Inovasi Ragam Kegiatan Kraton Yogyakarta di Tengah Pandemi, Tak Tinggalkan Tradisi
Walau dengan protokol kesehatan yang ketat, pelaksanaan beberapa tradisi dan kegiatan Kraton Yogyakarta tetap diadakan. Seperti Maulid Nabi pada Kamis (29/10) lalu, pihak kraton tetap melaksanakan pembagian Rengginang dan Udhik-udhik. Tentu pelaksanaan ini tidak dilakukan di keramaian seperti biasanya.
Kasus Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih jadi perhatian. Dilansir dari laman Satgas Covid-19 DIY, per Minggu (15/11), ada 4.518 kasus terkonfirmasi, 112 meninggal dan 3.627 dinyatakan sembuh.
Per hari ini, Senin (16/11), sudah hampir sepuluh bulan persebaran Covid-19 di Indonesia. Selama sepuluh bulan itu pula, banyak kegiatan luar ruangan ditunda, bahkan ada yang dibatalkan. Begitu pula tradisi-tradisi adat Jawa oleh Kraton Yogyakarta.
-
Apa yang dimaksud dengan "jodoh kembar" dalam tradisi Jawa? Menurut kepercayaan Jawa, anak kedua dan anak ketiga disebut sebagai "jodoh kembar" atau "lurah wracikan". Mereka diyakini dibawa oleh takdir sebagai pasangan yang sempurna satu sama lain.
-
Kenapa tradisi ruwatan dilakukan di Jawa? Masyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri. Masyarakat Jawa memiliki beragam jenis ritual yang sampai sekarang masih rutin dilakukan. Salah satunya adalah tradisi ruwatan yang merupakan ritual penyucian untuk membebaskan seseorang dari hukuman yang berbahaya.
-
Bagaimana cara tradisi 'kepungan' dilakukan di Masjid Saka Tunggal? Dilansir dari Liputan6.com, memasuki 10 hari terakhir Bulan Ramadan, atau malam likuran mulai dari selikur (malam 21), relikur (malam 23), selawe (malam 25), dan seterusnya ada tradisi lain yaitu kepungan. Tradisi kepungan yang rutin digelar pada akhir-akhir Ramadan memiliki makna tersendiri. Saat tradisi ini dilakukan, itu berarti para jemaah bersyukur telah melewati sebagian Ramadan dan tinggal sepertiganya. Mereka percaya bahwa sisa-sisa Ramadan yang dimulai dari hari ke-21 itu merupakan malam-malam penuh berkah.
-
Bagaimana warga Bantul membersihkan tikar masjid dalam tradisi umbah-umbah kloso? Tikar tersebut dicuci di sebuah saluran irigasi. Tikar tersebut dicuci dengan sabun cuci seadanya.
-
Apa tujuan utama dari ziarah kubur menurut tradisi umat Islam di Indonesia? Ziarah kubur adalah tradisi umat Islam Indonesia yang sudah dilakukan sejak zaman dulu. Ziarah kubur bertujuan untuk mengingatkan manusia kepada kematian. Selain itu, ziarah kubur juga dilakukan untuk mendoakan orang yang telah meninggal.
-
Di mana tradisi Kawin Tangkap terjadi? Tradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintainya.Tradisi kawin tangkap memiliki makna dalam mengangkat derajat atau untuk menghilangkan rasa malu kepada keluarga laki-laki.
Walau dengan protokol kesehatan yang ketat, pelaksanaan beberapa tradisi dan kegiatan Kraton Yogyakarta tetap diadakan. Seperti Maulid Nabi pada Kamis (29/10) lalu, pihak kraton tetap melaksanakan pembagian Rengginang dan Udhik-udhik. Tentu pelaksanaan ini tidak dilakukan di keramaian seperti biasanya.
Selain perayaan Maulid Nabi dengan cara berbeda, masih ada beberapa tradisi dan kegiatan kebudayaan lain yang tetap dilaksanakan Kraton Yogyakarta:
Perayaan Maulid Nabi
Kalau biasanya Perayaan Maulid Nabi dirayakan dengan kerumunan masyarakat yang berebut ubarampe gunungan, kali ini berbeda. Karena Maulid Nabi tahun 1442 H ini berlangsung di tengah pandemi, pihak kraton membuat pola pelaksanaan baru untuk meminimalisir kerumunan.
©2020 Merdeka.com/Dokumentasi Kraton Jogja
"Setting atau format seperti ini, seperti diketahui, sejatinya juga telah dilakukan pada saat pelaksanaan Garebeg Sawal dan Garebeg Besar beberapa waktu lalu. Dikarenakan sekarang pandemi CoViD-19 masih ada, maka kami melakukan pola yang sama untuk meminimalisir timbulnya kerumunan," ujar pemimpin pembagian ubarampe, KPH Notonegoro dilansir dari laman resmi Kraton Yogyakarta.
Prosesi yang dilaksanakan pada Kamis (29/10/2020) lalu ini, bertempat di Bangsal Srimanganti. Sedangkan ubarampe yang digunakan berupa rengginang sebanyak 2.700 tangkai. Sedangkan untuk pembagian, ubarampe yang sudah melewati serangkaian prosesi adat, dibagikan kepada abdi dalem yang hadir. Bungkusan ubarampe juga berbeda, kali ini pihak penyelenggara melapisinya dengan plastik.
Pameran Temporer Sultan HB II
Selain gelaran tradisi, Kraton Jogja juga masih melaksanakan kegiatan budaya, salah satunya Pameran Temporer Sri Sultan Hamengku Buwono II. Bedanya, pameran ini dilaksanakan dalam kondisi terbatas karena pandemi. Sedangkan untuk pembukaan yang berlangsung pada Kamis (29/10/2020) lalu, digelar secara daring melalui kanal Youtube Kraton Jogja.
Dilansir dari laman resmi Kraton Jogja, pameran ini akan digelar selama tiga bulan, dari 29 Oktober 2020 hingga 31 Januari 2021. Dan, pameran yang diselenggarakan di Ruang Pameran Temporer Pelataran Kedhaton ini, bisa dikunjungi pada hari Selasa-Minggu pukul 08.00-14.00 WIB.
“Meski telah lebih dari 20 dasawarsa, bentuk legitimasi Sultan kedua masih dapat disaksikan seperti bangunan benteng Baluwarti, Pesanggrahan Rejawinangun, Cendanasari, dan Gua Siluman, serta manuskrip pusaka yang hingga kini masih tersimpan di dalam Keraton Yogyakarta. Maka, kisah Sang Perwira inilah yang kemudian kami angkat menjadi tema dalam pameran temporer Adhyatmaka tahun ini,” jelas GKR Bendara, Penghageng KHP Nityabudaya menjelaskan makna pameran ini.
Peringati Hari Wayang secara Digital
Satu lagi kegiatan kebudayaan dan tradisi yang tetap dilaksanakan Kraton Jogja di tengah pandemi. Ialah peringatan Hari Wayang Nasional yang jatuh pada Sabtu (7/11) lalu. Bertepatan dengan peluncuran koleksi digital Kagungan Dalem Ringgit Krucil Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat oleh KPH Kridhomardowo.
©2020 Merdeka.com/Dokumentasi Kraton Jogja
Bedanya, acara peluncuran dan peringatan Hari Wayang Nasional ini dilaksanakan secara daring, melalui aplikasi Zoom, serta ditayangkan di kanal Youtube resmi kraton.
Digitalisasi wayang ini sudah dilakukan pihak kraton, dengan harapan, bisa dipelajari oleh masyarakat secara luas dan tidak terbatas. Terlebih dalam kondisi pandemi seperti saat ini.
“Sejauh ini, kami sudah mendigitalisasi beberapa kotak wayang, dan hingga hari ini sudah ada 3 kotak yang kami luncurkan. Sehingga kami berharap digitalisasi ini bisa bermanfaat bagi masyarakat khususnya di Yogyakarta, dan umumnya seluruh dunia," jelas KPH Notonegoro, Penghageng KHP Kridhomardowo, dilansir dari laman Kraton Jogja.