Nostalgia Pilkada DKI 2017: Kandidat, Daya Tarik, dan Hasil yang Sengit
Pilkada DKI tahun 2017 berlangsung sangat menarik dan penuh dinamika. Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama dan etnis.
Pilkada DKI 2017 menjadi salah satu momen pemilihan paling menarik yang pernah berlangsung di Indonesia.
Nostalgia Pilkada DKI 2017: Kandidat, Daya Tarik, dan Hasil yang Sengit
Pilkada DKI 2017 menjadi salah satu pemilihan kepala daerah yang menarik perhatian. Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
Jadi jangan heran jika Pilkada tahun 2017 berlangsung sangat menarik dan penuh dinamika. Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Apa hasil quick count Pilkada DKI 2017 putaran kedua? Hasil quick count Pilkada DKI 2017 putaran kedua menunjukkan bahwa pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memperoleh dukungan sebesar 58,5%, sedangkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, mendapatkan dukungan sebesar 41,5%.
-
Mengapa hasil quick count Pilkada DKI 2017 sangat penting? Hasil quick count tersebut menjadi perhatian utama, karena sering kali memberikan indikasi kuat mengenai hasil akhir sebelum perhitungan resmi diumumkan oleh KPU.
-
Siapa saja kandidat di Pilkada DKI 2017 putaran kedua? Putaran kedua mempertemukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 putaran kedua dilaksanakan? Pemungutan Suara Putaran Kedua (19 April 2017):Putaran kedua mempertemukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga.
-
Apa yang dipilih oleh rakyat dalam Pilkada? Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah merupakan proses demokrasi yang memungkinkan rakyat untuk memilih kepala daerah mereka sendiri.
-
Apa yang dimaksud dengan incumbent dalam Pilkada? Incumbent atau petahana dalam konteks Pilkada merujuk kepada mereka yang saat ini menjabat sebagai kepala daerah di tingkat provinsi, kabupaten, atau kota, seperti Gubernur, Bupati, atau Walikota. Mereka adalah figur yang sedang memegang jabatan saat penyelenggaraan Pilkada berlangsung.
Dalam Pilkada DKI 2017, Basuki Tjahaja Purnama, yang akrab disapa Ahok, kembali maju untuk mempertahankan posisinya sebagai gubernur. Sementara itu, Anies Baswedan muncul sebagai pesaing kuat yang didukung oleh koalisi partai besar dan tokoh-tokoh berpengaruh. Ada pula Agus Harimurti Yudhoyono, yang baru pertama kali terjun ke dunia politik, namun membawa nama besar yang sudah familiar.
merdeka.com
Acara debat antar kandidat yang disiarkan secara luas pun menjadi tontonan menarik bagi masyarakat, hingga memicu diskusi bahkan di kalangan orang-orang luar Jakarta.
Artikel kali ini akan mengajak Anda bernostalgia kembali pada Pilkada DKI 2017 dengan segala daya tariknya.
Kandidat Pilkada DKI 2017
Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
Pilkada DKI 2017 ini merupakan kali ketiga Jakarta menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung melalui sistem pencoblosan. Dengan sistem ini, warga Jakarta bisa langsung berpartisipasi memberikan suara untuk menentukan pemimpin mereka hingga 5 tahun ke depan.
Berdasarkan peraturan yang berlaku, hanya partai politik yang memiliki minimal 22 kursi di DPRD Jakarta yang berhak mengajukan kandidat untuk pemilihan ini. Partai politik yang tidak memenuhi syarat tersebut dapat mengajukan calon gubernur dan wakil gubernur jika mereka memperoleh dukungan dari partai politik lain yang juga berpartisipasi dalam pemilihan.
Sistem ini mendorong terbentuknya koalisi antar partai politik untuk mencalonkan kandidat yang berpeluang besar memenangkan pemilihan.
Gubernur saat itu, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kembali mencalonkan diri bersama dengan Djarot Saiful Hidayat sebagai wakilnya. Kandidat berikutnya adalah mantan perwira TNI Agus Harimurti Yudhoyono yang berpasangan dengan Sylviana Murni, serta akademisi dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Anies Baswedan, yang berpasangan dengan Sandiaga Uno. Persaingan ketiga pasangan ini menjadi salah satu pemilihan yang menarik dalam sejarah politik Jakarta.
Hasil Putaran Pertama
Pemilihan pertama pun diselenggarakan, namun hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada pasangan calon yang memperoleh lebih dari 50% suara. Oleh karena itu, pemilihan harus dilanjutkan ke putaran kedua. Dalam putaran pertama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat mendapatkan suara terbanyak dengan sekitar 42,99%.
- Throwback Politik Identitas Pilkada DKI Jakarta 2017, Kasus Penistaan Agama hingga Aksi Damai 212
- Hasto Soal Peluang PDIP Usung Anies di Pilkada Jakarta Usai Putusan MK: Tunggu Aspirasi Rakyat
- Pilkada 2024: Ini Jejak Karier Politik Dedi Mulyadi, Ridwan Kamil dan Anies Baswedan
- Diusung Demokrat Maju Pilgub Jakarta, Heru: Saya ASN, Tak Pengalaman di Politik
Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di posisi kedua dengan perolehan sekitar 39,95%, sedangkan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni memperoleh sekitar 17,05% suara.
Pasangan yang terakhir ini pun harus tereliminasi dan tidak dapat mengikuti putaran kedua.
Dimulainya Putaran Kedua
Putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 mempertemukan dua pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, serta Basuki Tjahaja Purnama bersama Djarot Saiful Hidayat. Kedua pasangan ini diusung oleh koalisi partai yang berbeda; Anies-Sandi didukung oleh partai-partai seperti Gerindra, PKS, dan PAN, sementara Ahok-Djarot mendapat dukungan dari PDI-P, Golkar, dan Hanura.
Dalam putaran kedua ini, perbedaan peta kekuatan kandidat dari dua pasangan semakin terlihat jelas melalui pembagian suara di berbagai wilayah dan kelompok pemilih. Anies-Sandi cenderung mendapat dukungan yang lebih besar di wilayah perkotaan yang lebih padat dan dinamis, sementara Ahok-Djarot memiliki basis pendukung yang lebih kuat di wilayah pinggiran kota yang lebih tradisional.
Selain itu, tampak ada kecenderungan bahwa pemilih muda dan pemilih dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih memihak pada Anies-Sandi, sementara Ahok-Djarot cenderung mendapat dukungan dari pemilih yang lebih tua dan mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah.
Hasil Quick Count Putaran Kedua
Hasil quick count Pilkada DKI 2017 putaran kedua menunjukkan bahwa pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memperoleh dukungan sebesar 58,5%, sedangkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, mendapatkan dukungan sebesar 41,5%.
Dilihat dari angka-angka ini, sudah ada indikasi akan kemenangan bagi pasangan Anies-Sandi dalam putaran kedua Pilkada DKI 2017, sekaligus menggambarkan pergeseran dukungan pemilih dari putaran pertama.
Jika dibandingkan dengan hasil quick count putaran pertama, memang ada peningkatan yang signifikan bagi pasangan Anies-Sandi, sementara pasangan Ahok-Djarot mengalami penurunan dukungan yang cukup drastis.
Para ahli dan pengamat politik mencatat bahwa hasil ini mencerminkan adanya dorongan kuat dari masyarakat Jakarta terhadap perubahan untuk memimpin kota.
Peningkatan dukungan untuk Anies-Sandi ini dinilai karena pengaruh strategi kampanye yang efektif, isu-isu yang diangkat selama debat, serta perubahan persepsi publik terhadap kinerja petahana.
Meskipun hasil quick count memberikan indikasi kuat tentang arah pilihan rakyat Jakarta, verifikasi akhir dari KPU tetap diperlukan untuk memastikan keabsahan hasil pemilihan. Hasil quick count dapat dianggap sebagai gambaran membantu memahami tren pemilih, namun hasil resmi dari KPU tetap menjadi penentu siapa yang akan memimpin Jakarta untuk periode 2017-2022 secara sah.
merdeka.com
Hasil Pilkada DKI 2017
Hasil resmi dari Pilkada DKI Jakarta 2017 menunjukkan bahwa pasangan Anies Baswedan - Sandiaga Uno memenangkan pemilihan dengan perolehan suara 57,96%, mengalahkan pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat yang memperoleh 42,04%.
Pilkada DKI Jakarta 2017 menjadi kontestasi yang sangat ketat dan menarik, dengan isu-isu sensitif terkait SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) serta partisipasi tinggi dari masyarakat. Putaran kedua yang dramatis menandai pergantian kepemimpinan di DKI Jakarta.