Memahami Arti Husnul Khotimah, Ketahui Tanda dan Cara Mendapatkannya
Mati dalam keadaan husnul khotimah memang seharusnya menjadi salah satu impian dari umat muslim. Arti husnul khotimah sendiri yaitu sebuah berakhir kehidupan seseorang dalam kondisi yang baik alias diridhai Allah SWT.
Bila bertanya pada seorang Muslim tentang kondisi yang mereka inginkan di akhir hidupnya, mereka pasti akan menyebut husnul khotimah. Arti husnul khotimah adalah sebuah akhir yang baik, dan kalimat husnul khotimah ini sering diucapkan ketika terdapat seseorang yang meninggal.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri) ”. (QS. Ali-Imran: 102).
-
Kapan Tarekat Naqsabandiyah mulai menyebar ke wilayah Arab? Kemudian, pada akhir abad ke-17 Tarekat ini sudah mencapai Suriah oleh Syekh Murad Ali al-Bukhari lalu melakukan perjalanan ke seluruh wilayah Arab.
-
Di mana Islam menyebar melalui Tarekat Sammaniyah? Di wilayah Maluku, Islam menyebar melalui hubungan dagang dengan kaum Muslim dari timur Indonesia dan luar negeri. Sementara itu, di Sulawesi, Islam menyebar melalui Tarekat Sammaniyah dan Sufi lainnya.
-
Apa yang dimaksud dengan sholat jamak qashar? Sholat Jamak Qashar adalah sebuah keringanan yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat-Nya dalam kondisi tertentu, seperti saat melakukan perjalanan jauh. Jamak Qashar berarti menggabungkan dua sholat fardhu sekaligus dengan meringkas jumlah rakaat.
-
Bagaimana cara mengamalkan dzikir "Ya Jabbar"? Mengamalkan dzikir “Ya Jabbar” adalah sebuah praktik spiritual dalam Islam yang bertujuan untuk mengingat dan memohon kepada Allah SWT dengan menggunakan salah satu dari Asmaul Husna, yaitu “Al Jabbar” yang berarti “Yang Maha Perkasa”.
-
Siapa saja yang dapat mengamalkan dzikir "Ya Jabbar"? Cara mengamalkan Ya Jabbar ini perlu diketahui umat muslim.
Mati dalam keadaan husnul khotimah memang seharusnya menjadi salah satu impian dari umat Muslim. Arti husnul khotimah adalah sebuah akhir kehidupan seseorang dalam kondisi yang baik alias diridhai Allah SWT.
Meninggal dalam keadaan husnul khotimah juga memiliki keutamaan tersendiri. Seseorang yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah dinilai memiliki tanda-tanda bahwa dirinya meninggal dalam keadaan baik.
Banyak masyarakat mungkin sudah tahu tentang arti husnul khotimah ini. Sayangnya, yang banyak terjadi di tengah masyarakat adalah penulisan husnul khotimah yang keliru seperti khusnul khotimah. Perubahan kalimat ini tentu juga akan memengaruhi arti husnul khotimah itu sendiri.
Berikut kami jelaskan apa arti husnul khotimah beserta tanda-tanda orang yang mendapatkannya dan bagaimana cara seorang Muslim bisa mendapatkannya.
Arti Husnul Khotimah
Mengutip dari dream.com, kata Husnul diambil dari kata hasan, yang artinya baik. Sedangkan Khotimah memiliki arti sebuah akhir. Jadi, arti husnul khotimah adalah sebuah akhir yang baik. Maksud akhir yang baik adalah kematian yang berakhir dalam kondisi yang baik alias diridhai Allah SWT.
Kita melihat bagaimana arti husnul khotimah ini memiliki makna yang sangat baik bagi umat muslim. Namun, sebagian orang justru salah mengeja tulisan husnul khotimah ini menjadi khusnul khotimah.
Padahal, khusnul khotimah memiliki arti yang jauh berbeda dari arti husnul khotimah. Kata khusnul memiliki arti hina. Melihat arti yang jauh berbeda tersebut, tentu akan sangat fatal bila ada seseorang yang mengucapkan khusnul khotimah kepada orang yang meninggal.
Walau demikian, kedua kalimat ini sebenarnya hanya beda transliterasi dan tetap merujuk ke satu kata yang sama. Seseorang yang menuliskan Khusnul khotimah atau Husnul khotimah, pasti memiliki maksud yang bermakna akhir yang baik.
Namun alangkah baiknya jika kita menggunakan kalimat yang benar karena sudah mengetahui mana kalimat yang memiliki arti yang baik.
Tanda Husnul Khotimah
Seseorang yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah memiliki tanda-tanda tersendiri. Melansir dari rumaysho.com, tanda husnul khotimah seperti:
Mengucap kalimat syahadat saat akan meninggal
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah kalimat ‘laa ilaha illallah’ (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud)
Meninggal dunia dengan kening berkeringat
Dari Buraidah bin Al-Hashib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kematian seorang mukmin dengan keringat di kening.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, An-Nasa’i, dan Ahmad)
Disebut syahid selain syahid di medan perang
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena tho’un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Meninggal saat nifas, ataupun saat sedang hamil bagi wanita
Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan beberapa syuhada’, di antaranya,
“Dan wanita yang dibunuh anaknya (karena melahirkan) masuk golongan syahid, dan anak itu akan menariknya dengan tali pusarnya ke surga.” (Disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkam Al-Janaiz, hlm. 53. Beliau menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Karena begal, hartanya ingin dirampas orang lain
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seseorang yang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang mendatangiku dan ingin merampas hartaku?”
Beliau bersabda, “Jangan kau beri kepadanya.” Ia bertanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?” Beliau bersabda, “Bunuhlah dia.” “Bagaimana jika ia malah membunuhku?”, ia balik bertanya. “Engkau dicatat syahid”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Bagaimana jika aku yang membunuhnya?”, ia bertanya kembali. “Ia yang di neraka”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim).
Meninggal ketika ribath (menjaga wilayah perbatasan) di jalan Allah
Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rezeki baginya, dan ia terjaga dari fitnah.” (HR. Muslim)
Meninggal dalam keadaan melakukan amal shalih
Dari Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah Allah kemudian amalnya ditutup dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa bersedekah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga.” (Disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkam Al-Janaiz, hlm. 58. Beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Cara Mendapatkan Husnul Khotimah
Dari awal, Allah sudah memperingatkan kita mempersiapkan diri dan memperhatikan setiap apa yang kita kerjakan. Allah berfirman pada surat Al-Hasyr ayat 18,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah adalah impian setiap Muslim. Namun, tidak semua Muslim bisa begitu saja meninggal dalam keadaan yang baik. Lalu, bagaimana cara untuk mendapatkan akhir kehidupan yang baik?
Imam Sufyan Al-Tsauri menyebutkan beberapa kiat-kiat untuk mendapatkan akhir yang husnul khotimah, yaitu:
- Pertama, menjaga iman dan ketakwaan secara istiqomah kepada Allah SWT.
- Kedua, berusaha sungguh memperbaiki lahir dan batin.
- Ketiga, Senantiasa berdoa kepada Allah agar diwafatkan dalam keadaan iman.
- Keempat, senantiasa berdzikir kepada Allah dalam keadaan apapun.