Keseruan Warga Klaten Bermain Layang-Layang Hias, Jadi Sarana Adu Kreativitas
Sore hari di akhir Bulan Juli menjadi waktu yang cocok untuk bermain layang-layang.
Warga Klaten bermain layang-layang hias di area persawahan dekat rumah.
Keseruan Warga Klaten Bermain Layang-Layang Hias, Jadi Sarana Adu Ketangkasan
Sore hari di akhir Bulan Juli menjadi waktu yang cocok untuk bermain layang-layang. Hal itulah yang dirasakan warga Delanggu, Kabupaten Klaten. Mereka bermain layang-layang hias di area persawahan dekat rumah.
-
Apa itu Lamang Katan? Dilansir dari situs indonesiakaya.com, Lamang Katan ini terbuat dari beras ketan atau pulut yang dimasak dengan cara dibakar dalam batang bambu.
-
Apa itu Sampan Layar? Sampan layar biasanya dilombakan setiap tanggal 17 Agustus.
-
Apa itu Topeng Labu-labu? Tradisi ini berupa pawai dan hiburan keliling dengan menggunakan topeng terbuat dari labu. Tradisi hiburan ini berasal dari suatu legenda yang menceritakan soal wabah penyakit yang dianggap terkutuk.
-
Apa itu Lenggang? Di samping Pempek yang begitu terkenal dan menjadi ikon dari Kota Palembang ini terdapat satu kuliner bernama Lenggang. Makanan ini hampir mirip seperti Pempek yaitu menggunakan bahan dasar tepung terigu dan olahan daging ikan.
-
Apa itu kain dagang Lingga? Kain dagang Lingga ini mirip dengan kain sarung yang biasa digunakan oleh kaum laki-laki saat beribadah. Kain dagang Lingga ini bisa digunakan oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Bagi kaum pria, mengenakan pakaian adat belum lengkap dan tidak sempurna apabila hanya menggunakan penutup kepala, berbaju, dan juga bercelana. Kain dagang Lingga ini menjadi pelengkapnya yang digunakan melingkar dan menutupi sebagian celana.
-
Apa itu Leuhang? Diberi Nama Leuhang Menurut Ketua KWT Mina Lestari 012, Tina Maretina, sauna herbal ini memiliki nama Leuhang. Leuhang disebut mampu membuat tubuh siapapun kembali bugar. Terapi ini merupakan cara orang-orang Sunda zaman dulu untuk mengobati sejumlah penyakit melalui perantara uap berbahan rempah-rempah.
Anak-anak maupun dewasa bercampur jadi satu. Mereka tampak sibuk menarik ulur benang untuk mengendalikan layang-layang hias agar tetap berkibar di angkasa.
Cipto, salah seorang warga, sengaja mengajak sang anak bermain layang-layang hias. Ia ingin mengenalkan permainan tradisional layang-layang pada sang buah hati. “Mainnya itu seru. Susahnya kalau layangannya jatuh atau kena bambu,” kata Cipto.
Tingginya animo warga bermain layang-layang hias menjadi berkah tersendiri bagi Siswanto. Dalam seminggu terakhir, perajin layang-layang itu dibanjiri pesanan sehingga dia merasa kewalahan.
Pada hari biasa, pesanan layang-layangnya sekitar 5 buah per hari. Kini pesanan layang-layang mencapai 10 buah per harinya.
“Yang dibuat itu mulanya layangan adu. Terus kalau layangan adu sudah sepi, biasanya ditutup dengan layangan hias kayak gini. Alhamdulillah untuk yang beli membludak, sampai kewalahan untuk memenuhi permintaan dari para pelanggan"
ungkap Cipto, perajin layangan dari Delanggu, Klaten.
Setiap layangan hias dijual dengan harga Rp30ribu hingga Rp35 ribu. Murah mahalnya layangan ditentukan oleh tingkat kesulitan dalam membuat layangan tersebut.