Pedagang Hewan Kurban di Cianjur Sebut Penjualan Online Tak Efektif, Ini Alasannya
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat membuat para pedagang hewan kurban di Kabupaten Cianjur merana. Penjualan hewan kurban yang kini harus dilakukan secara online membuat omzet mereka turun drastis.
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat membuat para pedagang hewan kurban di Kabupaten Cianjur merana. Penjualan hewan kurban yang kini harus dilakukan secara online membuat omzet mereka turun drastis.
Supriyanto, salah seorang penjual hewan kurban di Jalan Abdulah bin Nuh Cianjur mengaku hingga empat hari menjelang hari raya Iduladha, ia mengalami penurunan omzet hingga 70 persen dibanding tahun lalu.
-
Kenapa Alun-alun Ciranjang menjadi daya tarik baru di Cianjur? Alun-alun Ciranjang menjadi destinasi wisata baru yang bisa dikunjungi saat singgah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi tersebut kini tampak indah, dan rapi, setelah dibenahi oleh Pemprov Jabar dengan anggaran Rp10,3 miliar.
-
Di mana wilayah yang menjadi pusat peredaran narkoba di Cianjur? Berdasarkan pemetaan oleh polisi, peredaran narkoba rawan terjadi di wilayah utara, selatan dan timur Kabupaten Cianjur.
-
Kenapa kasus Vina Cirebon ditarik ke Polda Jabar? Kemudian ramai itulah yang kemudian kasus ini ditarik ke Polda Jabar. Jadi sesama tahanan saling pukul sehingga membuat mereka lebam-lebam," ucap dia.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Mengapa Cianjur menjadi daerah rawan peredaran narkoba? Penyebab dari rawannya peredaran narkoba di sana tidak terlepas dari posisi Kabupaten Cianjur yang dijadikan sebagai destinasi wisata sehingga banyak disinggahi warga luar daerah.
"Sampai empat hari menjelang hari Iduladha, kami baru menjual beberapa ekor saja, belum sampai 10 ekor. Lihat saja sapi yang kami jajakan masih banyak, PPKM darurat membuat penjualan tidak seperti tahun sebelumnya," katanya di Cianjur Jumat (16/7) seperti dilansir dari Antara.
Pembeli Tak Bisa Melihat Langsung Hewan yang Akan Dibeli
Menurutnya, penjualan secara online kurang disukai oleh para pembeli lantaran mereka tidak bisa melihat hewan kurban secara langsung.
Supriyanto pun kini memilih membanting harga dengan menjual sapi biasa seharga Rp18 juta dan Rp30 juta untuk ukuran super atau limosin. Tak jarang, Supriyanto juga menjual sapi-sapinya dengan harga modal untuk menutupi biaya operasional.
"Kalau boleh ada keringanan meski tinggal beberapa hari lagi menjelang hari raya, agar kami bisa membuka lapak. Pastinya untuk tahun ini, tidak banyak sapi yang terjual karena sepi pembeli dan banyak yang membatalkan pesanan," katanya.
Imbauan Bupati
©2013 merdeka.com/muhammad luthfi rahman
Menanggapi hal tersebut, Bupati Cianjur Herman Suherman kembali menekankan bahwa pihaknya melarang adanya penjualan hewan kurban secara offline melalui lapak di pinggir jalan.
Herman mengatakan, penjualan hewan kurban yang dilakukan di pinggir-pinggir jalan akan mengganggu keindahan kota, termasuk memicu kerumunan dari calon pembeli.
"Kita mohon bersabar dan pengertian dari pedagang karena tingkat penularan COVID-19 masih tinggi, untuk saat ini, silakan menawarkan hewan kurban melalui daring di media sosial atau lainnya, agar dapat menekan angka penularan," imbaunya.