Kisah Pilu Anak Pekerja Migran, 17 Tahun Hilang Kontak dengan Sang Ibu
Repi Nurhayati (21) tak mampu membendung kesedihannya saat menceritakan momen terakhir berkomunikasi dengan sang ibu, Yeti yang sudah 17 tahun hilang kontak. Menurutnya, di tiga bulan pertama komunikasi dengan keluarga terbilang lancar, bahkan ibu saya sempat mengirim uang dan paket ke Cianjur.
Repi Nurhayati (21) tak mampu membendung kesedihannya saat menceritakan momen terakhir berkomunikasi dengan sang ibu, Yeti. Repi mengaku sudah 17 tahun hilang kontak dengan sang ibu.
Ia mengatakan, sang ibu merupakan pekerja migran Indonesia (PMI) asal Kampung Cinde, Desa Jatisari, Cianjur, Jawa Barat. Sang ibu menjadi pekerja migran di negara Kuwait sejak 2004. Menurut Repi, ibunya berangkat bekerja di sektor nonformal saat Repi masih berusia 3 tahun.
-
Kenapa Alun-alun Ciranjang menjadi daya tarik baru di Cianjur? Alun-alun Ciranjang menjadi destinasi wisata baru yang bisa dikunjungi saat singgah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi tersebut kini tampak indah, dan rapi, setelah dibenahi oleh Pemprov Jabar dengan anggaran Rp10,3 miliar.
-
Di mana wilayah yang menjadi pusat peredaran narkoba di Cianjur? Berdasarkan pemetaan oleh polisi, peredaran narkoba rawan terjadi di wilayah utara, selatan dan timur Kabupaten Cianjur.
-
Kenapa kasus Vina Cirebon ditarik ke Polda Jabar? Kemudian ramai itulah yang kemudian kasus ini ditarik ke Polda Jabar. Jadi sesama tahanan saling pukul sehingga membuat mereka lebam-lebam," ucap dia.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Mengapa Cianjur menjadi daerah rawan peredaran narkoba? Penyebab dari rawannya peredaran narkoba di sana tidak terlepas dari posisi Kabupaten Cianjur yang dijadikan sebagai destinasi wisata sehingga banyak disinggahi warga luar daerah.
"Selama tiga bulan komunikasi dengan keluarga, termasuk dengan saya, ketika itu, berjalan normal, bahkan ibu saya sempat mengirim uang dan paket untuk kami. Setelah itu, kami tidak pernah mendapat kabar lagi " kata Repi, melansir Antara, Kamis (02/9).
Informasi Keberangkatan Ada di Almarhum Sang Ayah
Foto Yeti, ibu dari Repi ©2021 Youtube Astakira TV/editorial Merdeka.com
Anak kandung Yeti itu telah mencoba berbagai upaya, agar bisa kembali menyambung komunikasi dengan sang ibu. Namun sayangnya masih nihil, karena dirinya tidak tahu perusahaan jasa tenaga kerja mana yang memberangkatkannya.
Ia bercerita bahwa yang mengetahui seluk beluk perusahaan yang memberangkatkan Yeti hanya almarhum sang ayah yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Pilunya, ia turut tak memiliki selembar dokumen apapun perihal keberangkatan dan bekerja pada siapa ibunya di negara penghasil minyak tersebut.
"Sampai saya menikah dan punya anak, saya berharap masih bisa bertemu dengan ibu saya. Saya berharap sangat ke pihak pemerintah dapat membantu mencari tahu keberadaan ibu saya. Melalui Astakira Pembaharuan Cianjur, saya juga berharap besar dibantu," katanya.
Meyakini Ibu Masih Hidup
Di kesempatan itu Repi terus memupuk harapan, dan berkeyakinan jika sang ibu masih hidup dan dalam kondisi sehat di negara orang itu. Kerinduannya sebagai anak kepada orang tua tak terbendung saat Repi memandang foto Yeti saat mengikuti pelatihan pra kerja sebelum berangkat ke Kuwait.
Dalam foto itu, Yeti terlihat tersenyum dengan mengenakan seragam putih bersama beberapa kawan kawan rekan kerjanya. Repi memohon kepada kedua negara Indonesia dan Kuwait agar bisa melacak keberadaan sang ibu yang dicintainya itu.
"Saya hanya ingin bertemu dengan ibu saya, semoga pemerintah bisa menemukan ibu saya atau bagaimanapun caranya" mohon Repi, sembari memeluk foto sang ibu.
Upaya yang Dilakukan
Menanggapi kejadian itu, Ketua Astakira Pembaharuan Cianjur Ali Hildan mengatakan jika Yeti sebelumnya berangkat ke Kuwait pada 2004 secara resmi. Pada saat itu, belum ada pemberlakuan moratorium untuk bekerja ke Timur Tengah
Pihaknya pun akan melakukan upaya pelacakan dengan berkoordinasi dan meminta bantuan Disnakertrans Kabupaten Cianjur, BP2MI, Kemnaker, PWNI, BHI Kemenlu dan KBRI di Kuwait.
"Kami akan berusaha membantu keluarga untuk mencari tahun keberadaan Yeti yang sudah 17 tahun hilang kontak. Kami mendatangi rumah keluarganya untuk mengumpulkan informasi, baik foto maupun keterangan pas pemberangkatan," katanya.