Viral Kata Maneh, Ini 5 Fakta Bahasa Sunda yang Punya Tingkatan Halus sampai Kasar
Belakangan ini tengah viral kata maneh di media sosial. Disebutkan dalam kaidah bahasa Sunda, maneh memiliki makna yang kasar dan biasa dituturkan kepada teman sebaya. Serupa dengan bahasa Jawa, di dalam tradisi lisan Sunda juga mengenal tingkatan ekspresi penyebutan mulai dari halus sampai kasar.
Belakangan ini tengah viral kata maneh di media sosial. Disebutkan dalam kaidah Bahasa Sunda, maneh memiliki makna yang kasar dan biasa dituturkan kepada teman sebaya. Serupa dengan Bahasa Jawa, di dalam tradisi lisan Sunda juga mengenal tingkatan ekspresi penyebutan mulai dari halus sampai kasar.
Bagi siswa yang bersekolah di wilayah Jawa Barat dan Banten, bahasa ibu terbesar kedua di Indonesia ini masuk ke konteks muatan lokal. Banyak sekolah di sana yang menerapkan kurikulum tersebut mulai dari tingkatan SD sampai SMA agar setelah lulus Bahasa Sunda bisa dilestarikan dan tidak punah.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Mengapa konten video Jakarta di masa depan menjadi viral? Karena kreativitasnya, postingan @fahmizan kemudian menjadi viral dan di repost oleh banyak akun di berbagai sosial media.
-
Apa yang terjadi di video yang viral? Video berdurasi 20 detik tersebut memperlihatkan seseorang yang diklaim sebagai Gibran yang sedang menggendong bayi sambil mengumandangkan takbir.
-
Kenapa video tersebut viral? Video yang diunggahnya ini pun viral dan menuai perhatian warganet."YaAllah Kau bangunkan aku tengah malam, aku kira aku mimpi saat ku lihat suamiku sedang sujud," tulisnya di awal video yang diunggahnya.
Dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari, penggunaan Bahasa Sunda dengan memperhatikan tingkatan-tingkatan tersebut akan membantu memposisikannya dengan baik sehingga prinsip komunikasi mutual understand atau saling memahami maksud bisa terbangun dengan baik.
Ini senada dengan yang disampaikan oleh koordinator program studi Sastra Sunda di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran (UNPAD), Gugun Gunardi bahwa untuk memahami bahasa Sunda harus mengetahui undak usuk basa atau tatanan yang saat ini terdapat tiga dan disepakati oleh ahli bahasa. Berikut 5 fakta Bahasa Sunda yang unik dan tengah viral karena kata maneh.
Miliki Tiga Tingkatan Bahasa
©2022 YouTube Cianjurkab TV/Merdeka.com
Diungkapkan pria yang juga dosen di Unpad sejak lebih dari 30 tahun lal itu, saat ini Bahasa Sunda memiliki tiga tingkatan ekspresi pengucapan. Semuanya memiliki posisinya masing-masing yang akan membantu para penuturnya beradaptasi saat mempraktikkannya.
Ia menyebutkan terdapat tiga tingkatan yang bisa digunakan saat ini mempelajari Bahasa Sunda tersebut yakni basa Kasar, basa Sedeng dan basa Alus.
“Bahasa kasar itu digunakan untuk teman atau orang dekat yang sudah familier, bahasa sedeng untuk diri sendiri, dan bahasa halus atau lemes untuk menghormati orang lain yang perlu dihormati,” kata Gugun, dikutip merdeka dari laman Universitas Padjajaran Bandung (UNPAD).
Diadaptasi dari Unggah-Ungguh Bahasa Jawa
Gugu mengungkapkan jika tingkatan Bahasa Sunda juga cukup dipengaruhi oleh unggah-ungguh Bahasa Jawa.
Dikatakan bahwa penyebutan kosa kata dan pengaplikasiannya di kehidupan sehari-hari cukup sulit. Namun demikian jika penuturnya memahami undak usuk basa Sunda itu maka akan semakin mempermudahnya menggunakan Bahasa Sunda.
Dalam sejarahnya, terdapat proses akulturasi antara masyarakat Sunda dan Jawa di masa kerajaan Mataram. Ini didapatkan dari proses pembelajaran yang didapatkan masyarakat di kerajaan besar tanah Jawa itu.
“Sebetulnya tingkat tutur Bahasa Sunda itu berasal dari unggah ungguh boso Jawa. Di sana ada proses akulturasi dan kegiatan belajar dari masyarakat Sunda di Kerajaan Mataram yang dulu berkuasa,” terangnya.
Sebelumnya Memiliki Lima Tingkatan
Ditambahkannya, jika sebelumnya diringkas menjadi tiga tingkatan, undak usuk basa Sunda memiliki lima tingkatan yang disepakati oleh penuturnya di masa lampau. Namun setelah terjadi proses perbaharuan, urutannya dipangkas agar tidak menyulitkan penuturnya.
Adapun kelima tingkatan dalam berbahasa Sunda tersebut adalah: bahasa Johan (kasar sekali), bahasa kasar, kemudian bahasa sedeng, bahasa lemes, dan bahasa lemes sekali. Keseluruhannya bisa digunakan di aktivitas sehari-hari tergantung kepada siapa, dalam keadaan bagaimana dan apa yang sedang dibicarakan.
Salah satu contoh kata dari lima tingkatan Bahasa Sunda adalah “Iya”. Ini biasa digunakan untuk mengungkapkan atau merespons suatu kesepakatan antar lawan bicara. Lima tingkatannya adalah sebagai berikut: Enya, Bener, Muhun, Leres, Sumuhun.
Enya biasanya dituturkan ke lawan bicara yang sepantaran dengan konteks yang kasar sekali. Kemudian Bener juga menempati posisi yang setara dengan Enya. Sedangkan Muhun posisinya sedang dan digunakan antara adik ke kakaknya, lalu ada Leres yang halus dan digunakan anak ke orang tua terakhir sumuhun menempati posisi paling halus dan digunakan untuk menyepakati pembicaraan dengan orang-orang sepuh.
Terdapat Banyak Variasi
Mengutip Liputan6, keunikan lainnya dalam Bahasa Sunda adalah terdapatnya banyak variasi dari setiap kosa kata. Salah satu yang dipakai dalam percakapan sehari-hari adalah kata jatuh.
Di kosa kata Jatuh saja, terdapat hingga 34 ekspresi penyebutan dalam bahasa Sunda yakni: ragrag (untuk barang), murag (untuk barang), geubis, labuh, tikusruk, tijengkang (jatuh ke belakang), tijungkel (jatuh ke depan), tikosewad, tiseureuleu, tisoledat (jatuh karena lantai licin), tigedebru, tigubrag, tigedebut, tigejebur, tigujubar, tigorobas, tigorolong, tigulitik, tigurawil, tigolepak, tijalikeuh, tijongjolong, tijungkir, tijurahroh, tikokojot, tikucuprak, tikudawet, tikunclung, tiporos, tiseureuleu, titiliktikan, titotolonjong, dan tisorodot.
Disampaikan Ahli Antropologi Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Mahmud Fasya, variasi kosa kata dalam bahasa Sunda memang banyak. Ini untuk mengekspresikan kondisi sekitar seperti pada kasus terjatuh.
Menurutnya, ekspresi puluhan kata untuk mengartikan satu keadaan masuk ke dalam unsur Semantik dalam ilmu Linguistik. Ini berkenaan dengan ilmu di dalam sebuah kata atau morfologi dari kata yang diucapkan saat kondisi terjatuh tersebut.
Tercatat Sekitar Enam Dialek Sunda
Adapun Bahasa Sunda saat ini terdapat sekitar enam dialek yang memiliki kekhasannya masing-masing. Keenam variasi bahasa ini bisa ditemukan di sepanjang wilayah Jawa Barat, Banten dan sebagian Jawa Tengah sisi tenggara.
Walau demikian, biasanya terdapat sejumlah perbedaan variasi maupun kosakata yang disepakati dengan arti yang sama di banyak daerah. Ini menambah kekayaan dari khazanah Bahasa Sunda sebagai warisan lisan ibu.
Keenam variasi dialek tersebut yakni: Dialek Barat yang meliputi Kabupaten Lebak, Pandeglang, kabupaten Tangerang (Kecuali Pakuhaji, Teluknaga, Kelapa Dua, Curug, Pagedangan, Kosambi (kabupaten Tangerang), kota Tangerang dan Tangerang Selatan).
Lalu adal Dilaek Utara yang diucapkan oleh masyarakat di wilayah Bogor Selatan, Kota Bogor, Karawang, Subang, Purwakarta dan Bekasi (tidak semua).
Kemudian yang paling otentik adalah Dialek Priangan atau selatan Jawa Barat seperti di daerah Bandung Raya, Cianjur, Sukabumi, Sumedang, Garut hingga Tasikmalaya. Lalu ada Tengah Timur seperti Majalengka dan selatan Indramayu.
Untuk daerah timur Laut, Bahasa Sunda ini bisa ditemui para penuturnya di wilayah Kuningan, selatan Ciebon dan sebelah barat Brebes. Sedangkan dialek Tenggara, penutur Sunda ini bisa ditemui di wilayah Ciamis, Pangandaran dan Kota Banjar. Serta sebagian Jawa Tengah seperti Cilacap dan selatan Banyumas.