Jauh dari Gadget, Begini Keseruan Anak-anak di Kampung Pasir Gudang Cianjur Isi Waktu Luang
Anak-anak di Kampung Pasir Gudang tidak bermain gadget saat mengisi waktu luang, melainkan mencari belut di sawah.
Anak-anak di Kampung Pasir Gudang tidak bermain gadget saat mengisi waktu luang, melainkan mencari belut di sawah.
Jauh dari Gadget, Begini Keseruan Anak-anak di Kampung Pasir Gudang Cianjur Isi Waktu Luang
Anak-anak di Kampung Pasir Gudang, Desa Campaka Warna, Kecamatan Campaka Mulya, Kabupaten Cianjur, masih asyik dengan kebiasaan di zaman dulu. Mereka mengisi waktu luang dengan cara mencari belut di sawah.
Mengutip kanal YouTube Petualangan Alam Desaku, anak-anak di sana tampak asyik bermain di area sawah yang tengah dibajak oleh traktor. Mereka kemudian mengikuti jejak rodanya untuk menangkap belut yang muncul ke permukaan.
-
Dimana anak-anak bermain di Kampung Lali Gadget? Seluruh aktivitas anak-anak di Kampung Lali Gadget dipusatkan di desa.
-
Kenapa anak-anak diajak keliling kampung? Yang menarik, anak-anak akan diarak keliling kampung sebagai ungkapan rasa bahagia sekaligus menjadi motivasi bagi anak-anak lainnya agar bisa turut menyelesaikannya.
-
Bagaimana cara Kampung Lali Gadget mengalihkan anak-anak dari gadget? Permainan tradisional cukup efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai.
-
Apa yang dimainkan anak-anak di Bandung Timur? Seorang warganet belum lama ini membagikan momen anak-anak tengah asyik bermain kesenian Reak Dogdog. Terlihat beberapa anak memakai kostum boneka menyerupai naga, dan berlari mengejar anak lainnya di sebuah lahan kosong.
-
Apa yang digunakan anak-anak di Desa Gabus Serang untuk seberangi sungai? Mereka harus sebrangi Sungai Cidurian menggunakan rakit bambu lantaran tak ada fasilitas jembatan.
-
Apa yang unik dari masyarakat kampung ini? Daerah tersebut dikenal dengan akulturasi masyarakat Dayak dan Tionghoa.
“Oh, jadi mereka ngikutin jejak bekas traktor, terus tinggal mungut-mungutin aja itu belut, kawan-kawan,” kata pemilik kanal tersebut.
Mencari Belut di Jejak Roda Traktor
Dalam tayangan itu, anak-anak terlihat awas mengamati jejak roda traktor yang tengah dioperasikan. Saat ada belut yang menggeliat, mereka dengan sigap menangkapnya.
Belut yang didapat lantas dimasukan ke dalam wadah mirip botol, lalu dikumpulkan ke dalam ember di pinggir sawah.
“Ya Allah, banyak sekali ini belutnya?, tuh lihat kawan-kawan,” kata perekam video.
Menangkap Belut Menggunakan Sarung Tangan
Anak-anak terlihat menangkap belut tanpa bantuan alat apapun. Namun agar mudah diambil, digunakan sarung tangan yang cukup besar sehingga tidak licin.
Belut-belut itu memiliki ukuran yang bermacam-macam, mulai dari yang sedang hingga kecil seukuran jari kelingking orang dewasa.
“Oh jadi ngambilnya begitu (dijepit pakai jari), makanya kamu pakai sarung tangan ya supaya tidak licin,” tambah perekam video.
Menggunakan Kaki
Selain memakai sarung tangan, anak-anak juga memakai kaki mereka untuk mencari belut di area lumpur sawah.
Di dekat pematang sawah, mereka membelah lumpur dengan cara menyibakan kaki ke tanah. Ketika itu belut-belut berukuran kecil langsung tersapu dan mudah untuk diambil.
“Wah hebat ya anak-anak di sini, ini sawahnya lagi dibajak cuma banyak banget belut,” kata pemilik video lagi.
Kampungnya Asri dan Banyak Rumah Panggung Unik
Selain aktivitas seru yang dilakukan anak-anak, Kampung Pasir Gudang Cianjur juga penuh pesona dan daya tarik.
Suasana alamnya yang berada di dataran tinggi masih benar-benar terjaga dan asri.
Masyarakatnya ramah-ramah dan beberapa tempat tinggal masih mempertahankan gaya tradisional panggung.
Rumah-rumah di sana dibuat dengan menggunakan kayu dan dihias taman kecil di halaman. Menurut sang kreator, suasana kampung di sana bikin betah.
Menyaksikan Kolecer
Selain itu, warga Kampung Pasir Gudang Cianjur juga masih membuat permainan tradisional Sunda bernama kolecer. Alat yang merupakan kincir sederhana ini dibuat menggunakan kayu dan bambu di pinggir-pinggir rumah.
Saat tertiup angin, kolecer akan berputar dengan cepat dan menimbulkan suara unik khas perkampungan Sunda.
Kebiasaan ini terus dijalankan turun temurun oleh warga setempat sebagai pertanda masuknya musim angin.