Memoles Wajah Cikini
Di akhir 2019 ini, Gubernur Anies menargetkan proyek revitalisasi di Cikini rampung. Banyak pihak menanti wajah baru kawasan Cikini setelah direvitalisasi. Kenangan akan sejarah Cikini masa lalu sangat ditunggu-tunggu warga ibu kota.
Suara palu penghancur trotoar menderu bersahutan. Sejumlah pekerja berkumpul di sisi trotoar kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Sejak beberapa bulan terakhir, setiap hari mereka di sana. Mengerjakan perluasan pedestrian Cikini.
-
Dimana tempat wisata sejarah di Jakarta yang memiliki penjara bawah tanah? Menariknya, di bawah museum fatahilah ini terdapat berbagai penjara bawah tanah yang bisa kamu kunjungi dan dapat merasakan bagaimana di dalam penjara tersebut.
-
Apa yang menjadi tempat legendaris di Jakarta yang dulunya dikenal sebagai Zwembad Tjikini? Kolam renang Cikini yang berlokasi di kompleks perhotelan Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, menjadi salah satu tempat yang legendaris di ibu kota.
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Kenapa tempat wisata sejarah di Jakarta cocok untuk ngabuburit? Nah, untuk masyarakat Jakarta, momen ngabuburit menjadi aktivitas yang menarik untuk dilakukan dengan berpergian ke beberapa destinasi wisata. Di tengah gemerlapnya pusat kota Jakarta yang modern, terselip berbagai tempat wisata bersejarah yang menjadi saksi bisu perkembangan kota ini dari masa ke masa.
-
Di mana saja lokasi yang dikunjungi dalam acara Jelajah Histori? Tempat pertama yang akan dikunjungi adalah Museum Jenderal Ahmad Yani dan Museum Jenderal Besar AH Nasution.Setelah itu disambung acara diskusi di Kantor KLY, Jl RP Soeroso, Jakarta Pusat. Kegiatan akan berlanjut mengunjungi Museum Lubang Buaya dan Monumen Pancasila Sakti di Jakarta Timur.
-
Kapan acara Jelajah Histori diselenggarakan? Acara Digelar Sabtu 16 September 2023 Animo peserta cukup tinggi.
Kawasan Cikini memang sedang dipercantik. Konsep seni dan budaya akan dihadirkan di sini. Setiap orang melintas, akan dibawa ke suasana era kolonial.
Pakar sejarah, Asep Kambali, menceritakan secara singkat sejarah Cikini. Menurut pengetahuannya Cikini terdiri dari dua suku kata, yaitu Tji dan Kini. Tji artinya sungai, Kini adalah nama buah. Konon, buah Kini tumbuh subur di wilayah Menteng, Jakarta Pusat, dan Cikini adalah bagian dari Menteng.
Dia tidak mengetahui pasti kapan penamaan Jalan Cikini diresmikan. Hanya saja, kata dia, penamaan jalan umumnya didasari dari dominasi benda di tempat tersebut. Bisa juga diambil dari sebuah peristiwa.
Saat Hindia Belanda menetap di Menteng, segala pepohonan tumbuh subur di sana. Bahkan wilayah itu menjadi taman kota pertama pada masanya. Dari banyak pepohonan, disinyalir buah Kini tumbuh di jalan yang saat ini disebut Jalan Cikini.
"Kecenderungan nama diambil dari sesuatu yang dominan," kata Asep saat berbincang dengan merdeka.com, Senin 23 September 2019 di Ciganjur, Jakarta Selatan.
Asep menjelaskan, penataan wilayah Menteng memang dikelola dengan baik. Sebab, kendati sebagai taman kota pertama, wilayah Cikini justru sebagai pusat bisnis, dan hanya orang elit saja yang berbelanja di sana.
"Dia memang kawasan elit," kata dia.
Bangunan di kawasan Cikini juga tak kalah dengan sejarahnya. Salah satunya, kata dia, pabrik roti legendaris milik Tan Ek Tjoan. Pabrik ini mulanya merintis di Surya Kencana, Bogor pada 1921. Barulah Tan membuka toko di Cikini pada 1955.
Dulu toko di Cikini banyak dimiliki warga turunan Tionghoa. Saat itu, katanya, masyarakat turunan China berada pada kasta kedua. Kasta pertama adalah warga Eropa. Kedua adalah warga keturunan China dan Arab, sedangkan ketiga adalah pribumi.
"Sebelum Belanda datang ke sini lebih dulu China. Mereka (China) itu menjelajah. Mereka ada di kasta kedua," kata Asep.
Sebenarnya, Cikini dahulu tidak terlalu berbeda dengan saat ini. Di beberapa titik, bangunan bersejarah peninggalan Belanda masih kokoh berdiri. Pondasinya tak kalah kuat dengan gedung menjulang di sekitar.
Selain area pedestrian, kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) juga turut dipugar. Tidak cuma infrastruktur diperbaiki, penataan kabel menjuntai juga dihilangkan agar tak menghalangi pandangan.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, berharap revitalisasi menghidupkan kembali wajah Cikini masa lalu yang penuh sejarah. Salah satunya gedung Kantor Pos Cikini.
"Gedung kantor Pos Cikini yang sudah berdiri sejak zaman Belanda kini bisa kita kagumi kembali tanpa terhalang kabel. Pembersihan kabel udara ini adalah bagian dari upaya menghormati kembali ruas Cikini Raya sebagai koridor bersejarah," kata Anies seperti dilansir dari laman Instagram @aniesbaswedan, Kamis (22/8).â£
Di akhir 2019 ini, Anies menargetkan proyek rampung. Bukan hanya di kawasan TIM, revitalisasi akan berlanjut sampai kawasan Megaria, Cikini.
"Alhamdulillah masih sesuai jadwal, target selesai akhir tahun ini. Jadi yang kita revitalisasi bukan saja Taman Ismail Marzuki, tetapi seluruh koridor ini, dari Tugu Tani hingga Megaria. Jadi nantinya kawasan ini menjadi salah satu koridor untuk kegiatan seni budaya di Jakarta," kata Anies.
Ditambahkan Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, Hari Nugroho, sepanjang jalur sekitar Taman Ismail Marzuki (TIM), juga disiapkan medium untuk mural. Tema mural bisa berganti setiap tahun.
"Nanti di sepanjang jalur TIM akan dibuat mural di sepanjang trotoar, supaya nanti setiap tahun gonta ganti. Jadi Pak Gubernur minta konten kreasi TIM nanti bisa berekspresi di trotoar itu," jelasnya di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (20/9).
Hari mengatakan medium atau ruang mural yang disiapkan sepanjang 100 meter. Selain mural, medium itu bisa dimanfaatkan untuk membuat lukisan dan karya seni lainnya.
"Istilahnya akan membuat mereka berekspresi di sana," ujarnya.
Kawasan sekitar Stasiun Cikini ikut dirapikan. Sebab lokasi itu akan difungsikan sebagai spot budaya.
"Kita butuh ruang ketiga untuk dari orang turun dari stasiun nanti ada semacam spot budaya itu, itu akan menjadi ruang ketiga bagi mereka," jelasnya.
Banyak pihak menanti wajah baru kawasan Cikini setelah direvitalisasi. Kenangan akan sejarah Cikini masa lalu sangat ditunggu-tunggu warga ibu kota.
Terpisah, pakar sejarah, Asep Kambali, menjelaskan Cikini merupakan wilayah dilindungi sebagai cagar budaya, seperti termaktub dalam SK Gubernur nomor 475 tahun 1993. Dia berpesan proses revitalisasi sedianya harus mengedepankan pelestarian budaya.
"Kawasan Cikini, Menteng telah dilindungi sebagai kawasan cagar budaya, jadi pembangunan harus hati-hati," ujar Asep.
Baca juga:
Sejarah PKL di Jakarta, Dianggap Primitif Sampai Diusir Sejak 1918
Jembatan Kota Intan, sisa peninggalan Belanda di Batavia
Menengok sejarah berdirinya Masjid Luar Batang yang terlupakan
Ini alasan ada bangunan di Kota Tua bukan cagar budaya
Sejarah hitam Gang Buntu
Jakarta, kota berkembang dengan dua ribuan gang
Gang para pemadat dan pemburu syahwat di Batavia