Arti Tawadhu dalam Islam Beserta Manfaatnya untuk Kehidupan Sehari-Hari
Setiap umat muslim selalu dianjurkan untuk memiliki sifat tawadhu saat menjalani kehidupan sehari-hari. Tawadhu merupakan sikap batin yang harus senantiasa diwujudkan secara proporsional dan wajar.
Setiap umat muslim selalu dianjurkan untuk memiliki sifat tawadhu saat menjalani kehidupan sehari-hari. Tawadhu merupakan sikap batin yang harus senantiasa diwujudkan secara proporsional dan wajar. Memiliki perilaku tawadhu atau rendah hati merupakan salah satu cerminan seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT.
Mengutip dari NU Online, tawadhu adalah perilaku manusia yang memiliki watak rendah hati, tidak sombong, atau merendahkan diri agar tidak terlihat sombong. Tawadhu bukan hanya sekadar tata kerama belaka, namun perilaku ini memiliki makna yang jauh lebih dahulu dari sopan santun, yaitu sikap batin yang menjelma dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana.
Seseorang yang memiliki tata krama belum tentu memiliki sikap tawadhu, sebab ke-tawadhu-an sulit diukur. Tawadhu hanya bisa dilihat dalam praktik lahiriah yang dilakukan dengan terukur dan wajar. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Ibnu Athaillah, yang artinya:
Advertisement
"Orang yang tawadhu itu bukan ia yang ketika merendah menganggap dirinya lebih tinggi dari yang dilakukannya. Namun, orang yang tawadhu itu ia yang ketika merendah menganggap dirinya lebih rendah dari yang dilakukannya."
Tawadhu merupakan salah satu akhlak baik yang harus senantiasa dilakukan oleh umat islam. Adapun nama lain dari tawadhu ialah sikap rendah hati, namun bukan berarti rendah diri. Tawadhu dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang percaya diri, optimis, berani, serta tidak merasa diri kita lebih baik dari orang lain sekalipun memiliki banyak kelebihan.
Secara etimologi, kata tawadhu berasal dari kata wadh‟a yang berarti merendahkan, serta juga berasal dari kata “ittadha‟a” dengan arti merendahkan diri. Di samping itu, kata tawadhu juga diartikan dengan rendah terhadap sesuatu. Sedangkan secara istilah, tawadhu adalah menampakan kerendahan hati kepada sesuatu yang diagungkan.
Sementara menurut Imam Al Ghozali dalam Ihya Ulumudin jilid III, Terjemahan Muh Zuhri: CV. As-Syifa (1995), menyebutkan bahwa tawadhu adalah mengeluarkan kedudukan kita dan menganggap orang lain lebih utama daripada kita.
Secara harfiah, pengertian tawadhu adalah rendah hati, tanpa merasa hinda dan rendah diri. Orang yang tawadhu adalah orang yang tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, meskipun dia memiliki kelebihan dibanding orang lain. Rendah hati tentu sangat berbeda dengan rendah diri atau minder. Sebab itu, umat Muslim juga tidak boleh terlalu tawadhu, karena hal ini bisa membuat orang lain menjadi sombong terhadapnya. Tawadhu yang berlebihan bisa membuat seseorang terjebak menjadi rendah diri, Islam memerintahkan berendah hati tapi melarang kita berendah diri.
Sikap tawadhu atau rendah hati selalu dianjurkan untuk dimiliki setiap muslim. Seseorang yang senantiasa menjalankan perilaku ini secara lahir batin, akan diangkat drajatnya oleh Allah SWT. Pasalnya, sikap tawadhu juga menjadi salah satu bukti keimanan yang ditujukkan kepada-Nya. Hal ini sebagaimana yang di terangkan dalam salah satu surah Alquran berikut ini, yang artinya:
"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. al-Furqon ayat 63)
Tawadhu merupakan salah satu sikap yang terpuji di mata Allah SWT. Seseorang yang senantiasa menjalankan perilaku ini dalam kehidupan sehari-hari dianggap sebagai mukmin sejati. Sebaliknya, seseorang yang bersikap takabur atau merasa dirinya lebih baik dari orang lain, diancam tidak akan masuk surga, sampai dirinya benar-benar bertobat.
Sikap tawadhu memang sulit untuk diukur, sebab akhlak ini berada di kedalaman batin seseorang yang menjelma menjadi perilaku kehidupan sehari-hari. Mengutip dari NU Online, menurut Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Muawanah wal Mudhaharah wal Muwazarah tanda-tanda orang yang memiliki sifat tawadhu ialah sebagai berikut:
1. Seseorang yang memiliki sikap tawadhu ialah mereka yang lebih senang tidak dikenal daripada menjadi orang terkenal
2. Bersedia menerima kebenaran dari siapapun, baik dari kalangan orang terpandang maupun dari kalangan orang yang rendah kedudukannya
3. Mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan duduk bersama mereka
4. Selalu bersedia untuk mementingkan kepentingan orang lain dan senang ketika dimintai pertolongan
Takabur atau menyombongkan diri merupakan salah satu sifat yang paling dibenci oleh Allah. Seseorang yang berperilaku sombong diancam akan dimasukkan ke neraka, sampai dirinya bertobat. Oleh karena itu, salah satu manfaat bersikap tawadhu adalah menghindarkan diri dari sikap takabur.
Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Al-Kharaithi, imam Al-Hasan bin Sufyan, Ibnu La’al, dan imam Ad-Dailami dari sahabat Anas bin Malik r.a, berikut ini:
"Tidak ada manusia kecuali di kepalanya ada dua rantai, rantai di langit ke tujuh dan rantai di bumi ke tujuh, jika ia tawadhu’ maka Allah akan mengangkatnya dengan rantai ke langit ke tujuh, dan jika ia sombong maka Allah akan merendahkannya dengan rantai ke bumi ke tujuh."
2. Mengangkat Derajat
Tawadhu merupakan akhlak terpuji yang sangat dicintai oleh Allah. Selain itu, setiap muslim yang memiliki sikap tawadhu maka drajatnya akan diangkat oleh Allah SWT. Sedangkan, orang yang mempunyai sifat sombong akan dihinakan oleh Allah. Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini, yang artinya:
"Tidaklah seorang bertawadhu yang ditunjukkan semata-mata karena Allah SWT, melainkan Allah Azza wa Jalla akan mengangkat derajatnya." (HR Imam Muslim)
3. Terhindar dari Perilaku Aniaya
Dengan sikap tawadhu, orang Islam tidak akan menjadi sombong dan berlaku tidak adil dengan orang lain. Diriwayatkan dalam hadits Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu, sehingga kalian tidak merasa bangga diri lagi sombong terhadap orang lain dan tidak pula berlaku aniaya terhadap orang lain."
Bentuk-Bentuk Tawadhu
1. Tawadhu Kepada Allah SWT
Pada bentuk sikap tawadhu kepada Allah SWT dapat dilihat dari ciri-ciri di antaranya, merasa rendah dalam taat (ibadah) tidak ingin di puji, tidak mendongakkan kepalanya, atau berikap takabur. Salah satu contoh perbuatan yang menunjukan sikap tawadhu adalah perbuatan Rasulullah, di mana beliau ketika hendak melakukan ibadah sholat, beliau mengganti kain barunya dengan kain yang usang. Rasulullah melakukan demikian agar terhindar dari gangguan syaitan, takabur dan sikap bangga diri.
2. Tawadhu Kepada Agama
Tawadhu terhadap agama diantaranya selalu mengamalkan apa yang menjadi dasar agama Islam yakni al-Qur’an dan al-Hadits, seperti tidak pernah melanggar aturan atau syari’at, selalu mematuhi perintah (menjalankan syari’at) contohnya tidak dibolehkan memiliki sikap takabur, sebagaimana yang disabdahkan oleh Rasulullah:
“Makan dan minumlah kalian semua. Berpakaian serta bersedekalah kalian semua, pada tingkah laku yang tidak berlebih-lebihan dan tidak pula pada kesombongan“
3. Tawadhu Kepada Rasulullah SAW
Tawadhu pada Rasululla SAW dapat dilihat dari ciri-ciri yakni menjadikan beliau sebagai suri tauladan, mengedepankan petunjuk yang diberikan oleh rasul, dan perlu di ingat rasulullah tidak suka ketika diperlakukan istimewah (cukup tindakan atau akhlak baiknya yang di contoh).
4. Tawadhu terhadap Sesama
Tawadhu terhadap sesama yakni selalu menerima nasehat atau saran, saling menghargai, menghormati, tidak berburuk sangkah, saling mengunjungi atau menjenguk. Satu contoh perbuatan yang menunjukan prilaku saling menghargai atau mengormati yakni sahabat Abdurrahman bin Auf, ia tidak mau memperkenalkan dirinya kepada budak-budaknya karna ia tidak ingin membeda-bedakan dari mereka pada bentuk lahiriahnya.
Contoh Perilaku Tawadhu
Berikut contoh seseorang yang menampakan sikap tawadhu, antara lain sebagai berikut.
1. Seseorang yang mempersilahkan duduk untuk orang alim terlebih dahulu.
2. Seseorang kita bertemu dengan sesama muslim selalu menampakan wajah yang berseri-seri, bertutur kata dengan lemah lembut dan tidak menganggap dirinya lebih baik dari orang lain.
3. Seseorang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, tetapi tidak segan untuk mengunjungi orang-orang yang menjadi bawahannya.
4. Seseorang yang mau duduk, berdiskusi, dan berjalan bersama dengan orang-orang miskin atau orang-orang cacat.
5. Seorang siswa yang selalu berprestasi tidak merasa sombong bergaul dengan siapa saja.