Kais pundi-pundi di Jakarta, pengemis ini tajir mendadak
Kais pundi-pundi di Jakarta, pengemis ini tajir mendadak. Banyak orang menyebut hidup di Jakarta itu keras. Mereka yang tak bisa bertahan dengan segala kondisi di ibu kota pasti akan kalah dengan keadaan. Anehnya, tetap saja Jakarta menjadi magnet tersendiri. Utamanya bagi mereka yang ingin mengais rezeki.
Banyak orang menyebut hidup di Jakarta itu keras. Mereka yang tak bisa bertahan dengan segala kondisi di ibu kota pasti akan kalah dengan keadaan.
Namun anehnya, tetap saja Jakarta menjadi magnet tersendiri. Utamanya bagi mereka yang ingin mengais rezeki.
Datang dari jauh daerah ditempuh demi mencari penghasilan di Jakarta. Tak peduli kerjaan apa yang nantinya akan dijalani, asalkan mengantongi uang meski recehan.
Buktinya, mereka-mereka ini. Datang ke Jakarta tak punya pikiran akan bekerja apa, hanya berbekal nyali dan berdoa agar kantong tetap berduit meski dari hasil mengemis.
Meski mengemis, jangan memandang mereka sebelah mata. Sebab mereka ini adalah pengemis yang berpenghasilan fantastis.
Saat digelar razia oleh Dinas Sosial DKI Jakarta dan digeledah, uang hasil mengemis yang ditemukan mencapai puluhan juta. Berikut cerita pengemis-pengemis tajir di Jakarta yang ditangkap saat razia Dinas Sosial:
-
Kenapa jalan raya di Bulan penting? Tanah merupakan risiko yang signifikan bagi misi bulan karena dapat mempengaruhi sistem kendaraan eksplorasi. Salah satu solusi untuk mengurangi masalah ini adalah pembangunan jalan dan landasan pendaratan di Bulan
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Siapa saja yang terlantar di jalanan Pekanbaru? Polisi mengamankan sebanyak 13 orang etnis Rohingya yang masuk wilayah Kota Pekanbaru, Riau. Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Apa sebenarnya petilasan yang berada di tengah jalan di Kampung Karamat? Sebuah gundukan besar menyerupai bukit berada di tengah jalan Kampung Karamat, Desa Cigintung, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Seperti terlihat di kanal YouTube Cahya to Chanel, Kamis (21/9), gundukan dengan pohon yang tinggi menjulang itu merupakan situs peninggalan dari seorang prajurit wanita di zaman Kerajaan Tembong Agung pada abad ke-8 silam.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Kenapa meme jalan rusak menghibur? Pada Selasa (9/07/2023), berbagai sumber berhasil menghimpun sederet meme jalan rusak yang menghibur namun juga membuat miris.
Muklis punya Rp 90 juta dari hasil ngemis 6 tahun
Dinas Sosial mengamankan pengemis bernama Muklis (64). Pria asal Sumatera Barat diamankan di bawah Flyover Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Saat digeledah, ditemukan uang Rp 90 juta. Uang itu dikumpulkan dari hasil mengemis selama 6 tahun.
"Dia menargetkan uang sebanyak Rp 150 juta jadi masih kurang 60 juta lagi untuk dibawa pulang," ujar Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan Mursidin. Demikian dikutip dari Antara, Rabu (12/10).
Uang tersebut dalam bentuk pecahan Rp 100 ribu mencapai Rp 80 juta, pecahan 50 ribu total Rp 10 juta dan pecahan Rp 20 ribu, dan uang receh kecil sebanyak Rp 250 ribu.
"Uangnya disimpan di celana yang banyak kantongnya. Celana yang dipakai dobel tiga. Ketiga celana mempunyai banyak kantong. Setiap kantong, terisi uang," tuturnya.
Saat ini, Muklis sudah dibawa ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1, Kedoya, Jakarta Barat. Setelah pembinaan selesai, uang itu akan dikembalikan pada Muklis.
Manfaatkan anaknya, Putri dapat Rp 5 juta per bulan dari ngemis
Punya ide memanfaatkan anaknya, Putri Handayani (45) berhasil mendapatkan simpati warga untuk mendapatkan penghasilan dari hasil mengemis. Hasilnya pun cukup fantastis, Putri mendapatkan uang sebanyak Rp 5 juta ditambah perhiasan emas seberat 30 gram.
Setelah lama beraksi, akhirnya Putri dan anaknya, Neneng (8), terjaring dalam razia yang digelar Suku Dinas Sosial Jakarta Timur. Ibu dan anak itu kedapatan mengemis di Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (9/7) kemarin. Mereka mengemis sejak awal bulan Ramadan.
"Ketika petugas lapangan kami mendapatinya mengemis, langsung kita jangkau dan dibawa ke Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 2 Cipayung, Jakarta Timur. Ibu dan anak itu mengaku kalau uang yang mereka kumpulkan, berasal dari mengemis," tandas Kepala Sudin Sosial Jakarta Timur Marjito dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, Jumat (10/7).
Marjito meyakini ibu dan anak itu memanfaatkan momen Ramadan dengan mengemis dan mendapatkan uang lebih banyak. Dengan mengajak Neneng, Putri bisa mendapatkan rasa iba dari pengguna jalan.
"Si ibu itu tentu saja secara tidak langsung memanfaatkan juga anaknya. Kan kasihan anaknya itu, panas-panasan, kena debu, dan kotor. Demi mengemis, ia perlakukan seperti itu anaknya," ujar Marjito.
Ngemis di Jakarta, kaked Edi kantongi Rp 11 juta
pria asal Kudus, Jawa Tengah, Edi Supriyadi. Kakek berusia 78 tahun ini rela jauh dari kampung halaman dan bekerja di Jakarta demi mencari uang yang lebih untuk menghidupi keluarganya.
Sadar tak memiliki kemampuan yang lebih, Edi pun tak masalah harus mengemis di sekitar Kecamatan Senen. Dari hasil mengemis setiap hari, Edi mendapat keuntungan fantastis.
"Setelah digeledah ada sejumlah uang tunai senilai Rp 11 juga di dalam tasnya," ujar Kasie Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Sudin Sosial Jakarta Pusat, Wanson Sinaga.
Dikutip dari situs resmi Pemprov DKI, Edi diamankan Selasa kemarin saat petugas melakukan razia rutin Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Setelah diamankan dan digeledah, petugas terkejut di dalam tas milik Edi yang ditaruh di gerobak berisi uang tunai Rp 11 juta.
"Makanya langsung kami naikkan ke atas mobil dan dilakukan penggeledahan tasnya," tambahnya.
Uang Edi terdiri dari pecahan Rp 100 ribu. Sedangkan uang pecahan Rp 50 ribu hanya ditemukan empat lembar. Petugas juga menemukan pisau dapur, selimut, alat penerangan dan air mineral dari dalam gerobak milik Edi Supriyadi tersebut.
"Gerobaknya juga berfungsi sebagai rumahnya. Karena kami menemukan sejumlah alat-alat rumah tangga," katanya.
Hebat, pengemis ini kantongi Rp 3 juta sepekan
Enot namanya. Perempuan berusia 71 tahun ini adalah pengemis asal Rengasdengklok, Jawa Barat. Sehari-hari, ia mengemis di wilayah Jakarta Selatan.
Untuk mengelabui petugas, ia memakai karung besar. Terkadang ia menjadi pemulung, jika tak ada petugas ia menjadi pengemis.
Penghasilan menjadi pengemis sangat fantastis. Pengemis jutawan ini dalam 10 hari mampu mengantongi uang Rp 3.500.000. Jumlah itu tentu sangat besar jika dibandingkan dengan para pekerja sektor formal biasa.
Upayanya mengais rezeki dengan cara mengemis akhirnya ketahuan juga saat petugas Sudin Dinas Sosial Jakarta Selatan pada Selasa (1/10) lalu melakukan razia. Ia terjaring saat sedang mengemis di Pasar Mampang.
"Dia hidup sendiri di Jakarta, tidur di mana saja. Yang penting cari uang," ucap Miftahul Huda, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, menceritakan kisah Enot, seperti dilansir dari situs resmi Pemprov DKI, Kamis (3/10).
Saat petugas menggeledah isi karung, uang jutaan milik Enot itu hanya tersimpan di antara tumpukan botol. "Saat mau diamankan karungnya Enot tidak mau melepaskan. Ternyata saat botol-botol dikeluarkan, ada uang yang jumlahnya jutaan tersimpan di sana," jelasnya.
Uang itu disimpan di dalam plastik hitam. Uang jutaan itu terdiri dari pecahan Rp 1.000-50.000.
Â
(mdk/lia)