Cerita Perempuan Penjual Keliling di Lebak, Rela Berjalan Jauh demi Penuhi Kebutuhan
Para perempuan yang berjualan di Kabupaten Lebak, Banten, terus berupaya agar bisa bertahan hidup di masa pandemi Covid-19. Sehari-hari mereka menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling.
Kaum perempuan yang berjualan di Kabupaten Lebak, Banten, terus berupaya agar bisa bertahan hidup di masa pandemi Covid-19. Sehari-hari mereka menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling.
Usaha ini mereka jalankan demi membangkitkan ekonomi keluarga di masa sulit, sehingga bisa memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Mereka berjualan bermacam-macam makanan, mulai dari rebung, daun salam, daun genjer, sereh, ketimus, sampai olahan kerang (tutut).
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
"Kami setiap pagi berjualan keliling membawa rebung, daun salam, daun genjer, daun sereh, tutut dan ketimus dengan modal Rp30 ribu dan menghasilkan keuntungan Rp50 ribu," kata seorang wanita pedagang keliling bernama Rasikah, asal warga Pasir Tanjung Rangkasbitung, Kamis (8/12) lalu, seperti dilansir dari ANTARA.
Berjalan Puluhan Kilometer
Ilustrasi penjual sayur keliling perempuan pakai sepeda ©2022 Merdeka.com/Infopublik.id
Hasil pendapatan Rasikah memang tidak terlalu besar, namun perempuan 55 tahun itu mengaku mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dengan enam anaknya. Ia harus ikut mencari nafkah lantaran sang suami yang kini menganggur usai sempat bekerja sebagai buruh serabutan.
Setiap harinya, ia bisa berjalan sejauh puluhan kilometer sambil menggendong dagangannya. Walau berjalan sangat jauh, hal ini tidak menghalangi perempuan tangguh itu untuk mencari rezeki.
"Kami bekerja keras berjualan keliling untuk memenuhi ekonomi keluarga, meskipun belum pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Dulu, pernah menerima dana Covid-19, namun sekarang belum mendapatkan bantuan sosial kembali," kata Rasikah.
Usia Lanjut Bukan Halangan
Tak berbeda dengan Rasikah, Ema Yayah (75) juga tetap semangat berjualan aneka makanan di usianya yang memasuki senja. Ia mengaku sudah puluhan tahun berjualan aneka makanan seperti nasi uduk, ketan, gorengan, dan kuliner tradisional lainnya.
Walau tak lagi muda, tubuh Ema masih kuat untuk membawa dagangan seberat 4 kg dan berkeliling sejauh empat kilometer berkeliling kampung. Semangatnya tidak pernah padam demi menafkahi keluarganya.
"Semua barang dagangannya itu mengambil dari orang lain dan bisa meraup keuntungan Rp70 ribu/hari sehingga mencukupi untuk kebutuhan pangan keluarga," katanya menjelaskan.
Menutupi Lubang Kemiskinan
Sementara itu, Pengurus Gerakan Organisasi Wanita (GOW) Lebak, Tuti Tuarsih memberikan apresiasinya kepada kaum perempuan di wilayahnya. Pasalnya mereka begitu mandiri dalam meningkatkan pemenuhan ekonomi keluarga.
Dari informasi yang ia peroleh, saat ini terdapat ribuan pedagang makanan keliling yang ada di Lebak, seperti pecel, ragam jajanan dan makanan ringan, sampai hasil produksi pertanian, perikanan, hingga kerajinan.
Biasanya mereka akan berjualan di tempat-tempat perputaran ekonomi dan keramaian seperti pasar, terminal, hingga alun-alun.
"Kami selalu mendorong kaum perempuan agar mampu berdirikari sebagai pelaku ekonomi kreatif untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, sehingga terlepas dari lubang kemiskinan," kata Tuti.
Diberi Pelatihan
Sementara itu, Pejabat Fungsional Penguji Mutu Barang Disperindag Lebak, Jaja Nurjaman mengatakan bahwa pemerintah terus mendukung para pegiat ekonomi kreatif dari kalangan perempuan. Baru-baru ini, mereka diberi pelatihan agar dapat meningkatkan kualitas makanan olahan yang mereka jual.
Menurut Jaja, pelatihan tersebut mampu meningkatkan pendapatan karena kualitas dagangan para pedagang itu semakin baik.
Total peserta pelatihan ini mencapai 30 pedagang perempuan, dan dibantu oleh Lembaga Sobat Spiritual asal Bogor yang berfokus di peningkatan kualitas pangan beserta kompetensi dan sertifikasinya.
"Kami berharap dengan pelatihan itu dapat meningkatkan kualitas juga mampu memasarkannya," katanya.