang Channel.
Mencegah Air Masuk ke Dalam Rumah
Kemudian, alasan berikutnya rumah masyarakat Sunda zaman dahulu dibuat panggung untuk melindungi bangunan agar tidak dimasuki air hujan.
Mengutip jurnal Arsitektur Zonasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang ditulis oleh Nuryanto (2021) berjudul “Fungsi Bentuk dan Makna Atap Imah Panggung Sunda” makna ketahanan bangunan juga bisa dilihat dari bentuk atapnya.
Jika diperhatikan, di setiap rumah panggung khas Jawa Barat terdapat bentuk atap yang unik dengan fungsinya untuk mempercepat aliran air jatuh ke bawah. Beberapa bentuk yang kerap dipakai di antaranya “atap Julang Ngapak”, “atap Badak Heuay” hingga “Capit Gunting” dengan kemiringan cukup curam hingga 45°-48° sampai 60°.
Fungsi curamnya atap geometri tersebut dituliskan Nuryanto sebagai upaya untuk mencegah pembusukan struktur kayu dari bangunan, lewat celah-celah air.
Lentur saat Terjadi Gempa
Sementara itu, alasan lain bangunan rumah adat Sunda dibangun dengan struktur panggung agar ketika terjadi gempa rumah tersebut bisa bertahan, dalam arti memperlambat kehancuran bangunan.
Sistem pondasi ikat yang dibuat dari kayu akan bergerak mengikuti pola gempa, sehingga bangunan di atasnya menjadi lebih lentur dan tidak mudah hancur. Hal ini tentu bisa menyelamatkan sang pemilik, setidaknya untuk menyelamatkan diri.
"Rumah mampu bergoyang mengikuti gempa. Selain itu, jika terjadi longsor rumah panggung tidak hancur melainkan mengikuti arah gerak tanah," kata Dosen Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung, Sugeng Triyadi beberapa waktu lalu, mengutip dari kanal Mongabay.