Banjir Jakarta Bukan Hanya Karena Faktor Alam
Penyebab banjir mulai dari limpahan air dari daerah hulu, berkurangnya waduk dan danau tempat penyimpanan air banjir, permasalahan menyempit dan mendangkalnya sungai akibat sedimentasi dan penuhnya sampah, rendaman rob akibat permukaan laut pasang, hingga faktor penurunan tanah atau ground subsidence.
Banjir melanda beberapa wilayah di Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi atau Jabodetabek. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menuturkan, cuaca yang ekstrem yakni curah hujan tinggi membuat debit air meningkat. Namun, penyebab banjir Jakarta bukan hanya karena faktor alam.
Terdapat beberapa faktor lain. Seperti besarnya limpahan air dari daerah hulu, berkurangnya waduk dan danau tempat penyimpanan air banjir, permasalahan menyempit dan mendangkalnya sungai akibat sedimentasi dan penuhnya sampah, rendaman rob akibat permukaan laut pasang, hingga faktor penurunan tanah atau ground subsidence.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Siapa saja yang terdampak oleh banjir? Dampak banjir sangat luas dan kompleks, melibatkan aspek kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Banjir sering kali menyebabkan penyakit yang disebarkan melalui air, seperti kolera dan leptospirosis, yang dapat menyebar dengan cepat di antara populasi yang terdampak. Dari sisi ekonomi, banjir dapat menghancurkan tanaman pangan, merusak infrastruktur, dan menghentikan aktivitas bisnis, mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan.
-
Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Pertanian, yang sangat bergantung pada kondisi cuaca, sering kali paling terdampak.
-
Di mana banjir bandang ini terjadi? Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi meminta bantuan dana Rp1,5 triliun untuk penanganan bencana alam banjir bandang di daerahnya.
-
Di mana banjir di Bandung terjadi pada Kamis (11/1) lalu? Banjir disebabkan hujan deras yang mengguyur Bandung pada Kamis (11/1) lalu. Hujan lebat yang melanda Bandung sepanjang Kamis (11/1) lalu menyebabkan bencana banjir hingga vira di media sosial.
"Ini meningkatkan risiko genangan air," jelas Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal melalui keterangan tertulisnya, Jumat (3/1).
Faktor-faktor tersebut tidak lepas dari perilaku hidup manusia. Terutama kerusakan lingkungan di daerah hulu dan luapan sampah di aliran sungai. Kendati begitu, Herizal mengakui faktor cuaca atau alam lebih dominan menyumbang banjir di Jakarta.
"Curah hujan ekstrem paling dominan sebagai penyebab banjir di Jakarta," jelas dia.
Tetap Waspada
BMKG juga mengimbau agar semua pihak dan masyarakat tetap waspada terhadap peluang curah hujan tinggi yang masih mungkin mengingat puncak musim hujan diprakirakan akan terjadi pada bulan Februari hingga Maret. Selain juga masih terdapat peluang fenomena gelombang atmosfer ekuator atau Madden-Julian Oscillation (MJO).
"Dan seruak dingin yang dapat terjadi sebagai variabilitas iklim di musim hujan kali ini," ucap dia.
BMKG mendefinisikan puncak musim hujan sebagai periode dimana akumulasi curah hujan mencapai jumlah tertinggi pada suatu dasarian untuk tiap zona musim.
Oleh karenanya, pemerintah dan masyarakat diharapkan terus meningkatkan kesadarannya terhadap lingkungan dan semua persoalan yang menjadi penyebab banjir Jakarta, dan secara umum terhadap risiko bencana terkait iklim dan cuaca (hidrometeorologi) di masa mendatang.
Reporter: Yopi Makdori
Sumber: Liputan6.com