Mengingat kembali proyek atasi banjir saat Jokowi jadi gubernur
Kemarin sosial media ramai menggunjing ucapan Joko Widodo yang pernah sebut macet dan banjir beres bila jadi Presiden.
Kemarin, sosial media ramai menggunjing ucapan Joko Widodo ketika menjadi gubernur DKI Jakarta. Ucapan itu dia sampaikan sekitar Maret tahun lalu.
Kala itu Jokowi mengatakan sejumlah masalah di daerah dapat cepat ditangani bila dipimpin seorang Presiden. Termasuk Jakarta yang memiliki penyakit akut macet dan banjir. Alasan Jokowi menyatakan karena seorang Presiden dapat memerintahkan pejabat di daerah.
Saat Jakarta kembali dilanda banjir kemarin, publik menagih janji Jokowi terkait ucapan sebelumnya. Sebagai Presiden, aksi-aksi Jokowi menyelesaikan banjir menahun dan macet di Jakarta sangat dinanti.
Jokowi yang baru pulang dari lawatan ke luar negeri sigap meminta bertemu Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, untuk membahasa kondisi ibu kota yang kelelep air. Hasil pertemuan itu, belum begitu kongkret. Ahok hanya meminta Jokowi peringatkan PLN agar tak mematikan aliran listrik pada alat-alat vital yang membantu proses penyedotan air.
Soal banjir, sebenarnya sejumlah proyek dan program pernah digagas Jokowi saat menjabat sebagai gubernur DKI. Berbagai proyek itu dirancang Jokowi di awal pemerintahannya.
Kala itu Jokowi dan rekannya Ahok berjanji mencarikan solusi terbaik untuk membereskan banjir yang setiap tahun terjadi di Jakarta. Berikut program penanganan banjir yang pernah digagas Jokowi saat jadi gubernur:
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Apa yang terjadi di Bukber Kabinet Jokowi? Bukber Kabinet Jokowi Tak Dihadiri Semua Menteri 01 & 03, Sri Mulyani: Sangat Terbatas
-
Kenapa sapi Presiden Jokowi di Blora mengamuk? Diketahui, sapi tersebut mengamuk saat warga berupaya menjatuhkannya untuk kemudian disembelih.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Normalisasi 13 sungai besar di Jakarta
Janji melakukan normalisasi sungai di Jakarta sudah digaungkan Jokowi beberapa saat setelah dirinya dilantik. Walaupun sebenarnya program ini sudah pernah digarap di masa pemerintah Gubernur Fauzi Bowo.
Tapi faktanya kini, baru beberapa yang sudah dinormalisasi, seperti Waduk Pluit, Waduk Tomang Barat, Waduk Ria Rio dan yang saat ini sedang dikerjakan Waduk Melati. Masih ada delapan waduk lagi yang butuh dinormalisasi karena mengalami sejumlah masalah seperti pendangkalan, yaitu Waduk Bojong, Waduk Sunter, Waduk Teluk Gong, Waduk Situ Lembang, Waduk Rawa Babon, Waduk Cengkareng, Waduk Grogol, Waduk Pegangsaan II, Waduk Bujana Tirta.
Dana miliran digelontorkan Pemprov DKI Jakarta setiap tahunnya. Untuk satu proyek normalisasi, biasanya mencapai miliaran dengan sifat pencarian multiyears. Tapi belum berjalan baik karena, mandeknya pembebasan lahan.
Sebenarnya, 13 sungai ini hanya sebagian kecil dari puluhan waduk yang dimiliki Jakarta. Lebih kurang ada 76 waduk yang ada di Jakarta dan butuh normalisasi.
Sumur resapan atau biopori
Bukan cuma menyiapkan kawasan penampungan air, salah satu solusi penanganan banjir yang pernah dimunculkan Jokowi adalah membuat sumur resapan. Proyek sumur resapan ini mulai sibuk digarap saat Jakarta dibuat lumpuh karena banjir tahun 2013.
Menurut Jokowi saat itu, Jakarta butuh 1.958 sumur resapan untuk mengantisipasi banjir. Fungsi dari sumur resapan ini menyimpan air dalam tanah.
Sebagian besar pembangunan sumur resapan akan dilakukan di 200 titik genangan air. Setiap sumur kedalamannya antara 60-200 meter.
Yang saat ini sudah dibangun di Taman Suropati, Jalan Rasuna Said, Jalan Kebon Sirih, Jalan Pramuka, Jalan Kembangan Utara, dan Jalan Balai Pustaka. Dia juga meminta pihak swasta menyediakan sumur resapan di dekat gedung perkantoran milik mereka.
Deep Tunnel (terowongan multifungsi)
Jokowi juga pernah bercita-cita membuat terowongan multifungsi (deep tunnel) sebagai solusi penanganan banjir. Biasanya, terowongan ini dirancang dengan tiga lapisan dalam terowongan dengan ukuran kurang lebih 40 meter sampai 60 meter dengan diameter 16 M.
Kala itu Jokowi begitu seriusnya. Dia sampai menyiapkan insinyur untuk membuat sketsa. Tapi sayang proyek hasil contekan dari Malaysia itu ditolak Kementerian Pekerjaan Umum. Saat itu menteri PU menilai proyek berharga fantastis ini tidak efisien menyerap debit air.
Tanggul Raksasa
Satu lagi solusi penanganan banjir yang pernah dipikirkan Jokowi yakni melanjutkan pembangunan tanggul raksasa atau giant sea wall di pantai utara Jakarta. Proyek ini pun pernah muncul di zaman Gubernur Fauzi Bowo.
Tapi sampai hari ini tak jelas realisasinya. Rencananya mulai dikerjakan tahun lalu, tapi sampai awal 2015 belum ada tanda-tanda dimulai. Padahal semua uji ilmiah sudah dilakukan.
Total panjang tanggul lebih kurang 30 kilometer dan difungsikan sebagai penahan air laut yang dapat masuk ke daratan sehingga air rob tidak lagi merendam Jakarta Utara. Proyek ini diperkirakan menghabiskan dana Rp 100 triliun. Nantinya tanggul bisa berusia 1.000 tahun.
Rekayasa hujan
Di awal tahun 2013 lalu, tepatnya beberapa bulan sesudah dilantik jadi gubernur, Jokowi mendapatkan kado yang tak diduga-duga. Jakarta dilanda banjir besar bahkan pusat kota lumpuh karena ketinggian air di jalan protokol mencapai 70 cm.
Saat itu Jokowi coba memikirkan beberapa cara. Salah satunya, membuat rekayasa hujan. Rekayasa tersebut dilakukan agar hujan tidak turun saat yang bersamaan dengan terjadinya rob. Saat itu Jokowi menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Tapi sayang tahun-tahun berikutnya, metode ini agaknya mulai ditinggalkan. Padahal, di awal penerapan dulu, teknologi ini dianggap cukup berhasil.