Mengenal 3 Sosok Barista Tunanetra asal Bandung, Olah Kopi dengan Kemandirian
Keterbatasan dalam melihat (low vision) ternyata tidak menghalangi semangat 3 barista asal Bandung, Jawa Barat dalam meracik dan menggantungkan mimpi lewat kopi. Berikut 3 kisahnya.
Seorang barista umumnya harus memiliki beberapa kemampuan khusus yang sulit untuk dipelajari. Salah satunya adalah memiliki penglihatan yang tajam untuk memilah kopi dengan kualitas baik.
Namun 3 barista peracik kopi asal Bandung, Jawa Barat memiliki cerita berbeda. Berbekal kemampuan yang dilatih secara mandiri, ke-3 barista tunanetra tersebut mampu menghasilkan kopi dengan kualitas yang luar biasa.
-
Di mana Kedai Kopi Berbagi berlokasi? Kedai Kopi Berbagi yang berlokasi di Margahayu, Jalan Mars Utara III, Kota Bandung ini begitu menginspirasi.
-
Bagaimana Kopi Arabika Mandailing ditandai? Kopi Arabika Mandailing memiliki cita rasa tegas dengan sensasi halus dan rasa yang kompleks.
-
Di mana letak Kampoeng Kopi Banaran? Ini adalah destinasi wisata yang populer di Semarang, tepatnya berlokasi di Jl. Raya Bawen - Solo KM 1,5 Bawen, Gentong, Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Dimana saja kata-kata tentang kopi banyak beredar? Tak ayal jika quotes tentang kopi yang penuh inspirasi dan lucu banyak beredar di media sosial.
-
Apa yang diibaratkan sebagai kopi dalam kata mutiara kopi? Dia adalah krim saya, dan saya adalah kopinya - Dan ketika Anda menuangkan kami bersama, itu menjadi sesuatu.
Menggantungkan asanya lewat secangkir kopi, para barista tersebut memiliki kecintaan yang kuat terhadap minuman bercita rasa khas ini.
Siti Fatimah Iskandar
Liputan6.com 2020 Merdeka.com
Siti Fatimah merupakan barista wanita asal Kota Bandung yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan (low vision). Namun keterbatasannya tersebut tidak menghalangi kemahirannya dalam meracik kopi dan menyapa pelanggan yang datang dengan ramah di sebuah cafe di kawasan Jalan Pajajaran.
Wanita 30 tahun tersebut menjelaskan bahwa dia mendapat pengalaman berharga sejak mengikuti pelatihan barista. Mulanya Ia tidak memiliki pengalaman sama sekali di dunia kopi, Ia hanya menyukai minum kopi.
"Jadi benar-benar dari nol. Yang paling sulit itu ketika menggunakan teknik manual," ucap wanita tunanetra low vision itu.
Arfan Ariandi
Arfan Ariandi (Kaos Hitam) Akun Instagram @blindbarista
2020 Merdeka.com
Arfan Ariandi merupakan peracik kopi penyandang low vision asal Kota Bandung, Jawa Barat. Penglihatan pria berusia 24 tahun tersebut sangat terbatas, bahkan mendekati kebutaan.
Tetapi hal tersebut tak mengurangi keinginannya untuk berbagi kopi racikannya kepada masyarakat. Arfan juga memiliki keinginan untuk mempunyai kedai kopi pribadi.
"Saya ingin punya kedai kopi sendiri, kalau tempatnya di mana aja, yang penting ramai," ujar Arfan.
Arfan menjelaskan jika keinginan menjadi barista berawal saat Ia memiliki kegemaran meminum kopi. Menurut pria tersebut kopi buatannya memiliki cita rasa yang tidak kalah dengan kopi buatan lain.
Lewat kemampuannya tersebut, pria asli Bandung ini ingin membuktikan pada orang-orang bahwa tunanetra bisa punya kemampuan seperti orang lain, khususnya dalam mengolah kopi.
"Betul, setidaknya dengan kemampuan ini saya ingin mengubah pandangan masyarakat terhadap kaum tunanetra bahwa kita juga bisa," jelas Arfan.
Yuniarti Saadah
Beritabaik.id 2020 Merdeka.com
Barista ke-3 adalah Yuniarti Saadah. Wanita berusia 25 tahun tersebut bekerja di salah satu cafe di Bandung.Sama seperti Siti Fatimah, Yuni juga memiliki penglihatan yang sangat terbatas.
Dilansir dari Liputan6.com, Yuni bersama rekan-rekannya baru beberapa pekan bekerja di Cafe tersebut setelah mengikuti pelatihan dari Badan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna, lembaga yang dinaungi Kementerian Sosial.
Yuni mengaku bahwa Ia sebelumnya memiliki cita-cita untuk menjadi chef. Selain itu Ia juga menggemari minuman jenis kopi, sehingga hal tersebut yang menuntun Yuni untuk mengikuti pelatihan dari Lembaga yang berkonsentrasi pada penderita low vision tersebut.
Sebelumnya Yuni menjelaskan bahwa Ia pernah memiliki pengalaman meracik kopi di salah satu kedai kopi di wilayah Dago, Bandung, Jawa Barat sehingga dunia kopi bukanlah dunia baru bagi perempuan asal Cililin, Kabupaten Bandung tersebut.
Yuni juga memiliki cita-cita ingin membahagiakan kedua orang tua melalui kemampuannya meracik kopi dan kemandiriannya mencari penghasilan sendiri.