Gelandangan dan anak jalanan di Jakarta Utara meningkat
Sampai November 2012, 865 PMKS yang terjaring Dinas Sosial. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 600 orang
Suku Dinas Sosial Jakarta Utara menjaring 865 warga Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 600 orang.
Menurut Israk, kasie Pelayanan Rehabilitasi Sosial (Yanresos) Sudin Sosial Jakarta Utara, meningkatnya jumlah PMKS di Jakarta Utara lantaran banyak masyarakat terlantar terhimpit masalah ekonomi dan tidak mampu. Untuk menekan angka tersebut, pihaknya mempersilakan warga miskin yang tidak mampu mengurus keluarganya menitipkan pada mereka.
"Dulu masyarakat nggak tahu kalau bisa dikirim melalui kami, dan sekarang mereka sudah tahu melalui penjangkauan dari rumah sakit, kelurahan maupun kecamatan. Sehingga mereka mengirimkan keluarganya yang terlantar ke kami. Biasanya yang terlantar itu seperti cacat mental, orang tua (jompo) dan anak yang terlantar, serta sakit jiwa (psikotik)," kata Israk saat dihubungi wartawan, Jakarta, Kamis (29/11).
Israk menjelaskan, biasanya pihak keluarga mengirimkan anggota keluarganya ke panti karena menderita sakit jiwa (psikotik). Namun karena masalah ekonomi karena biaya perawatannya besar dan mengganggu lingkungan.
"Kami hanya menampung khusus keluarga yang tidak mampu. Biayanya gratis ditanggung pemerintah. Tapi untuk yang mampu kami tidak menampungnya," katanya.
Dia menambahkan, ratusan PMKS itu terjaring dalam operasi penjangkauan yang dilakukan rutin 3 kali setiap pekannya. PMKS yang berhasil ditertibkan, di antaranya psikotik, anak jalanan (anjal), jompo terlantar, pengemis, gelandangan, dan lain-lain.
"Dalam setiap bulannya kami rutin menggelar hingga 15 kali operasi penjangkauan. Bahkan, bisa lebih banyak lantaran adanya laporan dari masyarakat maupun rumah sakit yang ingin dikirimkan ke panti sosial," tandas Israk.