Tragis, anak nelayan di Marunda ini mengalami gizi buruk
"Ke Puskesmas pakai kartu jaminan kesehatan, dokter bilang Fikri gak ada penyakit hanya kurang makan aja," ujar sang Ibu
Ade Fitria (10) tidak seperti anak se-usianya yang terlihat seria dan senang bermain. Meski berusia 10 tahun, berat badannya hanya berada mencapai 15 kg, belum lagi dirinya harus menahan rasa sakit di kakinya.
Fitria merupakan anak kedua dari pasangan Sukri (41) dan Tariyah (32). Tubuh yang kurus itu lantaran Ade hanya bisa makan seadanya saja. Penghasilan sang bapak hanya sebesar Rp 90 ribu setiap pekan.
Cuaca buruk seperti akhir-akhir ini, membuat pendapatan Sukri juga nihil karena tak bisa melaut. Bahkan tak jarang mereka menahan rasa lapar selama berhari-hari.
Sukri dan anak istrinya tinggal di rumah semi permanen ukuran 3x4 yang berdinding dari bambu dan triplek serta berlantaikan tanah di Rt 05/ Rw 07, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Warga sekitar sering menyebutnya kawasan Marunda Kongsi.
Pasangan Sukri dan Tariyah hidup sederhana sejak mereka menikah pada tahun 2000. Keduanya ingin sekali mencukupi kebutuhan makanan dan gizi ketiga anaknya, yakni Sutisna (14), Fitri, dan Sri Mulyani (4). Namun, karena kekurangan materi dan pendidikan dari kedua pasangan tersebut, mereka terpaksa harus menjalani hidup dalam kondisi serba terbatas.
Selama ini Tariyah hanya dapat membeli beras untuk rakyat miskin (raskin) sebanyak 25 kg. Beras itu dibelinya seharga Rp 30.000. "Tadi pagi saja Fitri sama adiknya Yani makan mi rebus dibagi berdua," kata Tariyah, Jumat (7/2).
Tariyah mengatakan, berat badan Fitri memang sudah tidak bertambah sejak usia 5 tahun.
"Saya sempat bawa dia ke Puskesmas pake kartu jaminan kesehatan, dokter bilang Fikri gak ada penyakit hanya kurang makan aja," tandasnya.
Namun usaha sang Ibu nyatanya terbentur dengan biaya dan dirinya berpikir seribu kali untuk membawa anak tercinta ke rumah sakit.
"Saya mau bawa ke rumah sakit tapi untuk makan aja susah," keluhnya.
Di sekolahnya, SD Negeri 02 Marunda Jakarta Utara, Fitri yang mengaku menyukai pelajaran bahasa Indonesia tersebut tergolong murid dengan kemampuan biasa saja. Ia sempat tidak naik kelas karena prestasinya sempat menurun. Hal itu disebabkan dirinya tidak bisa belajar dengan tenang saat di rumah karena rasa sakit dan ngilu di kakinya.
Tariyah hanya bisa berharap agar cuaca buruk di perairan Jakarta dan wilayah lain bisa berakhir sehingga suaminya bisa melaut kembali. Ia pun berdoa agar penghasilan suaminya cukup untuk membeli makanan bergizi bagi ketiga anaknya tersebut. Besar harapan Tariyah melihat putra-putrinya tamat sekolah di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tidak seperti dirinya dan suaminya yang hanya tamat SD dan SMP.
Secara terpisah, Camat Cilincing Supriyono mengatakan sudah meninjau ke rumah korban. Untuk penanganan awal, menurutnya, sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh puskesmas.
"Untuk kesehatannya sudah ditangani oleh puskesmas. Sedangkan kelanjutan asupan gizinya kita akan koordinasikan dengan Suku Dinas Sosial dan Kesehatan," pungkas Supriyono.