Adu argumen Ahok & Anies atasi banjir jelang putaran 2 Pilgub DKI
Pekan ini banjir terjadi di sejumlah wilayah ibu kota. Banjir terjadi akibat hujan yang turun terus menerus dan kiriman dari Bogor yang mengakibatkan Ciliwung meluap.
Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jakarta beberapa waktu belakangan membuat dua cagub DKI saling adu argumen di media. Awalnya, Cagub DKI nomor urut tiga, Anies Baswedan menyindir calon petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, bahwa pernyataan Jakarta sudah bebas banjir tidak tepat.
Sebab, nyatanya pekan ini banjir terjadi di sejumlah wilayah ibu kota. Banjir terjadi akibat hujan yang turun terus menerus dan kiriman dari Bogor yang mengakibatkan Ciliwung meluap.
Anies pun mengaku memiliki solusi agar Jakarta bebas dari banjir. Anies mengaku memiliki konsep sumur resapan alias biopori untuk mengatasi banjir. Menurutnya, aliran air tidak harus semuanya langsung dibuang ke laut, tapi ada sebagian yang diserap ke dalam tanah.
"Kami memang pada akhirnya air itu harus menggunakan vertical drainase jangan selalu horizontal drainase. Artinya dialirkan ke laut saja enggak cukup, harus tetap dimasukkan ke bumi dan bumi kita di Jakarta membutuhkan air," kata Anies di Kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta, Kamis (16/2).
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa tugas Ahmad Sahroni di Pilgub DKI Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
Ahok yang kini sudah aktif kembali menjadi gubernur DKI pun angkat bicara. Dia berpandangan proyek normalisasi kali merupakan cara terbaik untuk menanggulangi banjir.
Ahok menjelaskan banjir yang terjadi di sejumlah lokasi akibat rendahnya muka tanah ketimbang tinggi muka air. Karenanya, cara paling efektif agar tidak ada luapan kembali adalah dengan menormalisasi tali-tali air di ibu kota.
"Itukan (limpasan) akibat karena enggak semua (sungai) dilebarin ditinggiin enggak mungkin. Kita butuh waktu butuh bangun rumah susun. Orang kita pindahin orang ke rumah susun aja masih dikritik kok," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (17/2).
Ahok juga menanggapi ide vertical drainase Anies. Menurutnya, Pemprov DKI Jakarta pernah mencoba cara vertical drainase sebagai salah satu antisipasi banjir. Namun ternyata, tidak semua wilayah ibu kota bisa dijadikan titik untuk menjadi jalur rembesan limpasan air.
Ahok mengatakan, tekstur lapisan tanah di Jakarta tidak semua bisa menyerap air dengan debit yang besar. Untuk dapat menyerap air, tanah yang paling cocok adalah tanah reservoir atau ground water reservoir (waduk air tanah).
"Masih, ada beberapa titik enggak dapat lapisan reservoir, maka (vertical drainase) enggak ada guna. Jadi harus dapatkan sumur resapan harus masuk ke lapisan tanah yang bisa menyerap air," kata Ahok.
Menurutnya, untuk dapat berfungsi sebagai akuifer atau lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air, lapisan tersebut harus berpori atau berongga. Sehingga air bergerak dari rongga ke rongga.
"Kalau kamu masuk ke tempat lempungan makanya enggak bisa (menampung air). Maka, kamu harus bor. Ada peta geologinya. Kalau banyak bahan endapan vulkanik itu cocok," katanya.
Untuk itu, dalam pembuatan vertical drainase, pihaknya mesti mengetahui titik-titik dan pada kedalaman tanah yang mengandung endapan vulkanik. Prinsip tersebut terkandung dalam data geologi.
"Kami sudah kerjakan di beberapa tempat tapi beberapa tempat itu gagal. Karena kontraktor kami itu sudah kerjain banyak. Seharusnya kita bor dulu, kita harusnya tes di mana ada endapan reservoir," katanya.
Di tempat terpisah, Anies membeberkan ada 3 cara untuk mengatasi permasalahan banjir Jakarta. Tiga cara ini disesuaikan dengan lokasi banjir yang masih ada di Jakarta.
"Jadi ada yang harus dibereskannya dengan penambahan situ. Ada yang harus dibereskannya dengan vertikal drainage. Ada yang harus dibereskannya dengan pengerukan. Jadi tidak satu solusi untuk seluruh masalah," kata Anies saat ditemui di kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat).
Menurut Anies, penyelesaian banjir di Jakarta harus menggunakan pendekatan yang sifatnya konservasi tapi bersahabat dengan lingkungan. Saat disinggung terkait banjir kiriman dari bendungan Katulampa di Bogor, Anies justru menyinggung pernyataan petahana Ahok saat debat di salah satu stasiun televisi pertama.
"Anda bisa cek apa yang diungkapkan Pak Basuki pada debat pertama di NET TV. Pada saat itu saya sampaikan, jadi ada banjir dari hulu. Beliau menyampaikan banjir dari hulu udah enggak masalah lagi. Ternyata itu (banjir) masih jadi masalah. Itu yang harus diantisipasi. Seakan-akan hulu bukan masalah. Memang masih. Bahkan muncul sekarang," terang Anies.
Menurut mantan rektor Universitas Paramadina itu solusi yang tepat untuk mengatasi banjir kiriman adalah mengendalikan air kiriman dari Bogor, yakni dengan mengarahkan air kiriman ke situ untuk ditampung.
"Solusi untuk air yang dari hulu itu memang ada beberapa. Satu, pengendalian air turun. Kedua, penampungan air lewat situ," ujar Anies.
Ketiga lanjut Anies, harus ada proses penyerapan air ke dalam tanah di hulu. Sebab daerah hulu bermasalah sejak dibukanya lahan untuk perkebunan teh.
"Umumnya air itu terserap tapi setelah ada perkebunan teh, rumah-rumah di sana dibangun tanpa ada ada upaya serius memasukkan air hujan ke dalam tanah sehingga air hujan dialirkan," kata Anies.
"Kalau air hujan dialirkan horizontal ke sungai ya nanti yang hilir akan terima kiriman. Karena itu di atas sana airnya harus dimasukkan ke bawah (tanah) sehingga tidak akan mulai terkirim ke sini (hilir)," pungkas Anies.