Berkenalan dengan mesin pintar penjual tiket Commuterline
Mesin ini bisa memberikan uang kembalian, tapi tidak bisa menerima uang dalam kondisi rusak atau lusuh.
Pagi itu, Rabu (6/1), suasana di Stasiun Jakarta Kota belum terlalu ramai. Tidak terlihat antrean di loket pembelian Tiket Harian Berjamin (THB) atau di loket Kartu Multi Trip (KMT) yang ada di stasiun bergaya arsitektur kolonial Belanda tersebut.
Yusep, salah seorang teknisi Commuterline sibuk merapikan tujuh kotak merah berukuran 500 cm dengan tinggi 2 meter yang berbaris di tengah hall stasiun. Kotak itu bertuliskan Tiket KRL Commuterline atau dikenal Vending Machine. Pagi itu mesin-mesin tersebut belum bisa digunakan karena masih dalam penyesuaian teknisi.
-
Kenapa kereta kencana Kiai Garuda Yeksa dijuluki "kereta kencana"? Dilansir dari Kemdikbud.go.id, kereta itu mendapat julukan “kereta kencana” karena komponennya berlapis emas 18 karat.
-
Di mana banjir merendam rel kereta? "Mohon maaf atas keterlambatan perjalanan Commuter Line Rangkasbitung pada Sabtu (6/7) sore ini imbas jalur KA yang terendam banjir di KM 17+2/5 antara Stasiun Kebayoran - Stasiun Pondok Ranji," seperti dilihat di instagram story akun resmi instagram @commuterline Sabtu (6/7).
-
KPR Kilat BRI itu apa? Sebagai informasi, program KPR Kilat BRI adalah pembiayaan KPR BRI dengan jangka waktu pendek sampai dengan 5 tahun.
-
Mengapa kolaborasi antara tiket.com dan Kemenparekraf RI penting? CEO tiket.com, George Hendrata, menegaskan pentingnya kolaborasi ini dalam membaca dan memetakan tren pariwisata guna mendukung kebijakan yang lebih efektif.
-
Apa jenis kereta wisata yang ditawarkan oleh PT KAI? Jenis-jenis Kereta Wisata 2 jenis kereta wisata yang dioperasikan oleh PT KAI Pariwisata, yaitu: 1. Kereta Wisata Biasa Jenis kereta wisata ini tidak bisa bergerak sendiri dan harus disertakan dengan rangkaian kereta reguler sesuai rute yang dipilih penyewa. Kereta ini memiliki fasilitas seperti kamar tidur, ruang makan, ruang rapat, ruang hiburan, dan toilet. 2. Kereta Wisata Istimewa Jenis kereta wisata ini memiliki rangkaian sendiri, jadi tidak disertakan dengan rangkaian kereta reguler. Kereta ini memiliki fasilitas lebih mewah dan eksklusif seperti kamar mandi pribadi, jacuzzi, bar, karaoke, dan bioskop.
-
Kenapa Primus Yustisio sering naik KRL? Saat ditanya alasannya, istri Primus, Jihan Fahira mengatakan kalau suaminya sering memilih KRL untuk menghindari kemacetan.Apalagi, rumah mereka memang cuma berjarak 5 menit dari stasiun.KRL jadi moda transportasi yang lebih cocok untuk aktivitas Primus sehari-hari.
"Awalnya baru satu, terus nambah dua. Semalem datang lagi empat," kata Yusep saat berbincang dengan merdeka.com, kemarin.
Dua penumpang commuterline menghampiri Yusep. Secara bergantian mereka menanyakan fungsi dari kotak merah itu.
"Ini tuh nanti caranya gimana?" kata pria berjaket kulit hitam dengan ransel hitam yang hanya digantungkan di bahu sebelah kiri.
Yusep menjelaskan secara singkat. Pada intinya, mesin itu akan menggantikan peran petugas loket yang selama ini melayani calon penumpang untuk mendapatkan tiket commuterline. Calon penumpang lain kembali bertanya soal jenis uang yang bisa digunakan oleh mesin tersebut. Mesin ini bisa memberikan uang kembalian, tapi tidak bisa menerima uang dalam kondisi rusak atau lusuh.
"Dia bisa pakai pecahan di bawah Rp 20.000. Receh juga bisa. Pakai receh Rp 1.000 dan koin Rp 500 yang putih. Kalau yang kuning enggak bisa," jelas Yusep sambil memperagakan cara kerja sistem ini.
Mesin itu masih asing di hadapan penumpang kereta. Mereka harus meraba-raba untuk terbiasa menggunakannya. Tidak semua orang bisa dengan cepat beradaptasi dan mahir dalam penggunaan mesin itu. Meski praktis dan lebih modern, kehadiran mesin sebagai pengganti peran penjaga loket membuat masyarakat kehilangan sentuhan kehangatan manusia.
"Lebih praktis sih, tapi kasian petugas yang jaga loketnya. Nanti malah enggak ada kerjaan. Terus juga kan enggak enaknya enggak bisa tanya-tanya langsung sama petugas kalau mau ke mana gitu,” ungkap Amel, warga Cibubur yang hampir setiap hari menggunakan kereta.
Di stasiun Sudirman, terdapat dua buah mesin sama. Dari dua mesin itu hanya satu yang bisa dioperasikan. Pemandangan berbeda terlihat di stasiun ini. Secara bergantian, baik pria maupun wanita karir pengguna commuterline membiasakan diri memasukkan uang pecahan Rp 10.000 untuk ditukar dengan Tiket Harian Berjamin (THB).
Dipandu dua petugas, penumpang langsung mempraktikkan cara menggunakan mesin tersebut. Jika antrean sudah lebih dari lima orang, petugas PKD mengarahkan pengguna commuterline untuk berpindah ke loket biasa. Karena uang yang bisa digunakan mesin itu hanya pecahan di bawah Rp 20.000, petugas menerima jasa penukaran uang.
(mdk/noe)