Polisi sudah rekayasa pendemo rusuh saat Ahok resmikan RPTRA
Seakan-akan Ahok lewat jalur yang ditunggu warga, padahal lewat jalan lain.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menghadiri peresmian Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) di, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (23/6) sore. Seolah tak diterima di lingkungan tersebut, peresmian tersebut ditutup dengan demo massa hingga berujung ricuh.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Awi Setiyono, mengungkapkan tak kaget dengan demo tersebut. Pihaknya ternyata sudah melakukan 'pengalihan warga' agar Ahok tak bentrok dengan para pendemo yang berkisar 200 orang itu.
"Sebelum peresmian, kami sudah memprediksi akan terjadinya penolakan dari massa anti-Ahok. Oleh karena itu, kami membuat plan A dan plan B untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk 'jalur evakuasi' untuk Ahok," kata Awi di Polda Metro Jaya, Kamis (23/6).
Adapun pengalihan itu, ungkap Awi, yakni seakan-akan Ahok lewat jalur yang ditunggu warga, padahal lewat jalan lain. Sehingga memang tak ada bentrok saat Ahok tiba maupun pergi.
"Nah bentrok ini sebenarnya terjadi setelah Ahok pergi sekitar pukul 17.00 WIB. Jadi massa engga puas karena mereka engga ketemu Ahok, sehingga melakukan demo dengan pelemparan batu. Tempat bentrok itu sendiri juga jaraknya 1 km dari tempat peresmian, jadi jauh," ungkapnya.
Akan kejadian tersebut, sekitar 500 personel kepolisian yang berjaga pun akhirnya melakukan pemukulan mundur massa yang tergabung dalam LSM yang mengaku sebagai FPI Jakarta Pusat dengan gas air mata. Sebab dua polisi mengalami luka di bagian pelipis mata akibat terkena timpukan batu para pendemo.
"Terpaksa mereka diberikan gas air mata karena sudah anarkis. Mereka mengaku sebagai FPI Jakarta Pusat, namun tak memiliki atributnya. Sepertinya hanya mengaku-ngaku saja," paparnya.
Kerusuhan tersebut, lanjut Awi, berhasil diredam sekitar pukul 17.30 WIB atau sebelum Azan Maghrib. Polisi pun menegaskan tak ada massa yang ditangkap.
"Belum ada yang diamankan, kalau diamankan takutnya massa lebih anarkis," tutupnya.