Cerita di Balik Relokasi Kopi Joss Malioboro
Warung-warung angkringan yang dulunya berjualan di sepanjang Jalan Wongsodirjan dipindahkan ke Slasar Malioboro. Pada pukul 01.00 dini hari, tanggal 7 April 2021, para pedagang mulai membongkar warungnya untuk pindah ke lokasi yang baru.
Malam itu, Sabtu (4/9), suasana Slasar Malioboro begitu ramai. Di tengah keramaian itulah Merdeka.com menemui Yatini (60). Sudah sejak tahun 2015 Yatini menjadi Ketua Paguyuban Kopi Joss Jogja. Ia mengatakan, sebelum dipindahkan ke Slasar Malioboro, para pedagang kopi joss berjualan di sepanjang trotoar Jalan Wongsodirjan, persis di utara Stasiun Tugu.
Yatini bercerita, saat masih berjualan di utara Stasiun Tugu, warung-warung angkringan Kopi Joss selalu ramai pengunjung, terutama saat malam hari. Namun kondisi itu pada akhirnya menimbulkan kesemrawutan.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Tak hanya itu, sebenarnya para pedagang angkringan yang membuka warung di sepanjang Jalan Wongsodirjan tidak mengantongi surat izin resmi. Yatini mengatakan, surat izin untuk berjualan di sana sudah lama habis masa berlakunya. Oleh karena itu, ia dan para pedagang lain mau tidak mau harus siap jika sewaktu-waktu harus disuruh pindah oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta selaku pengelola tempat.
Akhirnya yang ditunggu datang juga. Warung-warung angkringan yang dulunya berjualan di sepanjang Jalan Wongsodirjan kemudian dipindahkan ke Slasar Malioboro. Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, hadir langsung dalam acara relokasi itu. Pada pukul 01.00 malam tanggal 7 April 2021, para pedagang mulai membongkar warung-warungnya untuk pindah ke lokasi baru. Malam berikutnya, pedagang Kopi Joss yang dulunya berjualan di utara Stasiun Tugu dipastikan semuanya telah pindah ke bangunan Slasar Malioboro.
“Waktu relokasi itu kami juga mengadakan acara potong tumpeng. Semoga kami diberi kelancaran berjualan di tempat yang baru ini,” kata Yatini.
Tentang Slasar Malioboro
©2021 Merdeka.com/Shani Rasyid
Beralamat di Jalan Pasar Kembang, Kota Yogyakarta, bangunan Slasar Malioboro didirikan oleh PT KAI Properti Manajemen (KAPM) dengan bekerja sama dengan Kraton Yogyakarta sebagai pemilik lahan. KAPM merupakan anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). VP Properti KAPM, Ade Hilmi, mengatakan bahwa Slasar Malioboro dibangun sebagai kawasan penghubung antara Stasiun Tugu dengan Kawasan Malioboro.
“Dengan dibangunnya Slasar Malioboro harapannya nanti dapat menjadi pilihan para wisatawan yang berkunjung ke daerah Malioboro,” kata Hilmi melalui pesan WhatsApp pada Selasa (14/9).
Lokasi Slasar Malioboro ini cukup strategis sebagai tempat berjualan. Tempatnya berada di tepi jalur pedestrian yang menghubungkan Stasiun Tugu dengan Kawasan Malioboro. Selain itu di dekat tempat itu banyak berdiri hotel-hotel maupun penginapan-penginapan kecil lainnya. Apalagi, di sana akses moda transportasi umum seperti ojek online, taksi, maupun Bus Trans Jogja sangat mudah dijangkau.
Hilmi mengatakan, bangunan Slasar Malioboro memiliki kapasitas tenant 24 unit dan untuk kapasitas pedagang UMKM yang bisa berdagang di sana ada 15 unit. Dalam pengelolaannya, anak perusahaan PT KAI itu bekerja sama dengan PT Molindo Visi Properti.
Sebagai tempat berjualan para pedagang Kopi Joss, Slasar Malioboro juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti musala serta toilet yang bersih. Sementara itu, bagi pedagang, tempat itu juga sudah dilengkapi dengan tempat cuci piring dengan air mengalir. Tempatnya pun juga terlihat lebih bersih dan lebih tertata dibanding dengan lokasi jualan sebelumnya.
Dalam penggunaan lahannya, PT KAPM menandatangani kotrak selama lima tahun dengan Kraton Yogyakarta dengan opsi perpanjangan bila pihak Kraton menyetujuinya. Hilmi berharap dengan dimanfaatkan sebagai tempat lokasi baru bagi para pedagang Kopi Joss Jogja serta UMKM lainnya, perekonomian masyarakat di kawasan Malioboro dan sekitarnya bisa makin menggeliat.
Oleh karena itu, ia mengajak para wisatawan maupun warga Yogyakarta untuk berkunjung ke Slasar Malioboro. Selain bisa menikmati hidangan Kopi Joss yang namanya sudah legendaris di Jogja, perekonomian para pedagang ikut terbantu dengan banyaknya pengunjung yang melariskan dagangan mereka.
“Untuk para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta dan khususnya ke kawasan Malioboro, mari berkunjung ke Slasar Malioboro. Kami menyediakan berbagai macam makanan dan camilan menarik. Oh iya, kami juga telah menerapkan standar protokol kesehatan dan juga selalu memastikan 5M,” ajak Hilmi.
Tanggapan Ketua Paguyuban Kopi Joss
©2021 Merdeka.com/Shani Rasyid
Suasana berbeda drastis dirasakan oleh para pedagang Angkringan Kopi Joss saat pertama kali berjualan di Slasar Malioboro. Kalau saat masih berjualan di Jalan Wongsodirjan masing-masing pedagang mendirikan warung-warung di sepanjang trotoar, kini mereka harus berjualan dalam satu ruangan yang sama. Tak ada lagi warung-warung yang berdiri sendiri.
Di dalam ruangan Slasar Malioboro, hampir tak ada sekat yang menjadi batas tempat antar pedagang satu dengan pedagang lain. Hanya tikar masing-masing pedagang saja yang jadi pembeda antara warung satu dengan yang lain.
“Kalau di sana (Jalan Wongsodirjan) biasanya deret warung pertama, kedua, ketiga, keempat dari depan yang rame, terus yang di belakangnya kembang kempis. Jadi kalau di sana yang hidup, hidup. Yang mati, mati. Tapi kalau di sini semua sama rata,” kata Yatini.
Namun karena tak ada sekat dan masih berada dalam satu ruangan, masing-masing pedagang adu ngotot dalam menyilahkan pengunjung untuk mampir ke lapak warungnya. Terkadang kengototan itu berakhir pada pertengkaran antar pedagang. Kalau hal ini terjadi, terpaksa Yatini sebagai ketua paguyuban harus menengahi.
“Kalau mereka sampai berantem, selama itu nggak sampai baku hantam, biasanya saya perhatikan dulu. Lalu kalau sudah reda dikit saya suruh keluar. Saya nggak mau marah-marah. Nggak menyelesaikan masalah, Mas. Selain itu biar saya juga nggak sakit hati juga. Apalagi saya darah tinggi. Pernah saya jatuh karena tensi saya tinggi,” ungkapnya.
Yatini mengakui, sejak pindah ke Slasar Malioboro, pendapatan hariannya dan para anggota paguyuban lain merosot drastis. Baginya, pendapatan saat masih berjualan di Jalan Wongsodirjan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saat ia berjualan di Slasar Malioboro sekarang. Walau begitu, ia bersyukur pihak KAPM bersedia menyediakan tempat di Slasar Malioboro sebagai tempat dia dan anggota paguyuban lain berjualan.
“Yang namanya hidup itu kan ada pasang surutnya to, Mas. Masak mau tinggi terus. Menurut saya ini kerja sosial dari KAPM. Dari KAI mau menata kita saja sebenarnya sudah bagus. Kita mau nggak mau harus terima, yang penting tetap bisa cari makan. Dari pada dibuang-buang, nanti anggota saya mau di mana cari makannya?” katanya.
Sebagai Ketua Paguyuban Pedagang Kopi Joss, Yatini percaya seiring waktu pengelolaan para pedagang di sana semakin baik dan mereka mampu menyesuaikan diri. Selain itu, ia berharap para anggotanya juga turut membantu menjaga kebersihan dan kenyamanan di Slasar Malioboro agar makin banyak pengunjung yang datang.
“Kalau saya hanya pesan satu. Jaga kerukunan, jaga persaudaraan, soalnya warung kita nggak jauhan lagi. Ayo kita berjuang untuk keluarga kita, demi mencari rejeki. Lagian kalau urusan perut itu nggak ada istilah PPKM to mas?” pungkasnya.