Cerita pelanggan PSK di Kalijodo ditelanjangi karena tak mau bayar
Ada 445 pekerja seks komersial yang setiap malam beroperasi di Kalijodo.
Kalijodo, salah satu lokalisasi yang memiliki total kafe hingga 60 bangunan menjadi tempat 445 pekerja seks komersial (PSK) menggantungkan hidupnya. Menurut data Kecamatan Penjaringan, dari 445 PSK tersebut, 250 di antaranya tidak tetap dan hanya datang pada malam hari. Harga yang dipatok untuk kencan bersama PSK tersebut kisaran harga 70 hingga 200 ribu.
Kalijodo juga menjadi salah satu lokalisasi tertua di Jakarta. Berdiri sejak tahun 1960-an Kalijodo mempunyai banyak cerita mengejutkan. Salah satunya cerita preman Kalijodo menangani pelanggan yang tidak membayar PSK yang dikencaninya.
Salah satu cleaning service yang bekerja di salah satu kafe di Kalijodo mengatakan bahwa beberapa tahun lalu, pelanggan yang tidak membayar PSK di Kalijodo dipermalukan di muka umum dengan pulang tanpa busana.
"Dulu banget pernah ada yang ditelanjangin sama preman sini. Gara-gara enggak mau bayar," ujar salah seorang cleaning service yang enggan menyebutkan namanya kepada merdeka.com, Minggu (21/2).
Preman-preman anak buah Abdul Azis atau yang dikenal dengan Daeng Azis menggiring pelanggan tersebut keluar kafe dengan tanpa busana melewati Jalan Kepanduan II Kalijodo.
"Di sini dijaga keamanannya. Ada premannya. Yang macem-macem kalo yang enggak mau bayar dikasih pelajaran, biar enggak ada lagi yang kaya gitu. Makanya di sini aman sekarang," tambahnya.
Warga Kalijodo lainnya, Lela juga membenarkan bahwa keamanan Kalijodo terjaga kondusif. Daeng Azis, sang 'bos' bertanggung jawab memberikan keamanan kepada warga Kalijodo. Bawahan Daeng Azis lah yang turun langsung ke lapangan jika ada pertikaian di bawah. Namun terkait hal tersebut tidak ada nominal khusus yang harus diberikan terkait keamanan.
"Enggak, buat keamanan bos yang bayar. Yang pegang ini bos. Makanya di sini enggak boleh ada yang macam-macam. Kan dia yang jaga," ujar Lela di Kalijodo.