Ini 14 Wilayah DKI Jakarta yang Rawan Longsor, Terbanyak di Jaksel
Adapun ke-14 daerah tersebut tersebar di Jakarta Barat sebanyak satu wilayah, Jakarta Selatan sebanyak delapan wilayah, dan Jakarta Timur sebanyak lima wilayah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan 14 daerah di DKI Jakarta yang rawan terjadi longsor.
Adapun ke-14 daerah tersebut tersebar di Jakarta Barat sebanyak satu wilayah, Jakarta Selatan sebanyak delapan wilayah, dan Jakarta Timur sebanyak lima wilayah.
-
Mengapa tanah longsor terjadi? Selain itu, waspada juga jika halaman atau lantai pada rumah tiba-tiba ambles, adanya tanah yang runtuh dalam jumlah yang besar, serta munculnya mata air secara tiba-tiba.
-
Kapan tanah longsor terjadi di Banjar Dinas Ngis Kaler? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Mengapa terjadi longsor di Kampung Gintung? Longsor terjadi setelah hujan deras mengguyur lokasi tersebut dan membuat bukit setinggi 100 meter di daerah tersebut longsor dan menimpa permukiman warga.
-
Di mana saja bencana tanah longsor terjadi di Jawa Tengah? Cuaca ekstrem dalam beberapa hari belakangan membuat sejumlah daerah di Provinsi Jawa Tengah dilanda bencana longsor dan tanah bergerak. Salah satu bencana longsor itu terjadi di Desa Tundagan, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, pada Minggu (3/3) petang. Bencana longsor juga terjadi di Dukuh Secang, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen.
-
Kenapa Pantai Widodaren viral? Keberadaannya belum banyak yang tahu. Namun belakangan ini, pantai ini viral karena keindahannya.
-
Dimana tanah longsor terjadi di Kabupaten Karangasem? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
Secara rinci, berikut wilayah potensi longsor di Jakarta.
1. Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat dengan potensi gerakan tanah menengah.
2. Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, dengan potensi gerakan tanah menengah.
3. Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
4. Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
5. Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
6. Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
7. Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
8. Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
9. Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
10. Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, dengan potensi gerakan tanah menengah.
11. Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, dengan potensi gerakan tanah menengah.
12. Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, dengan potensi gerakan tanah menengah.
13. Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
14. Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji menjelaskan, potensi gerakan tanah menengah berarti dapat terjadi longsor jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah, sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.
"Potensi gerakan tanah tinggi artinya zona tersebut dapat terjadi longsor jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," kata Isnawa dalam keterangan resminya, Kamis (3/11).
Isnawa juga mengatakan bahwa mayoritas kejadian tanah longsor disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi pada lokasi yang berada di sekitar kali atau sungai.
Sebagai upaya mitigasi dan antisipasi, BPBD DKI mengimbau agar masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan kali atau sungai, untuk tidak membangun rumah di atas/bawah/bibir tebing, tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai, tidak menebang pohon di sekitar lereng, dan menghindari untuk pembuatan kolam atau sawah di atas lereng.
"BPBD DKI juga mendorong agar para stakeholders terkait untuk dapat menyusun strategi mitigasi secara struktural untuk mengurangi risiko bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu di masyarakat," kata Isnawa.
(mdk/ded)