Potret Kampung Puncak Manik Sumedang yang Dulu Dibakar DI/TII, Kini Tersisa 10 Bangunan
Di balik keasriannya, ada cerita kelam ketika puluhan rumah dibakar paksa oleh pemberontak. Dari 80 rumah yang ditinggali warga, kini tersisa hanya 10 bangunan.
Kampung Puncak Manik di Desa Cilangkap, Kecamatan Buah Dua jadi salah satu permukiman tersembunyi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Suasana sepi di tengah-tengah rimbunnya hutan Gunung Tampomas jadi ciri utamanya.
Lokasi kampung ini berada di area pelosok dan sulit diakses kendaraan. Jangankan roda empat, sepeda motor pun cukup kewalahan menuju Puncak Manik lantaran jalannya yang sangat sempit dan terjal.
-
Apa yang terbakar di Kampung Turis Pangandaran? Namun pada Kamis (31/8) pagi, tiga restoran di pusat wisata kuliner itu ludes dilalap si jago merah.
-
Dimana pondok dibakar? 'Kita melakukan upaya penertiban dengan membongkar dan membakar sejumlah pondok yang didirikan perambah TNTN,' ujar Heru, Rabu (30/8). 'Balai TNTN akan terus melakukan upaya maksimal untuk menghentikan segala aktivitas yang merusak kawasan taman Nasional Tesso Nilo. Ini merupakan aset daerah, nasional dan internasional.'
-
Mengapa TPA Suwung terbakar? 'Yang kami pantau sampai dengan tadi pagi jelang siang ini, sudah lebih dari 15 hektare sebaran kebakaran di areal TPA Suwung,' kata Rentin, Jumat (13/10).
-
Dimana tiang listrik di Menteng terbakar? Sebuah tiang listrik tiba-tiba terbakar di Jalan Prof M Yamin menuju Taman Menteng, Jakarta, Rabu (17/1/2024).
-
Dimana peristiwa kebakaran terjadi? Peristiwa tersebut terjadi di ibu kota Kerajaan K'anwitznal dekat lokasi pemakaman.
-
Kenapa pondok dibakar? Petugas Balai Taman Nasional Tesso Nillo menemukan pondok yang dibangun perambah kawasan dilindungi. Tanpa basa basi, pondok itu langsung dibakar.
Di balik keasriannya, ternyata ada cerita kelam ketika puluhan rumah dibakar secara paksa. Dari 80 rumah yang ditinggali warga, kini tersisa hanya 10 bangunan saja karena para pemiliknya memilih mengungsi usai ketakutan.
Meski demikian, seluruh warga yang tersisa di kampung ini menerima siapapun yang datang untuk bersilaturahmi. Warga sekitar pun akan sangat ramah, dan berbagi cerita keseharian aktivitas mereka. Berikut informasinya.
Rute Menanjak dan Sulit Dilalui Sepeda Motor
Mengutip Youtube Pelosok Sumedang, rute menuju Puncak Manik terbilang sulit untuk dijangkau. Semula jalan cukup lebar dengan kontur beraspal. Namun, lambat laun kondisinya semakin mengecil dengan beton yang mulai rapuh dan bercampur tanah.
Saat musim penghujan, rute benar-benar tak bisa dilalui dan kalau pun terpaksa harus benar-benar berhati-hati karena sangat licin.
Untuk menuju kampung ini, kendaraan bisa diarahkan menuju jalur Conggeang – Buah Dua dari jalan provinsi Cirebon – Bandung, kemudian ambil rute menuju Desa Cilangkap dan Kampung Puncak Manik.
Suasana Kampung yang Sepi
Berbeda dengan kampung kebanyakan, permukiman di sini terbilang sepi. Aktivitas hanya terlihat dari beberapa warga saja meski di siang hari.
Kebanyakan, warga pergi ke ladang saat pagi dan kembali ke rumah di sore hari. Di sana juga sulit menemukan warung serta fasilitas umum. Mengingat kebanyakan rumah yang tersisa di sana kondisinya sudah kosong ditinggal penghuninya.
Menurut informasi, dari 10 rumah yang tersisa kini tinggal belasan penduduk yang masih tinggal dan beraktivitas di kampung tersebut.
Dibakar Paksa DI/TII
Sementara itu, mengutip Youtube Sang Penjelajah Amatir, bukan tanpa alasan kampung tersebut hanya dihuni oleh sedikit penduduk. Ini terkait cerita kelam yang pernah terjadi pada rentang waktu 1949 sampai 1962, di mana puluhan rumah dibakar secara paksa oleh gerombolan pemberontak.
Seorang sesepuh setempat, Adun, menyebut jika mulanya warga di sini hidup seperti biasa. Kemudian, semuanya berubah saat masuknya gerombolan DI/TII.
“Kampung in ikan habis sama gerombolan DI, kan dibakar sampai semuanya habis waktu itu. Saya masih kecil,” kata dia, saat diwawancarai kreator video, Regi.
Dari 80 Rumah Kini Sisa 10
Sebelumnya, Adun bercerita bahwa di Puncak Manik ada sekitar 80 rumah. Kemudian, satu per satu penghuninya memilih mengungsi karena teror dari gerombolan DI/TII yang merupakan pemberontak negara pada saat itu.
Sejak saat itu, kampung ini terasa sepi karena ditinggalkan para penghuninya. Namun, saat ini warga masih merasa betah untuk tinggal di sana meski kondisi Puncak Manik masih butuh pembenahan.
“Tadinya kan ada 80-an, terus sekarang sisanya tinggal 10 rumah saja yang masih ada,” katanya.
Kental dengan Mitos Tak Boleh Pelihara Hewan Ternak
Selain kisah kelam DI/TII, kampung ini juga memiliki cerita yang masih menjadi misteri. Abah Adun menambahkan bahwa warga sejak dulu tidak boleh memelihara hewan yang sifatnya untuk peternakan.
Ia merincikan bahwa ayam, kambing, domba, sapi, ikan dan lain sebagainya adalah hewan yang tak boleh dipelihara oleh warga. Meski demikian, ia mengaku tak paham asal muasal pantangan itu karena merupakan warisan nenek moyang.
“Kan nggak boleh pelihara kambing, domba, sapi, meri (bebek), entog (angsa),” katanya.
Selain itu, kampung ini juga memiliki makam Prabu Kian Santang yang merupakan anak dari raja Pajajaran, Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi. Sehari-hari, makam ramai diziarahi