Jakarta punya Pulau Seribu, proyek reklamasi dinilai tak manfaat
Pariwisata di Pulau Seribu dinilai bakal mati jika proyek reklamasi dilanjutkan.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, Robi Nurhadi menilai, reklamasi umumnya dilakukan oleh negara yang tidak memiliki lahan yang luas. Seperti Singapura yang memperluas wilayahnya dengan melakukan reklamasi.
"Reklamasi itu umumnya kan dibangun sama negara yang enggak punya lahan besar," kata Robi saat ditemui usai menjadi pembicara dalam diskusi publik bertajuk Kontroversi Reklamasi di PW NU, Utan Kayu, Jakarta Timur, Kamis (14/4).
Robi menambahkan, mega proyek reklamasi di teluk Jakarta dilakukan untuk menyelesaikan syahwat kelompok tertentu. Dia tidak mempermasalahkan soal reklamasi, sepanjang tidak ada pihak yang dirugikan.
"Silakan saja tapi jangan sampai ada yang dirugikan. Selalu atas nama pembangunan nelayan tidak pernah dilihat," ungkap Robi.
Robi menuturkan, Pemprov DKI sudah memiliki Pulau Seribu sebagai tempat pariwisata. Jadi untuk apa membangun pulau baru. Jika pulau baru itu selesai, dia menilai pariwisata di Pulau Seribu akan mati.
"Pulau seribu itu lagi bagus pariwisatanya. Kalau ada pulau besar, itu pariwisata di sana habis. Di sana juga ada nelayan yang menangkap ikan," tambah Robi.
Selain itu, dampak lain dari reklamasi yakni penurunan pendapatan nelayan. Reklamasi pun bisa menimbulkan banjir rob bagi pulau terdekatnya.