Studi: Vaksin Johnson & Johnson Tingkatkan Antibodi 9 Kali Lipat
Vaksin Johnson & Johnson yang rencananya tiba di Indonesia pada September 2021 merupakan vaksin Covid-19 yang berasal dari Amerika Serikat. Seperti diketahui vaksin ini hanya diberikan dalam satu dosis.
Vaksin Johnson & Johnson ini nampaknya bisa memberikan perlindungan yang memadai terhadap virus corona varian Delta yang mengkhawatirkan. Perusahaan Johnson & Johnson menyatakan suntikan booster atau pemberian dosis ke-2 vaksin Johnson & Johnson dapat meningkatkan kadar antibodi secara tajam.
Dikutip dari Al Jazeera, berdasarkan data sementara dari dua uji coba tahap awal, diperoleh bukti bahwa dosis ke-2 vaksin Johnson & Johnson menghasilkan tingkat antibodi yang mengikat sembilan kali lebih tinggi dari tingkat 28 hari setelah seseorang menerima dosis pertama.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
Vaksin Johnson & Johnson yang rencananya tiba di Indonesia pada September 2021 merupakan vaksin Covid-19 yang berasal dari Amerika Serikat. Seperti diketahui vaksin ini hanya diberikan dalam satu dosis.
Tidak seperti antibodi penawar, yang menghancurkan virus, antibodi pengikat menempel pada virus tetapi tidak menghancurkannya atau mencegah infeksi. Sebaliknya, perusahaan memperingatkan sistem kekebalan akan kehadirannya sehingga sel darah putih dapat dikirim untuk menghancurkan virus.
Penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), khususnya, telah menunggu kabar tentang bagaimana individu dengan gangguan kekebalan yang menerima suntikan vaksin Johnson & Johnson.
Menurut perusahaan Johnson & Johnson, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan signifikan dalam respons antibodi pengikatan pada peserta berusia 18-55 dan pada individu berusia 65 ke atas yang menerima dosis booster yang lebih rendah.
Ringkasan studi tersebut, sedang dikirimkan ke server pracetak MedRxiv sebelum tahap peer review.
Juru Bicara Perusahaan Johnson & Johnson mengatakan, hasil tersebut akan tersedia dalam beberapa minggu ke depan.
Pada Juli 2021, J&J menerbitkan data di New England Journal of Medicine yang menunjukkan antibodi penetral yang dihasilkan vaksinnya tetap stabil delapan bulan setelah imunisasi dengan dosis tunggal.
“Dengan data baru ini, kami juga melihat bahwa dosis booster vaksin Johnson & Johnson semakin meningkatkan respons antibodi di antara peserta penelitian yang sebelumnya telah menerima vaksin kami,” kata Kepala Penelitian dan Pengembangan di Divisi Farmasi Janssen J&J, Mathai Mammen, dalam sebuah pernyataan.
“Kami berharap dapat berdiskusi dengan pejabat kesehatan masyarakat tentang strategi potensial untuk vaksin Johnson & Johnson kami, meningkat delapan bulan atau lebih setelah vaksinasi dosis tunggal utama," lanjutnya.
Reporter: Azizta Laksa Mahardikengrat
(mdk/snw)