Mengenal Imunodefisiensi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya
Imunodefisiensi adalah kondisi di mana sistem imun seseorang melemah atau tidak dapat berfungsi dengan baik dalam melawan infeksi.
Kondisi ini muncul ketika terjadi gangguan pada imun tubuh kita.
Mengenal Imunodefisiensi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya
Imunodefisiensi adalah kondisi di mana sistem imun seseorang melemah atau tidak dapat berfungsi dengan baik dalam melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Kondisi ini bisa ditandai dengan beberapa gejala, seperti kesulitan memproduksi antibodi atau sel darah putih (limfosit) yang tidak berfungsi secara normal.
-
Bagaimana cara mencegah imun anak melemah? Bergerak secara aktif dapat membantu meningkatkan sistem imun anak.
-
Bagaimana caranya agar sistem imun tetap kuat? Dengan menyadari dan mengubah kebiasaan yang menurunkan sistem imun ini, kita dapat memperkuat sistem imun dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sistem imun kita adalah garis pertahanan pertama melawan berbagai penyakit dan infeksi. Namun, banyak dari kita tanpa sadar memiliki kebiasaan sehari-hari yang justru melemahkan sistem pertahanan tubuh ini.
-
Bagaimana cara kerja sistem imun dalam memicu reaksi alergi? Sistem kekebalan tubuh kemudian bereaksi dengan menghasilkan antibodi untuk melawan protein tersebut. Namun, ketika sistem imun bereaksi secara berlebihan, protein ini justru jadi penyebab alergi makanan. Selain antibodi, sistem kekebalan tubuh melepaskan histamin serta senyawa kimia lainnya yang memicu reaksi peradangan.
-
Gimana caranya mengurangi risiko penyakit autoimun? Pola makan sehat, olahraga, dan vaksinasi dapat kurangi risiko penyakit autoimun.
-
Bagaimana cara meningkatkan imun tubuh dengan minuman? Minuman peningkat imun ini mengandung vitamin, mineral, antioksidan, probiotik, atau senyawa lain yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
-
Bagaimana cara mengobati infeksi jamur? Untuk mengatasi infeksi jamur, berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda lakukan: 1. Menjaga kebersihan dan kekeringan area yang terinfeksi Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menjaga area yang terinfeksi agar tetap bersih dan kering. Jamur biasanya tumbuh dengan baik di tempat yang lembab, jadi dengan menjaga area tersebut kering, akan membatasi pertumbuhannya. Pastikan untuk mengeringkan daerah yang terinfeksi setelah mandi atau beraktivitas yang membuatnya basah. 2. Menggunakan obat antijamur topikal Obat antijamur topikal seperti krim atau salep sering digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit. Anda dapat mengoleskan obat ini secara langsung pada area yang terinfeksi sesuai instruksi dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan obat.Pastikan untuk menggunakan obat secara teratur dan tetap mengikuti jadwal pengobatan yang telah ditentukan. 3. Menghindari faktor risiko dan memperkuat sistem kekebalan tubuh Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terkena infeksi jamur, seperti kelembaban berlebih, penggunaan pakaian yang terlalu ketat, atau penggunaan antibiotik dalam jangka panjang. Untuk mencegah infeksi jamur kambuh atau muncul kembali, penting untuk menghindari faktor-faktor risiko ini dan menjaga kebersihan diri secara keseluruhan. Selain itu, memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan pola makan sehat, tidur cukup, dan mengurangi stres juga dapat membantu melawan infeksi jamur. 4. Konsultasikan dengan dokter Jika infeksi jamur tidak kunjung membaik setelah beberapa minggu pengobatan atau jika infeksi terus kambuh, penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan dapat mengevaluasi kondisi Anda secara menyeluruh, memberikan diagnosis yang akurat, dan merekomendasikan pengobatan yang tepat.
Ada dua jenis imunodefisiensi:
- Imunodefisiensi Primer: Gangguan sistem imun yang dialami sejak lahir karena kelainan genetik.
- Imunodefisiensi Sekunder: Biasanya disebabkan oleh faktor eksternal seperti penyakit tertentu (misalnya HIV/AIDS, penyakit autoimun), malnutrisi, obat-obatan tertentu, atau terapi medis seperti kemoterapi.
Untuk mendiagnosis imunodefisiensi, dokter akan melakukan pemeriksaan medis, tes darah, tes DNA, foto Rontgen, MRI, dan tes kekebalan tubuh seperti pemberian vaksin untuk melihat apakah tubuh memproduksi antibodi.
Gejala gangguan imunodefisiensi
Ada ratusan bentuk gangguan imunodefisiensi. Setiap kelainan memiliki gejala unik yang bisa sering terjadi atau kronis. Namun, ada beberapa tanda peringatan bahwa ada sesuatu yang terjadi dengan sistem kekebalan tubuh Anda.
Orang dengan gangguan imunodefisiensi cenderung sering mengalami infeksi – berulang kali – pada kondisi tertentu, seperti:
- mata merah muda
- infeksi sinus
- seriawan
- masuk angin
- penyakit gusi kronis (gingivitis)
- radang paru-paru
- infeksi jamur
Individu dengan gangguan imunodefisiensi juga dapat mengalami sakit perut kronis, dan bahkan berat badannya mungkin turun seiring berjalannya waktu.
Jika Anda mudah sakit dan kesulitan menghilangkan virus dan infeksi lainnya, dokter Anda mungkin akan menguji Anda untuk kelainan imunodefisiensi.
Jenis gangguan imunodefisiensi?
Penyakit atau kelainan defisiensi imun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak bekerja sebagaimana mestinya. Jika Anda terlahir dengan defisiensi yang disebabkan oleh faktor genetik, hal ini disebut penyakit imunodefisiensi primer. Ada lebih dari 200 kelainan imunodefisiensi primer.
Contoh gangguan imunodefisiensi primer meliputi:
- imunodefisiensi variabel umum (CVID)
- imunodefisiensi gabungan parah (SCID), yang juga dikenal sebagai alimfositosis
- penyakit granulomatosa kronis (CGD)
Gangguan imunodefisiensi sekunder terjadi ketika sumber luar seperti bahan kimia atau infeksi melemahkan tubuh Anda. Berikut ini dapat menyebabkan gangguan imunodefisiensi sekunder:
- luka bakar parah
- kemoterapi
- radiasi
- diabetes mellitus
- malnutrisi
Contoh gangguan imunodefisiensi sekunder meliputi:
- AIDS
- kanker sistem kekebalan tubuh, seperti leukemia
- penyakit kompleks imun, seperti virus hepatitis
- multiple myeloma (kanker sel plasma, yang menghasilkan antibodi)
Penyebab dan Faktor Risiko
Gangguan imunodefisiensi primer paling sering disebabkan oleh mutasi gen yang diturunkan.
Gangguan imunodefisiensi sekunder dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:
- kondisi kronis (seperti diabetes atau kanker)
- narkoba
- terapi radiasi (ini jarang terjadi)
- rawat inap jangka panjang
- nutrisi yang tidak mencukupi
Faktor Risiko
Faktor risiko imunodefisiensi melibatkan berbagai kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Berikut adalah beberapa faktor risiko utama:
- Kelainan Genetik: Beberapa orang lahir dengan kelainan genetik yang memengaruhi sistem kekebalan, seperti sindrom imunodefisiensi kombinasi (severe combined immunodeficiency), sindrom Wiskott-Aldrich, dan defisiensi imunoglobulin. Kelainan ini dapat mencegah sistem kekebalan berkembang atau berfungsi dengan baik.
- Infeksi HIV/AIDS: Virus HIV menyerang dan merusak sel-sel penting dalam sistem kekebalan, yang dapat menyebabkan AIDS. Ini adalah salah satu penyebab paling umum dari imunodefisiensi sekunder.
- Penyakit Autoimun: Kondisi seperti lupus atau myasthenia gravis dapat memengaruhi sistem kekebalan dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.
- Malnutrisi atau Gizi Buruk: Kekurangan nutrisi penting dapat melemahkan sistem kekebalan dan meningkatkan risiko infeksi.
- Kanker: Beberapa jenis kanker, seperti leukemia dan limfoma, dapat langsung memengaruhi sistem kekebalan. Selain itu, pengobatan kanker seperti kemoterapi juga dapat menyebabkan imunodefisiensi sekunder.
- Penggunaan Obat-obatan Tertentu: Obat-obatan yang menekan sistem kekebalan, seperti kortikosteroid atau obat yang digunakan untuk transplantasi organ, dapat meningkatkan risiko imunodefisiensi.
- Usia Lanjut: Sistem kekebalan cenderung melemah seiring bertambahnya usia, yang dapat meningkatkan risiko imunodefisiensi.
- Kondisi Kronis: Penyakit kronis seperti diabetes, penyakit ginjal, dan hepatitis dapat memengaruhi sistem kekebalan dan meningkatkan risiko imunodefisiensi.
- Paparan Lingkungan dan Pekerjaan: Orang yang bekerja di lingkungan dengan risiko tinggi paparan penyakit, seperti tenaga kesehatan, mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan imunodefisiensi.
- Riwayat Keluarga: Mempunyai riwayat keluarga dengan imunodefisiensi bawaan lahir dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kondisi serupa.
- Kondisi Medis Serius: Mengalami kondisi medis yang serius atau menderita suatu penyakit dalam waktu lama dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh.
Apakah Gangguan Imunodefisiensi dapat Dicegah?
Gangguan imunodefisiensi primer dapat ditangani dan diobati, namun tidak dapat dicegah.
Risiko terjadinya gangguan sekunder terkadang dapat diturunkan melalui pilihan gaya hidup. Misalnya, Anda dapat menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2 dengan mengonsumsi makanan bergizi dan melakukan aktivitas fisik yang cukup.
Tidur sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh yang sehat. Menurut CDC, kurang tidur dalam waktu lama tidak hanya menyebabkan berbagai kondisi kronis, tetapi juga melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
Pengobatan Imunodefisiensi
Mengobati imunodefisiensi biasanya berkisar pada:
- mencegah infeksi bila memungkinkan
- mengobati infeksi ketika terjadi
- memperkuat bagian dari sistem kekebalan tubuh
Obat antivirus lain, seperti oseltamivir dan asiklovir, atau obat yang disebut interferon terkadang digunakan untuk pengobatan infeksi virus yang disebabkan oleh gangguan imunodefisiensi.
Jika sumsum tulang Anda tidak memproduksi cukup limfosit, dokter mungkin akan melakukan transplantasi sumsum tulang (sel induk).