Pemprov DKI Tambah Alat Ukur Curah Hujan di 267 Kelurahan
Alat tersebut digunakan untuk mengantisipasi datangnya musim hujan.
Pemprov DKI Jakarta menambah alat ukur curah hujan dari semula hanya tersedia di 10 kelurahan menjadi 267 kelurahan di Ibu Kota. Alat tersebut digunakan untuk mengantisipasi datangnya musim hujan.
"Di setiap kelurahan ada alat ukur curah hujan sehingga kami bisa tahu persis kondisi hujan seperti apa, ini dalam rangka antisipasi karena pola hujan tidak lagi sama," kata Anies Baswedan saat memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan di Monas, Jakarta dilansir Antara, Rabu (13/10).
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Bagaimana cara Pemprov DKI Jakarta dalam mengatasi kemacetan? Pemprov DKI Jakarta melalui Dishub DKI Jakarta bersama Ditlantas Polda Metro Jaya tengah mengkaji pengaturan pembagian jam kerja.
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kapan musim hujan dimulai? Musim hujan telah tiba. Selain membawa kebahagiaan dan kesegaran, musim hujan juga membawa berbagai penyakit, salah satunya adalah flu.
-
Bagaimana cara Pemprov DKI Jakarta menindak tegas PPKS? Pemprov DKI Jakarta menindak tegas para PPKS tersebut dengan melakukan razia selama 9 Februari sampai 13 Maret 2023
Menurut dia, perubahan iklim membuat pola hujan saat ini tidak bisa diprediksi, bahkan turun dalam waktu singkat namun menghasilkan volume curah hujan yang tinggi dan mendorong terjadinya banjir.
Untuk itu, alat ukur curah hujan tersebut diharapkan menjadi acuan untuk antisipasi banjir saat hujan ekstrem.
Anies menambahkan kapasitas daya tampung air hujan di drainase yang ada di jalan perkampungan di Jakarta mencapai maksimal 50 milimeter per hari dan maksimal 100 milimeter per hari di jalan utama.
"Kapasitasnya 100 milimeter per hari. Kalau hujan merata sepanjang 24 jam maka sistem kami masih sanggup menampung," ucapnya.
Pengalaman pada Januari 2019, curah hujan saat itu mencapai 377 milimeter per hari atau 3,7 kali lipat lebih tinggi dari kapasitas drainase sehingga menimbulkan banjir.
Begitu juga pada Februari 2021, juga terjadi hujan ekstrem dengan curah hujan mencapai 250 milimeter per hari.
DKI Jakarta, lanjut dia, harus menghadapi tiga potensi saat musim puncak hujan yakni di wilayah pesisir dengan ancaman rob dan pada saat bersamaan terjadi hujan lebat.
Kemudian, limpahan air akibat tingginya curah hujan yang dibawa dari aliran 13 sungai melalui Ibu Kota dan hujan lebat di dalam kota.
Di pesisir utara Jakarta, lanjut dia, disiagakan tambahan pompa yang dapat digunakan apabila terjadi rob.
Selain itu, Pemprov DKI juga menggencarkan kegiatan mengatasi dampak musim hujan di antaranya gerebek lumpur di kali dan waduk sejak 24 Maret 2021 untuk wilayah Jakarta Timur, dan dilanjutkan di empat wilayah kota lainnya secara bertahap mulai September 2021 hingga Desember 2021.
Gerebek lumpur diadakan untuk mengangkat lumpur dan sampah di dalam sungai sehingga menambah kapasitas aliran air hujan.
Baca juga:
Tanpa Ada Intervensi, Emisi di Jakarta Pada 2050 Bisa Meningkat 400 Persen
Anies Sebut Perubahan Iklim Persulit Prediksi Titik Rawan Banjir di Jakarta
FEO Bakal Tinjau Pilihan Sirkuit Formula E di Jakarta
Kontingen DKI Jakarta Dikarantina di Hotel Grand Cempaka Sepulang dari PON Papua
Pemprov DKI Kebut Pembuatan Sumur Resapan