Pramono Tanya Ridwan Kamil soal Rencana Pindahkan Balai Kota: Ini Bagian dari Imajinasi atau Serius?
Pramono sempat menyindir rencana yang hampir sama pernah disampaikan Ridwan Kamil saat masih menjabat Gubernur Jawa Barat.
Calon Gubernur nomor urut 3, Pramono Anung mempertanyakan keseriusan Calon Gubernur nomor urut 1, Ridwan Kamil mengenai rencana pemindahan Balai Kota ke Jakarta Utara.
Pramono sempat menyindir rencana yang hampir sama pernah disampaikan Ridwan Kamil saat masih menjabat Gubernur Jawa Barat.
“Sebagai Gubernur Jawa Barat akan pindahkan pusat pemerintahan dari Gedung Sate ke Tegalluar. Tapi tidak jadi. Sekarang ingin pindahkan balai kota dari Jakpus ke Jakut. Apakah serius dipindahkan? Apakah ini bagian dari imajinasi?” tanya Pramono dalam debat ketiga Pilkada DKI Jakarta bertema ‘Lingkungan Perkotaan dan Perubahan Iklim’ di Ballroom Hotel Sultan, Minggu (17/11).
Menjawab pertanyaan itu, Ridwan Kamil menjawab diplomatis. Menurutnya, semua yan diwacanakan adalah bagian dari upaya menata ruang.
“Di Jabar, Bandung sudah jadi kota wisata, kemacetan di mana-mana. Itu tidak cocok jadi pusat pemerintahan. Jakarta juga sama,” ujar Ridwan Kamil.
Terkait imajinasi, Ridwan Kamil menyebut bahwa IKN bagian dari imajinasi yang akhirnya direalisasikan.
“Kebetulan saya kurator, Pak Jokowi luar biasa gagasan dan realitanya terjadi. Jakarta kalau mau kurangi macet, mari benerin tata ruang. Salah satunya pusat kantor pemerintahan kurangi. Tentu harus didiskusikan. Kenapa Jakut, aksesnya bagus,” jelas mantan Gubernur Jabar ini.
Menanggapi itu, Pramono tak mau kalah dari Ridwan Kami. Pramono menyebut memiliki peran besar dalam proses awal IKN.
“Untuk urusan IKN, saya lebih terlibat dari kang Emil. Dari survei lapangan, saya terlibat. Betul di ujung pembangunan kurasi oleh pak Ridwan Kamil,” kata Pramono.
Dia kembali bertanya pada Ridwan Kamil, setelah Jakarta tak lagi jadi ibu kota, apakah masih perlu memindahkan balai kota karena banyak gedung pemerintahan pusat yang akan ditinggalkan.
Ridwan Kamil kembali menjawab bahwa upaya itu tetap diperlukan. Alasannya untuk mengurangi beban Jakarta.
“Beban pergerakan ke pusat besar. Perlu pengurangan beban. Daerah Sudirman Thamrin bisa lebih leluasa dan luang lalu lintasnya,” tutupnya.