Rumahnya Beberapa Kali Hampir Terbakar, Begini Kabar Terbaru Wanita yang Tinggal di Gubuk Terpencil Tengah Hutan Rembang
Gubuk tempat ia selama ini tinggal beberapa kali nyaris terbakar karena dampak pembakaran lahan dari orang tidak dikenal.
Pada tahun 2020 lalu, sempat viral kisah seorang perempuan yang tinggal di tengah hutan Rembang bernama Kartini. Sejak suaminya meninggal dunia, ia harus hidup sendiri menafkahi ketiga anaknya.
Ia memutuskan tinggal di hutan belantara karena tergiur dengan penawaran lahan yang diklaim memiliki prospek keuntungan yang tinggi dengan adanya rumor bahwa di sekitar lahan akan dibuat pertanian tebu.
-
Kenapa Bu Wahyuti tinggal di kampung terpencil? Bu Wahyuti mengatakan ia terpaksa tinggal di kampung terpencil itu karena belum memiliki rumah sendiri, sehingga ia dan keluarganya harus menumpang di rumah yang disewakan pihak perhutani.
-
Di mana letak rumah terpencil itu? 'Kalau membangun rumah di sini bahan materialnya diusung pakai motor,' kata salah satu penghuni rumah itu. Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga.
-
Siapakah Kartini? Raden Ajeng Kartini, atau yang lebih dikenal dengan nama Kartini, lahir pada 21 April 1879 di Desa Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Dia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan.
-
Siapa yang tinggal di tengah hutan? Pak Kasimin mengungkapkan jika ia tinggal di sana sejak tahun 1991. Ia tinggal di tempat itu karena rumah tersebut sudah warisan orang tua.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Bagaimana kondisi alam di kampung perempuan? Tak hanya penghuninya yang unik, kondisi alam dan pemandangan di sekitarnya juga mencuri perhatian. Terlihat hamparan sawah terasering hijau, sekaligus perbukitan subur yang membentang di sekelilingnya.
Untungnya lahan yang ia beli itu tanahnya subur. Di sana ia berhasil menanam berbagai macam sayuran hingga buah-buahan yang dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari.
Kini empat tahun telah berlalu. Kartini masih betah hidup sendirian di tengah hutan. Lalu seperti apa ia menjalani hari-harinya? Berikut selengkapnya:
Memendam Kegelisahan
Melalui video yang diunggah Minggu (21/10), pemilik kanal YouTube Musyafa Musa berkesempatan untuk mengunjungi rumah Ibu Kartini dan mengadakan sesi wawancara di sana.
Ibu Kartini memberi sambutan hangat pada Musyafa Musa. Walaupun hampir berusia 60 tahun, secara fisik ia tampak sehat. Selain itu wajahnya tampak lebih segar. Namun dari lubuk hatinya, Kartini memendam kegelisahan.
Ia bercerita gubuk tempat ia selama ini tinggal beberapa kali nyaris terbakar karena dampak pembakaran lahan dari orang tidak dikenal. Saat itu api membakar habis lahan hingga pohon-pohon di belakang gubuknya.
Memadamkan Api Sendirian
Saat itu Kartini sempat panik. Ia berusaha keras memadamkan api itu sendirian. Karena hembusan angin kencang saat musim kemarau, api jadi sulit dikendalikan. Sebagian tanaman yang selama ini menjadi pagar pembatas rumahnya juga ikut hangus terbakar. Beruntung ia masih dapat mencegah lahap api menjalar hingga sampai rumahnya. Namun peristiwa yang sudah dua kali terjadi itu membuatnya trauma.
“Peristiwa itu terjadi tahun lalu. Pohon pisang saya yang subur dari utara sampai ke selatan mati semua. Nggak ada yang bisa saya mintai tolong. Bahkan penggarap lahannya saja, sudah saya kabari, dia nggak mau tahu,” kata Kartini dikutip dari kanal YouTube Musyafa Musa.
Harus Berhemat Air
Selain kebakaran, masalah air juga menjadi tantangan bagi Kartini. Ia harus berhemat antara memenuhi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari dan berbagi dengan tanaman. Ia pun bersyukur listrik pembangkit tenaga surya di samping gubuknya masih mampu menyedot air dari penampungan air di samping gubuknya.
“Alhamdulillah puji syukur sampai detik ini saya masih dikasih air. Tapi saya jaga, saya hati-hati, karena ini puncak musim kemarau. Ini sudah satu bulan ini saya nggak nyiram pohon lagi. Kemarin itu listriknya juga bermasalah, gara-gara itu satu minggu saya nggak bisa mengambil air,” tutur Kartini.
Anak-Anak Kartini
Hari-hari Kartini dihabiskan dengan bertani. Belakangan ia semangat menanam kunyit karena harganya yang lumayan. Sementara itu ketiga anaknya tinggal di luar kota dan sudah berkeluarga.
Walaupun tinggal sendiri, ia mengaku terhibur begitu mendengar kabar dari anak-anaknya. Anak pertamanya kini sudah punya anak sehingga Kartini sekarang sudah menjadi seorang nenek. Sementara putri keduanya baru saja menyelesaikan kuliah S2 di New Zealand, sementara itu putri ketiganya tinggal di Korea bersama suaminya.
Tak terasa hari sudah malam. Musyafa Musa pamit pada Kartini untuk pulang ke Rembang.