Rentetan teror ke GO-JEK yang kian mengerikan
Di balik antusiasnya sambutan masyarakat ada cerita-cerita pilu yang menimpa GO-JEK
Kehadiran transportasi ojek online yakni GO-JEK di Jakarta memberikan kemudahan masyarakat untuk melewati hiruk-pikuk kemacetan di ibu kota. Adapun kemudahan yang diberikan seperti tarif murah dan menyediakan berbagai jasa yang dapat langsung dipesan melalui telepon pintar anda.
Selain jasa mengantarkan penumpang, ada juga tawaran jasa pesan antar barang makanan dan pelayanan perawatan kecantikan serta kebersihan.Berbagai tawaran tersebut membuat GO-JEK makin digemari pecintanya.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
-
Kapan GKJ Baki diresmikan sebagai gereja? Gereja Kristen Jawa (GKJ) Baki, memang baru diresmikan sebagai gereja pada tanggal 9 April 1963.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Kapan Ganjar Pranowo berencana menerapkan KTP Sakti? Oleh karena itu, saat terpilih menjadi Presiden Ganjar langsung menerapkan KTP Sakti ini.“Sebenarnya awal dari KTP elektronik dibuat. Maka tugas kita dan saya mengkonsolidasikan agar rakyat jauh lebih mudah menggunakan identitas tunggalnya,” tutup Ganjar.
-
Siapa yang membongkar jalur kereta api Jogja-Bantul? Pada tahun 1943, pekerja Romusha Jepang membongkar jalur kereta api untuk segmen Palbapang-Sewugalur untuk pembangunan jalur kereta api di tempat lain dan mengubah jalur Yogyakarta-Palbapang dari lebar sepur 1.435 mm menjadi 1.067 mm.
-
Sejak kapan Soto Podjok Kediri eksis? Terdapat tempat nyoto legendaris di Kota Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, warung ini sudah eksis sejak 1926 silam.
Namun, di balik antusiasnya sambutan masyarakat ada cerita-cerita pilu yang menimpa GO-JEK.Awalnya, para pemudi GO-JEK kerap kali mendapatkan teror-teror dari beberapa kalangan yang tak menghendaki keberadaannya. Seperti dilarang melewati kawasan tertentu, diancam hingga dirampok.
Lambat laun, teror berlanjut dengan adanya penembakan oleh pengendara motor tak dikenal di kantor pelatihan GO-JEK yang terletak di daerah Kemang Selatan Nomor 8, RT 07 RW 02, Kelurahan Bangka, Minggu, (1/11), sekitar pukul 10.30.
Berikut beberapa cerita teror yang menimpa GO-JEK:
Usai antar pelanggan, pengemudi Go-Jek dirampok di Bekasi
Nasib apes menimpa seorang pengemudi Go-Jek, Nuryasin. Pria berusia 32 tahun ini menjadi korban perampasan di sekitar kantor Wali Kota Bekasi, Jalan Juanda, Kota Bekasi, dini hari tadi.
Kasubag Humas Polresta Bekasi Kota, AKP Siswo mengatakan, peristiwa itu bermula ketika korban usai mengantarkan pelanggannya ke Stasiun Bekasi dari Perumahan Harapan Indah.
Korban yang hendak pulang ke Rawalumbu, berhenti di lokasi kejadian sekitar pukul 02.00 WIB, karena telepon selularnya berdering.
"Tiba-tiba dipepet oleh dua orang tak dikenal menggunakan sepeda motor," kata Siswo di Bekasi, Selasa (18/8).
Pelaku itu, kata dia, lalu mengalungkan sebilah celurit ke leher korban. Karena merasa terancam, korban kemudian memberikan satu unit ponsel yang bisa dipakai untuk mencari penumpang.
"Pelaku melarikan diri ke arah Kranji, sebelum kabur, mereka membuang kunci sepeda motor korban di saluran air," kata Siswo.
Siswo menambahkan, dalam kasus itu Nuryasin merupakan korban perampasan, bukan korban perampokan. Sebab, pelaku memberikan hartanya, lagi pula korban tak dilukai.
"Kami masih melakukan penyelidikan, sejumlah saksi sudah dimintai keterangan dalam kasus tersebut," ujarnya.
Kesal ulah ojek pangkalan, penghuni Kalibata City bikin petisi
Kelakuan ojek pangkalan yang menolak GO-JEK dan GrabBike ternyata tidak sepenuhnya mendapat dukungan, penghuni Apartemen Kalibata City ini malah mengusung petisi agar kedua aplikasi ojek tersebut dapat beroperasi tanpa mendapat teror.
Petisi ini diunggah dalam situs change.org. Penghuni yang merahasiakan namanya dengan inisial DD P Jakarta meminta GO-JEK dan sejenisnya bisa diizinkan masuk ke dalam lingkungan apartemen. Tak hanya terhadap pengemudi aplikasi ojek, ancaman serupa juga ditujukan bagi konsumen yang menyusul para driver.
"Saat ini di sekeliling Kalibata City dapat ditemukan poster-poster penolakan terhadap GO-JEK dan GrabBike dari Persatuan Ojek Kalibata City. Poster-poster ini dapat ditemukan di hampir di setiap akses masuk motor ke lingkungan Kalibata City. Tidak hanya sekedar aksi penolakan, tindakan teror verbal (pengusiran) maupun fisik (pemukulan) pernah dialami oleh pengendara GO-JEK dan GrabBike yang hendak masuk ke ke dalam lingkungan apartemen. Lebih meresahkan lagi, penghuni apartemen yang terlihat menghampiri pengendara GO-JEK atau GrabBike ke luar apartemen karena larangan masuk tersebut juga kadang diteror oleh oknum-oknum ojek yang tidak bertanggung jawab," demikian ditulis DD P dalam situs petisi change.org, Senin (10/8).
Menurutnya, tindakan premanisme yang dilakukan ojek pangkalan tersebut sudah sangat meresahkan. Dia juga meminta agar pengelola memberikan perlindungan bagi penghuni.
"Penghuni Apartemen Kalibata City merasa sangat resah dengan kondisi ini. Apartemen yang seharusnya menjadi lingkungan tempat tinggal yang aman dan nyaman kini terganggu dengan adanya teror dari pihak luar yang mengatasnamakan persatuan ojek. Akses terhadap layanan transportasi yang layak, jasa layanan barang (kurir), dan layanan antar makanan seperti yang ditawarkan oleh GO-JEK dan GrabBike adalah hak dari penghuni apartemen yang harus dilindungi. Larangan masuk terhadap GO-JEK, GrabBike, atau moda transportasi terkait ke dalam lingkungan apartemen oleh pihak eksternal yang disertai dengan ancaman tidak seharusnya dibiarkan terjadi. Tindakan teror adalah manifestasi dari budaya premanisme yang apabila dibiarkan akan semakin merebak. Pengelola Apartemen Kalibata City dan pemangku kepentingan terkait diharapkan turun tangan untuk mengatasi masalah ini."
"Polemik yang dialami oleh Penghuni Kalibata City adalah contoh dari bagaimana hak penghuni tempat tinggal atas akses transportasi publik yang layak dan jasa layan antar dibatasi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Sebagai orang Indonesia yang menjunjung tinggi keadilan, mari suarakan petisi ini!"
Ojek pangkalan: GO-JEK masuk Kalibata City langsung diseret keluar!
Kisruh yang terjadi antara GO-JEK dengan ojek pangkalan berbuntut panjang dengan pelarangan bagi pengendara GO-JEK mengambil penumpang di Apartemen Kalibata City, Jalan Kalibata Raya Nomor 1, Rawa Jati, Pancoran, Jakarta Selatan. Secara terbuka, pihak ojek pangkalan melarang pengemudi GO-JEK memasuki apartemen seluas 12,5 hektar itu.
Para pengendara ojek pangkalan yang berada di apartemen Kalibata City bahkan sepakat menolak usaha milik Nadiem Makarim itu beroperasi di sana. Di salah satu sudut bahkan mereka memasang spanduk berisi pelarangan ojek online seperti GO-JEK dan GrabeBike.
"GO-Jek enggak boleh masuk, kita di sini sudah merintis dari awal, mereka seenaknya ambil penumpang tanpa izin," kata ojek pangkalan Soles (53) saat ditemui di pangkalannya di pintu masuk apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan pada Senin (10/8).
Dia menuturkan, apabila ada GO-JEK mengambil penumpang akan dilarang secara halus dengan memerintahkan menjauhi lokasi tersebut. Namun, jika GO-JEK memaksa masuk, para ojek pangkalan tak segan menyeret sopir GO-JEK itu keluar.
"Paling kita teriakin, tapi kalau ada yang ngeyel, langsung diseret keluar. Mereka (GO-JEK) terkadang diam-diam masuk, yang pasti kita tak akan main tangan kalau mereka tak memaksa," ujar lelaki yang berdomisili di Kalibata itu.
Kebijakan pelarangan GO-JEK memasuki apartemen ternyata direstui oleh pihak pengelola apartemen Kalibata City. Dia mengaku sempat bertemu pengelola untuk menuntaskan perselisihan itu.
Pihak pengelola, kata dia, meminta sopir ojek pangkalan tak melakukan kekerasan untuk mengusir GO-JEK dari apartemen milik perusahaan grup Agung Podomoro tersebut.
Ke depan, dengan pihak pengelola apartemen, dibuktikan dengan kepemilikan kartu khusus ojek apartemen Kalibata yang dikeluarkan pihak pengelola Kalibata City.
"Jadi semua tukang ojek di sini sudah terdata, kalau ada apa-apa pengelola tahu," katanya.
Kantor Gojek Ditembak Dua Pengendara Sepeda Motor
Sebelumnya, teror banyak dialami para pengemudi GO-JEK karena tidak disenangi beberapa pihak lain karena dianggap mengambil penumpang ojek konvensional. Kini, teror berlanjut dengan adanya penembakan di kantor pelatihan GO-JEK di daerah Kemang Selatan Nomor 8, RT 07 RW 02, Kelurahan Bangka, Minggu, (1/11).
Peristiwa penembakan tersebut diduga sebagai ancaman kepada perusahaan GOJEK. Dalam penyelidikan, polisi menemukan adanya peluru diduga dari senjata rakitan.
Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti menuturkan, pihaknya mengetahui bahwa itu merupakan peluru dari senapan rakitan lantaran bentuknya seperti ujung obeng.
"Peluru rakitan dari senjata rakitan kepala pelurunya tidak mengindikasikan peluru tajam karena kepala pelurunya mirip kepala obeng," kata Krishna ketika meninjau lokasi penembakan di Jl. Kemang Selatan 8 No. 56 Rt. 07/02 Kelurahan Bangka, Minggu, Jakarta (1/11).
Dirinya mengatakan, peluru itu terpental setelah menghantam kaca. Ini menunjukkan peluru itu tidak punya daya tekan kuat untuk menghantam kaca.
Seperti diketahui, kantor GO-JEK ditembak orang tak dikenal. Kejadian sekitar pukul 10.35 WIB.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes M. Iqbal menuturkan, dari keterangan pihak keamanan kantor GO-JEK Agus Rukmana, sebelum kejadian ada dua orang tak dikenal menggunakan sepeda Motor berwarna putih hijau melintas dari arah Antasari menuju ke arah Kemang Raya. Dua orang itu berhenti dan melihat keadaan sekitar.
Penumpang motor menggunakan jaket Adidas bertuliskan salah satu klub sepakbola Spanyol, Real Madrid. Sedangkan pengemudi menggunakan jaket berwarna orange dan memakai helm putih.
Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan lebih lanjut dan mengamankan tempat kejadian perkara. Pelaku diketahui menggunakan motor Honda Beat Putih. Hingga kini pihak kepolisian masih menggali informasi lebih dalam terkait kasus tersebut.